Berawal dari cerita cintaku dengan si dia beberapa tahun yang lalu. Perjalanan cerita cintaku tak semulus apa yg terlalui bak roller coaster itu gambaran awal dari kisahnya. Kisah ini bermula dari interaksi media sosial (sebut saja mig33) yang sedang berkembang waktu itu tahun 2009 pertengahan. Dari awalnya tidak tau dan g mau tau apa itu aplikasi hingga suatu ketika tidak disengaja diajak kopi darat (kopdar) oleh teman kerja yang pada gandrung aplikasi sosmed tersebut. Dari situlah awal kisah cintaku bermula.
awal mula bertemu dengan sang pujaan hati waktu itu disaat malam minggu di acara kopdar (kopi darat) yang diadakan di rektorat universitas negeri yogyakarta (UNY). kenapa harus di UNY? karena kebanyakan anak mahasiswa universitas tersebut dimana malah kebanyakan para pendatang dari luar kota yogya yang sebagian besar anak kos yang lagi mencari teman.
saat itu saya sudah bekerja di sebuah perusahaan konsultan di yogyakarta tepatnya di daerah godean. bersama dengan temen sepekerjaan disana ada sebut saja kabut biru dengan mado itu nick yang digunakan oleh mereka dalam selancar di dunia maya.
karena waktu itu kami merupakan para pekerja jadi kami sehabis dari bekerja kami langsung meluncur ketempat acara kopdar komunitas room UNY. Sebenarnya untuk kopdar setiap room chatting banyak sekali baik itu menggunakan nama kampus mereka ada pula yang menggunakan nama daerah domisili mereka. karena waktu itu mencoba beberapa room chatting dan hasilnya yang nyambung disana (room UNY) jadilah anggota room tersebut karena disana juga ada sesama yang kenal. untuk mendapatkan teman baru seringkali waktu yang harusnya digunakan untuk hal lain yang lebih produktif kami gunakan untuk chatting. hal ini tidak luput dari banyaknya mahasiswa yang jam masuk kuliahnya bervariasi jadi satu left/keluar chat yang lain bergantian yang meramaikan room chatting tersebut. jadi hampir 24jam 7 hari seminggu tak ada yang namanya sepi. karena lagi booming yang namanya Mig33 pada waktu itu sehingga banyak yang membuat nick name baru yang didapat dengan mendaftarkan nomor perdana telekomunikasi. selain untuk nick name buat nick untuk membuat boom sekali masuk bisa digunakan untuk mengeluarkan anggota yang buat rusuh atau sengaja buat rusuh sehingga menjadi perang seperti di game.
Hal tersebut berjalan hingga kurang lebih setahun lebih hingga banyak yang mendapatkan jodoh dari komunitas tersebut. Salah satunya ya saya dan mantan pacar hehehe..hingga cerita berlanjut ke jenjang yang lebih serius.
Namun perjalanan masih panjang bray, setelah kopdar pertama kali dan ketemu dengan si mantan pacar cerita berlanjut dengan dating pertama dengan si doi xixixi...ini sumpah sungguh tak terlupakan menurutku sih "geli" kalo inget hal tersebut.
Perjalanan tak tergantikan terus berjalan seiring bertambahnya waktu yg terus bergulir. Setelah sekian lama bekerja di sebuah perusahaan konsultan dkarenakan perusahaan sedang berada dalam masalah pemasukan. Petualangan selama beberapa bulan tanpa pemasukan alias menjomblo kerja tapi tidak menjomblo secara pasangan hasil pencarian yang diawali dari berselancar dikomunitas sosial media.
Awal pertama kali mengakhiri perjalanan dari status menjomblo waktu itu terjadi begitu cepat secepat tarikan gas dari motor balap. Wusss begitu saja seakan waktu tak mau melambat, sambil bekerja perasaan pun berjalan mengalir terpenuhi akan indahnya bunga asmara diantara kami. Sampai suatu ketika waktu pun berhenti seakan berbalik dimana pekerjaan tak seiring dengan harapan. Saat-saat terlepas dari tanggung jawab sebagai karyawan sosok yg selalu hadir memberikan support adalah dia (bundazi).
