Traveller dadakan By uti |
Udah seperti traveller sejati kah? hahha.. ini perjalanan yang seru sekali udah kayak orang kebanyakan gitu, kalian percaya ngga sih kalau ini kita endorsan? Pake agen travel terpercaya bikinan anak bangsa tentunya. Dibalik semangatnya untuk foto dengan kegagalan untuk bertahan dalam menggendong balateri ini, perjuangannya mengangkat beban 12 kg itu udah kayak fitnes gratisan gitu. Hasilnya sepulang sampai rumah otot bisep makin menggelembung, ini ku lihat dari cermin besar buat make up sang bundazi. Mengkel-mengkel gitu kayak ototnya aderai, wah pokoknya seperti itulah gambarannya.
Ini kisah pertravelanku bersama keluarga ke jakarta untuk menjajal transportasi fenomenal pada jamannya. Kalian pasti tau dong MRT, iya itu dia ini foto sewaktu kami berada di stasiun lebak bulus. Perjuangan untuk mencapai stasiun ini wow sungguh kemringet gobyoss, bagaimana tidak dari naik ojol ke stasiun itu terus gendong balateri yang tak mau jalan karena teramat rindu sama babanya. Lengket dan manja sekali sama aku, maklumlah babanya jarang libur dan jarang pulang udah kayak bang toyib.
Kami berangkat dari daerah kebagusan naik Taxi online, yang ikut selain bundazi dan balateri ada juga uti-nya balateri. Sudah dengan imajinasi penuh kemeriahan sejak semalam, heboh pokoknya balateri ingin naik kereta model baru itu. Dari kebagusan yang merupakan rumah dari pakdhe dan budhenya balateri sudah lumayan agak siangan sekitar jam 10 pagi. Kami pesan taxi online untuk menuju stasiun lebak bulus dimana kita naik MRT dari sana menuju bundaran hotel indonesia (HI). Kami keluar dari komplek sudah disambut oleh khalayak mobil berderet disertai motor yang entah datangnya dari mana. Serasa kami diarak untuk menuju tujuan kami eh...ternyata didepan ada lampu merah, pantesan aja.
Sepanjang perjalanan balateri didalam mobil tak berhenti untuk mengoceh melihat dari dalam mobil ke sekeliling. Dia melihat banyak hal baru yang tak pernah dia temui di jogja, apa itu namanya rumah tinggi sebut balateri sambil menunjuk bangunan pencakar langit, orang lebih familiar dengan menyebut "gedung tinggi". Setiap kali melihat bangunan tinggi sang balateri tak kunjung berhenti untuk kekagumannya akan rumah tinggi. Selain kagum dengan rumah tinggi menjulang, balateri juga bisa melihat kendaraan bermotor yang baru dia lihat di gambar atau video via hape atau tv. Misalnya saja truk kontainer dan truk gandeng yang melintas di jalan tol, karena kita melewati jalan pas samping tol.
Tiap kali balateri berkomentar aku sebagai baba-nya sungguh bahagia sekali melihat perkembangan dari sang buah hati. Malahan ku godain aja terus balateri dengan menunjukkan rumah tinggi yang lain sepanjang jalan kami menuju stasiun lebak bulus. Have a nice day for balateri and i.
Ketika sampai stasiun kamipun turun dari taxi online, nah disitu mulai tuh wujud kangen si balateri kepadaku. Padahal balateri lagi seneng-senengnya lari-larian, maklum baru usia 2 tahun aja baru genap. Mumpung jalan-jalan bareng sama baba dan bundazi serta uti, lebih tepatnya sama baba-nya sih. Awalnya ku gendong karena keadaan lalu lintas yang padat itu mengerikan jika harus melepasnya jalan sendiri. Taulah bagaimana kondisi jalanan bawah stasiun lebak bulus, rame padat dan kenceng-kenceng lagi.
Kita jalanlah menuju lift menuju ke entrance stasiun yang tepat berada di atas jalan utama. Nah, ini mulai terasa tangan seperti ditarik aja oleh grafitasi bumi, ternyata balateri sudah semakin berat kalau ditimbang sekarang sudah mengarah ke 12 kg lebih. Tapi karna aku juga seneng melihat balateri seneng jadi udah terasa ringan deh.
Namun setelah sampai di entrance terbayar sudah kebahagian balateri membuncah karena melihat langsung kereta yang dia sudah bayangkan sedari kemaren sore. Uti beserta bundanya sibuk mengurus tiket kami berdua melihat kereta yang sedang terdiam parkir di area stasiun, entah itu belum beroperasi atau bagaimana tak tau juga. Balateri melihat keretanya dari atas sedangkan keretanya berada dibawah, ada beberapa rangkaian berjajar dibawah. "Baba, liat keretanya ada banyak!", itu rangkaian kalimat dari balateri ketika melihat jejeran kereta yang terparkir. Menurutku ini sih hari yang keren buat kami semua.
Selang beberapa saat kemudian bundazi datang dan mengabadikan momen kebersamaan kami saat melihat kereta.