Hingga miris terjadi begitu dasyat tak bisa terelakkan, ya bisa dikatakan seperti itu karena pemasukan tidak ada, mau jalan alias dating with her pun tak ada amunisi. Malahan kadang bundazi maksa untuk jalan dengan uang saku dia kuliah yang dia kumpulin. Ah begitu miris kalo teringat waktu itu.
Namun buah kesabaran pun akhirnya berpihak memberikan angin segar dan sekaligus ujian buat perjalanan cerita kami. Saya dapat pekerjaan akan tetapi lokasi pekerjaannya mengharuskan meninggalkan kota tercinta yang berimbas keberlangsungan hubungan kami.
Huhu...sedih memang saat kami dapat selalu bersama disetiap harinya tanpa terhalang sesuatu yang berarti harus pupus oleh jarak yg menguji.
Kami pun awalnya juga berat untuk melangkah dengan kondisi ini, namun dengan kekuatan hati dan harapan yang ada kamipun saling melepas jarak melintas diatara kami untuk merepotkan kami untuk menggerakkan turbin hati kami berjalan dan bercerita. Kami berjalan dengan modal saling percaya satu sama lain.
Awal saya dan dia terpisah oleh jarak waaah itu sungguh membutuhkan kesabaran dimana ucapan berbanding kenyataan itu berat untuk dijalani dan itu terbukti benar. Curiga datang menghinggapi sehingga komunikasi sering tidak lancar karena kesibukan dengan hal baru. Waktu berjalan so fast sampai akhirnya ada kesempatan tuk mudik ke kota jogja. Setelah sampai jogja si dia pun menjemput dan saling melepas rindu. Namun kepulangan ke jogja tidak bisa berlangsung lama karena jatah libur juga tidak lama hanya beberapa hari saja. Tanpa terasa waktupun berjalan sampai setahun melaju, sampai datang kesempatan untuk mengejar mimpi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu tingkat perguruan tinggi...yasss! Pada tahun ke dua perantauan di tanah banten pun berlanjut.
Awal mula saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan berawal dari sebuah penolakan yang sebenarnya tidak disengaja. Peristiwa ciee...peristiwa..iya momen ini terjadi beberapa tahun yg lalu di sebuah pusat perbelanjaan dkota yogyakarta. Ada seorang kawan lama mengutarakan ungkapan bahwasannya dia menilai yang pantas menjadi pasangannya pegennya selevel dengannya dalam hal pendidikan yaitu perguruan tinggi, namun hal itu dia menurunkan levelnya untuk hal tersebut, namun saya sebagai seorang laki-laki dengan emosi salah menafsirkan hal tersebut mengutarakan gengsi dengan mengatakan saya juga bisa kok selevel dengannya. Sejak saat itu memotivasi saya untuk berjuang memantaskan diri untuk mengejar level pendidikan saya sejajar dengannya. Kesempatan itu datang setelah sekian lama, ambil sudah mumpung ada peluang dan juga waktu yang pas.
Menginjak tahun ke dua di banten proses itu berjalan berbarengan dengan bekerja dilanjutkan sekolah lagi. Sesama teman seperjuangan bekerja ada 2 orang teman yang sepakat untuk mengambil kuliah di universitas yang sama dengan jurusan yg berbeda. Sebut saja septi dan yasid, mereka mencari informasi via berselancar internet. Sampai mereka mendapatkan cukup informasi yang dibutuhkan. Saya pun mendapatkan info dari mereka baik dari akademik hingga bugdet pendidikannya. Awalnya saya ragu karena biayanya yang tinggi bagi saya yh baru melangkah setahun merantau di tanah banten. Namun hal tersebut bisa diatasi karena proses pembayarannya bisa diangsur menjadi per-bulan menjadi terjangkaulah buat saya. Saya bulatkan tekad bisa masuk walau pas-pasan waktu itu. Kendalanya juga saya tidak ada transportasi buat meringankan beban biaya waktu itu. Lokasinya jauh dari tempat saya bekerja, sekitar 2 jam perjalanan jika ditempuh dengan kendaraan bermotor. Usaha bagaimana bisa proses ini berlanjut, gayung bersambut saya ternyata ketemu dengan tetangga dikampung yg tinggal tak jauh dari domisili saya di banten..woww mantab...assikk.
Awal ketemu juga tidak ada unsur kesengajaan, saya iseng komunikasi dengan si om (jafar). Saya menginformasikan bahwasannya saya sekarang di banten. Eh dia langsung menyaut dengan pertanyaan, "bantennya mana?" Saya jawab tangerang. Si om menyaut lagi, "tangerangnya mana?" Saya jawab cikupa. Makin dicecar saya bak diinterogasi aparat. Dan ternyata si om tinggalnya tak jauh dari domisili saya hahaha..emang dunia tak selebar daun kelor brader.
Akhirnya si om menanyakan alamat dan keesokan hari langsung si om geber cuuss ke tempat saya. Kamipun berbincang sepanjang kehadiran si om dikediaman saya dan kawan-kawan saya (kontrakan) hahha..
Singkat cerita akhirnya itulah momen pertemuanku dengan si supri (motor supra x-125). Sehabis pertemuan dengan si om, saya dan teman-teman diajak main ketempat si om yang kebetulan si om tinggalnya tak jauh dari kontrakan kami. Setelah pertemuan ke dua kami diajak sama si om untuk pergi jalan-jalan ke pusat perbelanjaan di daerah karawaci yaitu mall yang dulu pernah dinobatkan menjadi mall di kawasan lippo karawaci dan memiliki time zone terbesar di asia tenggara (katanya) untuk kebenarannya cek aja https://id.wikipedia.org/wiki/Supermall_Karawaci
Saya inget sekali pertama kali diajak ke supermall karawaci, kami ditraktir di es teller 77. Itu kalo untuk ukuran anak rantau baru apalagi anak kontrakan yang bekerja di pabrik waoooww mewah brader. Selepas aksi jalan-jalan dan traktiran tadi berlanjut ke jenjang berikutnya. Ternyata si om di citra raya, cikupa tinggal di sebuah ruko yang dirubah menjadi mess. Jadi bagian bawahnya digunakan sebagai kantor waktu itu, disewa oleh perusahaan asing, sedangkan bagian atasnya digunakan sebagai mess karyawan dari perusahaan yang menaungi si om. Ternyata lagi perusahaan yang menaungi si om itu punya kakak iparnya.
Cerita-cerita dengan si om, sampai akhirnya ketemulah sama kakak si om. Lek tyas itu panggilanku untuk kakak si om jafar. Beliau menghubungiku dan janjian untuk ketemu dengan beliau sepulang bekerja. Waktu itu seingatku pertama kali ketemu dengan lek tyas di sebuah warung makan di citra raya. Di warung makan mie ayam i love you. Terjadilah pengintograsian tahap ke 2, hmm..sampai-sampai diajak untuk tinggal bersama si om, kebetulan di mess ada kamar kosong jadi bisa langsung masuk. Namun, karena perantauanku ke tanah banten berawal dari kebersamaan jadi saya menolak dengan alasan kontrakan ditanggung ber-4 jadi harus kupertimbangkan dan ku diskusikan dengan teman-teman.