Setelah dapat tiket yang berupa kartu kamipun menuju ke tempat tunggu MRT, kami harus berjalan menyusuri keramaian orang yang juga penasaran untuk menjajal moda transportasi yang lagi hit ini. Setelah melalui lobby kami diharuskan masuk dengan mengetap kartu tadi yang seperti kartu ATM itu ke sebuah portal otomatis jika kami mengetap dengan kartu tersebut. Untuk yang tidak memiliki di seantero entrance atau lobby banyak sekali yang menawarkan kartu tersebut dari berbagai perusahaan bank terkemuka yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan dari tiket tersebut. Selain itu bisa juga isi ulang jika nilai dari isi tiketnya kurang.
Setelah menembus pintu portal tadi kami harus naik ke lantai paling atas dari stasiun lebak bulus untuk menunggu dan antri demi memasuki kereta yang dalam beberapa menit datang.
Liat aja dari muka sang baba-nya ketika menggendong balateri terlihat bahagia sekali kan padahal itu 12 kg loh. Balateri mencoba menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diperlihatkan sama baba-nya saat foto ini dicekrek. Waktu itu di lobby padahal banyak loh yang mau mencoba naik MRT itu, tapi setelah sampai di atas kok sepi ya, mungkinkah mereka hanya pengen ke stasiun aja tak mau naik keretanya ya? Ya sudahlah ya malah enak begitu tak berdesakan tentunya, atau mungkin mereka masih berjibaku untuk mendapatkan tiket yang lumayan mahal sih kalau dibandingkan dengan naik KRL yang sudah ada sebelum MRT ini ada. Waktu itu satu orang bisa kena 14 ribu rupiah untuk satu perjalanan sampai ke Bundaran Hotel Indonesia (HI). Coba bayangkan kalau dalam satu rombongan keluarga ada 5 atau 6 orang berapa rupiah yang harus mereka keluarkan? Lumayan bukan?
Setelah beberapa menit kemudian datanglah kereta yang kami nantikan, kami berbaris dalam antrian untuk memasuki kereta yang dikenal dengan MRT. Akhirnya kami merasakan juga MRT yang lagi hit tersebut. Balateri menikmati hari ini dengan gembira walau masih agak sedikit takut karena ini pertama kalinya naik. Ternyata masih kosong jadi kami bisa memilih tempat duduk semau kami.
Penampakan dalam MRT By Bundazi |
Formasi lengkap with uti By Bundazi |
Udah mulai adaptasi dengan situasi balateri pengennya turun dan jalan, tetapi dipaksa untuk berswafoto bersama jadi begitu deh hasil jepretannya. Perjalanan dimulai dari stasiun lebak bulus dan diakhiri di Bundaran Hotel Indonesia (HI). Untuk setiap stasiun antara lebak bulus dengan bundaran hotel indonesia kami berhenti untuk naik turun penumpang sesuai dengan tujuan masing-masing. Untuk nama stasiunnya bisa lihat dari gambar dibawah ini.
Rute MRT dari Lebak Bulus ke Bundaran HI By Indonesiabaik.id |
Untuk waktu tempuh dari Lebak Bulus ke Bundaran HI kurang lebih 30 menit. Jarak yang kami tempuh sejauh 10 km ya itungannya lebih cepat jika dibandingkan dengan menggunakan moda transportasi lainnya, bahkan mobil pribadi ataupun motor. Hal ini karena tau sendirikan namanya kemacetan jakarta seperti apa? Terkadang kita sudah malas duluan jika harus menggunakan kendaraan pribadi. Selain waktu yang banyak dihabiskan dijalan juga capek tak bisa kita hindari. Bisa-bisa hidup tua dijalan itu kata orang kebanyakan.
Sepanjang jalan kami menjumpai pemandangan yang langka untuk balateri, dia happy sekali mendapatkan pengalaman pertamanya untuk berjalan-jalan menembus membelah kota jakarta seperti yang dialaminya ini. Masih dengan bahasanya banyak melihat rumah-rumah tinggi yang berjajar sepanjang jalan sebelum MRT melalui bawah tanah. Semenjak dari lebak bulus kami masih menyusuri rell di atas jalan alias jalur struktur layang sejauh 6 km hingga stasiun bundaran senayan. Setelah itu barulah kereta melaju dengan menyusuri jalur underground/bawah tanah sepanjang 4 km sampai bundaran HI.
Rumah tinggi ala balateri by Bundazi |
Sepanjang perberhentian kereta di stasiun yang dilalui ada naik turun penumpang yang waktunya tak lama hanya beberapa menit saja. Setengah jam kurang lebih perjalanan kereta akhirnya sampai di stasiun terakhir yaitu Bundaran Hotel Indonesia. Balateri sama sekali tak mau jalan sendiri akhirnya dengan kekuatan belum sarapan ku gendong dia naik tangga. Kami turun dan itu berada di bawah tanah, alhasil kami harus berjalan menyusuri anak tangga yang jumlahnya ratusan demi muncul ke permukaan tepatnya didepan plaza indonesia. Walaupun tangan terasa ditarik grafitasi semakin kuat tapi diri ini harus tetap bertahan demi menjaga martabat kelaki-lakianku. Perjuangan yang tak menghianati hasil sesampainya di atas tepatnya depan Plaza Indonesia, balateri mau turun dan lari-larian, uhh senengnya. Terpenting adalah balateri senang semua senang dengan kami sampai di Plaza Indonesia kami akan abadikan momen ini sebagai kenangan untuk balateri kelak nanti dimasa yang akan datang.
Comments
Post a Comment