Hingga ku temukan jawaban dan kuputuskan untuk pindah ke tempat si om. Waktu itu masih belum masuk kuliah jadi masih masa tunggu. Pendaftaran terbagi menjadi 3 gelombang kebetulan dapat gelombang pertama. Jeda sampai proses masuk kuliah itu lumayan lama yaitu satu semester alias 6 bulan kalo tidak salah. Sampai akhirnya lebaran pun tiba. Semasa libur lebaran akhirnya ku pikir-pikir kembali tawaran dari si om dan lek tyas. Menjelang kembali ke tanah rantau lagi, dapat tawaran dari si om untuk menemaninya naik mobil bareng karena dia sendirian. Nah, diperjalanan kuputuskan untuk tinggal gabung dengan si om. Ku ceritakan masalah kuliah dan waktu ketemu sama lek tyas juga bilang kalo tinggal di mess bawa aja motor rumah, ada yang nganggur kok. Ya sudah singkat cerita ku tinggal bersama si om dengan dapat fasilitas motor. Awalnya disuruh bawa motor grand punya si om, karena jarak tempuh jauh dan si om sayang banget dengan grand nya yang bersejarah buat dia. Akhirnya di suruh bawa si supri sampai sekarang.
Kisah ini berlanjut ke masa peralihan pergantian posisi dari tinggal bareng teman2 di kontrakan menjadi tinggal bersama om jafar & friends. Kalau bercerita tentang idealisme tentu kalau berkaca dari proses perjalanan hingga ke tangerang, ku anggap diriku sebagai orang egois. Namun, yang namanya pertemuan pasti ada perpisahan. Konteks perpisahan ini dalam artian berpisah untuk tempat tinggal. Alasanku waktu itu adalah teman2 sudah stabil dalam hal ekonomi, kemudian kedepan bisa saja teman yang lain juga kan melakukan hal yang sama dengan apa yang kulakukan sekarang. Misalnya saja ada yang harus berumah tangga tentu saja akan mencari tempat tinggal baru untuk keluarga kecilnya. Hal yang wajar gak sih seperti itu? Lumrah lah ya kita sebagai manusia pasti ingin yang namanya menikah.
Proses terus berjalan seiring waktu, benar sudah apa yang terjadi. Satu persatu teman saya memutuskan untuk memilih jalan mereka masing2. Ada yang menikah ada pula yang pindah karena mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Demikian juga dengan keputusanku cepat atau lambat kita akan menjalani proses kehidupan sendiri, ya seperti apa yang kulakukan ini merupakan pilihan hidupku yang musti ku pertanggung jawabkan segala resiko yang ada.
Waktu terus berjalan, seiring waktu berjalan komunikasi kami walaupun terpisah tetap kami jaga mengingat awal mula kita bersama datang ke tanah rantau bareng2 dengan segala proses yang telah kita lalui bersama.
Demikian proses perjuangan kisah cintaku yang semakin lama semakin hambar karena kesibukanku yang bertambah. Sudah bekerja selama 5,5 hari dalam seminggu ku gunakan untuk bekerja, sisanya untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah. Hingga masa itu tiba saat ku harus menentukan arah dari apa yang ku mulai dengan dia, apakah kisah ini akan kulanjutkan ataukah harus kandas diterpa angin tanpa bekas.
kebetulan juga waktu itu ada masalah dengan mata kuliah yang tidak bisa kuambil dan sama dekan kebetulan ketahuan pada saat mata kuliahnya mau diganti jamnya menjadi sabtu pagi hari. Sementara sabtu saya yang bekerja di pabrik hari sabtu masih masuk setengah hari. Kucoba bernegosiasi dengan pihak pabrik untuk meminta keringanan terkait jam bekerjaku. Waktu itu saya negosiasi dengan manager departemenku yaitu departemen maintenance, beliau dengan ketusnya bilang begini, "ya, sudah kalau begitu kampusmu aja yang suruh mengalah!" boommmm...ngehek bener nih manager kataku dalam hati. Namun, keberuntungan menyertaiku waktu itu, teman sekelas menawarkan pekerjaan untukku di kantornya yang kebetulan membutuhkan orang yang memiliki keahlian yang ku punya. Ya sudah tanpa pikir panjang ku jabanin tuh pekerjaan. Pertimbangan saya waktu itu, kuliah sudah setengah jalan harus ku tuntaskan sayang.
Ku berdiskusi dengan kepala bengkel yang sudah senior di pabrik namanya pak astabrata. Beliau mendukung apa yang akan kuputuskan. Beliau bilang mumpung masih muda dan kalo tetap bertahan di pabrik juga ijasah kuliahmu tidak terpakai juga kata beliau. Memang setelah ku telusuri ternyata banyak yang bekerja dan kuliah kembali sambil menyelami keduanya banyak yang resign dari pabrik dan alasannya karena ijasahnya tidak bisa di upgrade untuk di pabrik tempat saya bekerja.
Setelah ku pikirkan kembali hari sabtu sore ku bertemu dengan temenku yang memberikan informasi tentang lowongan dikantornya. Hari itu juga langsung memintaku untuk mengirimkan lamaran ke kantornya via email. Hari senin ku di telepon oleh kantornya untuk interview hari berikutnya yaitu hari selasa. Hari senin ku diinfo ke pak asta dan beliau langsung memberikan semangat untuk datang interview. Sayang perasaanku masih belum begitu yakin karena urusannya dengan perijinan ke pabrik bagaimana? Namun, dengan penuh keyakinan pak asta dengan penuh semangat memberikan masukan dan motivasi kepadaku. Baiklah dalam hati ku yakinkan untuk melangkah dengan catatan gaji yang didapat paling tidak cucup untuk operasional.
Dengan penuh keyakinan akhirnya ku berangkat dengan gagah melangkah untuk interview di hari selasa. Bolos? ya tentu saja iyalah hahaha..mau bagaimana lagi demi menuntaskan masa kuliahku yang sudah ku mulai baiknya harus ku tuntaskan. Ternyata bukan hanya interview yang kudapatkan tes juga ternyata. Tesnya malahan dluar agenda yaitu membuat gambar kerja dengan menggunakan software autocad. namun, bagiku sudah tidak masalah. Setelah selesai tes akhirnya ku dipersilakan untuk bertemu dengan bos dari temenku sebut saja dia hendrik. Hasilnya malah disuruh untuk memilih mau diterima sebagai estimator apa drafter. Saya berfikir kalau kuliahku sudah berurusan dengan gambar akhirnya kuambil pekerjaan sebagai estimator. Akhirnya diterima dan gajia yang kudapatkan sudah cukup lumayan untuk menopang segala pengeluaranku selama menempuh kuliah. Satu masalah sudah kelar, resiko yang kuambil untuk mengamankan kuliahku adalah jarak tempuh tempat kerjaku dengan domisiliku yang lumayan jauh itu menjadi pekerjaan rumah tersendiri lagi.
Tapi itulah resiko yang harus kutempuh untuk mewujudkan cita2 yang selama ini ku idam2kan.
Saat hari berikutnya tiba hal yang harus kulakukan adalah resign dari pekerjaanku sebelumnya yaitu dari pabrik. Teman curhaku pak asta selalu mendengarkan cerita keluh kesahku tentang segala carut marut masalah yang ku hadapi. Hal ini pula ku diskusikan dengan beliau, dan beliau pun menyarankan untuk memberikan surat resign itu ke bagian HRD. Selang beberapa hari kok tidak ada respon dari pihak HRD ataupun dari atasan terkait. Sampai waktunya tiba kucoba hubungi HRD dan ternyata belum sampai ke pimpinan HRD karena berada di luar kota. Akhirnya dengan bantuan teman yang berada di HRD sebut saja widya, surat pengunduran diriku dari pabrik ditanda tangani oleh wakil dari HRD dan di stampel.
Akhir bulan dan hari terakhirku di pabrik ku langsung berpamitan dengan para teman satu bagian karena sudah resmi mengundurkan diri. Tentu saja hal ini mereka kaget dan tak percaya, karena saya tidak ada cerita tentang hal ini ke mereka. Hanya kepada pak asta saja saya bercerita dan beliau pun mendukungku. Saya respek sama beliau karena beliau merupakan senior di pabrik dan sudah menjadi orang tua yang menjadi panutan para juniornya.
Setelah ku berpamitan langsung ku berangkat kuliah karena waktu itu hari sabtu, karena buru2 jadi tidak bisa ku salami semuanya, hanya yang ku temui saja yang ku pamiti.
Perjalanan ke kampus waktu itu kurasa sangat panas dan macetnya luar biasa, dijalan saya ditelpon sama atasan langsung saya, beliau sebut saja mas maksum. Beliau belum sempat saya pamiti karena beliau sedang meeting di luar pabrik. Karena kondisi jalan yang macet parah akhirnya tidak kuangkat. Perjalanan sampai kampus harus kutempuh 2 jam perjalanan. Sesampai kampus langsung ku parkir motorku dan ku ambil hape sembari jalan menuju ke kelas. Ku telpon mas maksum dan menyampaikan permohonan maaf dan berpamitan walau lewat telepon. Yah, mungkin tindakannku memang kurang sopan tapi karena banyak pertimbangan dan saran dari pak asta bisa jadi kalo berpamitan dari awal akan lebih dipersulit lagi. Karena waktu itu posisiku memang belum ada gantiku, dan beberapa kali ada yang masuk blm bisa masuk kriteria dari mas maksum. Saya aja masih sering diomelin yang sudah lumayan lama hampir 3 tahun bersama beliau. Awalnya mas maksum kaget dan menyayangkan, tapi beliau melunak dan merelakanku resign. Alasannya saya tidak tau apa, mungkin saja ada peran dari pak asta dibalik kelunakan dari mas maksum. Pesan beliau kepadaku saat itu begini,
"Kalau itu memang sudah menjadi keputusanmu, semoga sukses, jangan lupa dengan teman2 di pabrik"
Singkat cerita ku sekarang sudah bekerja ditempat yang baru dan menjalani rutinitas yang baru kembali. berangkat lebih awal karena jarak tempuh dari rumah cukup jauh. Waktu terus berjalan, rasa capek fisik dan rasa capek pikiran karena beban pekerjaan dan harus memikirkan tugas kuliah yang semakin menumpuk membuatku setress. Hal ini berpengaruh terhadap keseharian dari mentalku, mudah marah, emosian, moody dan galau. Saat ini masa kuliah sudah menginjak pertengahan dari masa perkuliahanku. Dimana masa2 motivasi mulai berkurang dan jiwa malesnya sudah semakin memberontak. Efek dari rutinitas yang ku jalani ini yang paling kentara ya soal asmara apa lagi. karena komunikasi sudah semakin jelek, kurang jauh sekali. Hingga terjadilah proses yang tak diinginkan ceritanya.
Masa kuliah berjalan 2 tahun, setelah ku pikirkan dengan segala pertimbangan, ku putuskan untuk mengakhiri kisah percintaanku dengan dia. Alasannya adalah jarak yang memisahkan, waktu yang terbagi dengan segala kesibukan. sebenarnya sih lebih ke pikiran yang penat dipenuhi beban pikiran yang over ditambah fisik yang selalu terpacu untuk terus bergerak menyebabkan stress. Pemikiran jadi kurang maksimal dan sering emosi dengan sesuatu yang mestinya lebih tenang. Untuk itu ku lepaskan untuk bebas terbang kemanapun dia suka. Karena fokus untuk meniti karir dan kuliah itu membutuhkan effort yang besar dan penuh prihatin.
Berat tapi harus kulakukan untuk kebaikan bersama waktu itu, mungkin pemikiran orang yang putus asa dengan keadaan. Secara waktu sudah habis dengan rutinitas yang padat hingga komunikasi juga entah kemana. Pergi pagi pulang dengan tugas dan kadang musti pergi ke kampus yang jaraknya kurang lebih 40 km dan harus menembus macet. Sampai dirumah sudah pasti langsung pelor (nempel molor) karena kecapean.
Ujung semester semakin terlihat sudah, namun rasa capek yang mungkin menumpuk sudah menjadi bongkahan salju yang siap jatuh menggelinding. Sampai mata kuliah harus mengulang kembali semester depan. Karena konsentrasi sudah semakin menurun. Akhirnya kuputuskan untuk beristirahat cuti dari keduanya yaitu dari pekerjaan dan kuliah untuk mudik ke kampung halaman.
Kisah ini berlanjut ke masa peralihan pergantian posisi dari tinggal bareng teman2 di kontrakan menjadi tinggal bersama om jafar & friends. Kalau bercerita tentang idealisme tentu kalau berkaca dari proses perjalanan hingga ke tangerang, ku anggap diriku sebagai orang egois. Namun, yang namanya pertemuan pasti ada perpisahan. Konteks perpisahan ini dalam artian berpisah untuk tempat tinggal. Alasanku waktu itu adalah teman2 sudah stabil dalam hal ekonomi, kemudian kedepan bisa saja teman yang lain juga kan melakukan hal yang sama dengan apa yang kulakukan sekarang. Misalnya saja ada yang harus berumah tangga tentu saja akan mencari tempat tinggal baru untuk keluarga kecilnya. Hal yang wajar gak sih seperti itu? Lumrah lah ya kita sebagai manusia pasti ingin yang namanya menikah.
Proses terus berjalan seiring waktu, benar sudah apa yang terjadi. Satu persatu teman saya memutuskan untuk memilih jalan mereka masing2. Ada yang menikah ada pula yang pindah karena mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Demikian juga dengan keputusanku cepat atau lambat kita akan menjalani proses kehidupan sendiri, ya seperti apa yang kulakukan ini merupakan pilihan hidupku yang musti ku pertanggung jawabkan segala resiko yang ada.
Waktu terus berjalan, seiring waktu berjalan komunikasi kami walaupun terpisah tetap kami jaga mengingat awal mula kita bersama datang ke tanah rantau bareng2 dengan segala proses yang telah kita lalui bersama.
Demikian proses perjuangan kisah cintaku yang semakin lama semakin hambar karena kesibukanku yang bertambah. Sudah bekerja selama 5,5 hari dalam seminggu ku gunakan untuk bekerja, sisanya untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah. Hingga masa itu tiba saat ku harus menentukan arah dari apa yang ku mulai dengan dia, apakah kisah ini akan kulanjutkan ataukah harus kandas diterpa angin tanpa bekas.
kebetulan juga waktu itu ada masalah dengan mata kuliah yang tidak bisa kuambil dan sama dekan kebetulan ketahuan pada saat mata kuliahnya mau diganti jamnya menjadi sabtu pagi hari. Sementara sabtu saya yang bekerja di pabrik hari sabtu masih masuk setengah hari. Kucoba bernegosiasi dengan pihak pabrik untuk meminta keringanan terkait jam bekerjaku. Waktu itu saya negosiasi dengan manager departemenku yaitu departemen maintenance, beliau dengan ketusnya bilang begini, "ya, sudah kalau begitu kampusmu aja yang suruh mengalah!" boommmm...ngehek bener nih manager kataku dalam hati. Namun, keberuntungan menyertaiku waktu itu, teman sekelas menawarkan pekerjaan untukku di kantornya yang kebetulan membutuhkan orang yang memiliki keahlian yang ku punya. Ya sudah tanpa pikir panjang ku jabanin tuh pekerjaan. Pertimbangan saya waktu itu, kuliah sudah setengah jalan harus ku tuntaskan sayang.
Ku berdiskusi dengan kepala bengkel yang sudah senior di pabrik namanya pak astabrata. Beliau mendukung apa yang akan kuputuskan. Beliau bilang mumpung masih muda dan kalo tetap bertahan di pabrik juga ijasah kuliahmu tidak terpakai juga kata beliau. Memang setelah ku telusuri ternyata banyak yang bekerja dan kuliah kembali sambil menyelami keduanya banyak yang resign dari pabrik dan alasannya karena ijasahnya tidak bisa di upgrade untuk di pabrik tempat saya bekerja.
Setelah ku pikirkan kembali hari sabtu sore ku bertemu dengan temenku yang memberikan informasi tentang lowongan dikantornya. Hari itu juga langsung memintaku untuk mengirimkan lamaran ke kantornya via email. Hari senin ku di telepon oleh kantornya untuk interview hari berikutnya yaitu hari selasa. Hari senin ku diinfo ke pak asta dan beliau langsung memberikan semangat untuk datang interview. Sayang perasaanku masih belum begitu yakin karena urusannya dengan perijinan ke pabrik bagaimana? Namun, dengan penuh keyakinan pak asta dengan penuh semangat memberikan masukan dan motivasi kepadaku. Baiklah dalam hati ku yakinkan untuk melangkah dengan catatan gaji yang didapat paling tidak cucup untuk operasional.
Dengan penuh keyakinan akhirnya ku berangkat dengan gagah melangkah untuk interview di hari selasa. Bolos? ya tentu saja iyalah hahaha..mau bagaimana lagi demi menuntaskan masa kuliahku yang sudah ku mulai baiknya harus ku tuntaskan. Ternyata bukan hanya interview yang kudapatkan tes juga ternyata. Tesnya malahan dluar agenda yaitu membuat gambar kerja dengan menggunakan software autocad. namun, bagiku sudah tidak masalah. Setelah selesai tes akhirnya ku dipersilakan untuk bertemu dengan bos dari temenku sebut saja dia hendrik. Hasilnya malah disuruh untuk memilih mau diterima sebagai estimator apa drafter. Saya berfikir kalau kuliahku sudah berurusan dengan gambar akhirnya kuambil pekerjaan sebagai estimator. Akhirnya diterima dan gajia yang kudapatkan sudah cukup lumayan untuk menopang segala pengeluaranku selama menempuh kuliah. Satu masalah sudah kelar, resiko yang kuambil untuk mengamankan kuliahku adalah jarak tempuh tempat kerjaku dengan domisiliku yang lumayan jauh itu menjadi pekerjaan rumah tersendiri lagi.
Tapi itulah resiko yang harus kutempuh untuk mewujudkan cita2 yang selama ini ku idam2kan.
Saat hari berikutnya tiba hal yang harus kulakukan adalah resign dari pekerjaanku sebelumnya yaitu dari pabrik. Teman curhaku pak asta selalu mendengarkan cerita keluh kesahku tentang segala carut marut masalah yang ku hadapi. Hal ini pula ku diskusikan dengan beliau, dan beliau pun menyarankan untuk memberikan surat resign itu ke bagian HRD. Selang beberapa hari kok tidak ada respon dari pihak HRD ataupun dari atasan terkait. Sampai waktunya tiba kucoba hubungi HRD dan ternyata belum sampai ke pimpinan HRD karena berada di luar kota. Akhirnya dengan bantuan teman yang berada di HRD sebut saja widya, surat pengunduran diriku dari pabrik ditanda tangani oleh wakil dari HRD dan di stampel.
Akhir bulan dan hari terakhirku di pabrik ku langsung berpamitan dengan para teman satu bagian karena sudah resmi mengundurkan diri. Tentu saja hal ini mereka kaget dan tak percaya, karena saya tidak ada cerita tentang hal ini ke mereka. Hanya kepada pak asta saja saya bercerita dan beliau pun mendukungku. Saya respek sama beliau karena beliau merupakan senior di pabrik dan sudah menjadi orang tua yang menjadi panutan para juniornya.
Setelah ku berpamitan langsung ku berangkat kuliah karena waktu itu hari sabtu, karena buru2 jadi tidak bisa ku salami semuanya, hanya yang ku temui saja yang ku pamiti.
Perjalanan ke kampus waktu itu kurasa sangat panas dan macetnya luar biasa, dijalan saya ditelpon sama atasan langsung saya, beliau sebut saja mas maksum. Beliau belum sempat saya pamiti karena beliau sedang meeting di luar pabrik. Karena kondisi jalan yang macet parah akhirnya tidak kuangkat. Perjalanan sampai kampus harus kutempuh 2 jam perjalanan. Sesampai kampus langsung ku parkir motorku dan ku ambil hape sembari jalan menuju ke kelas. Ku telpon mas maksum dan menyampaikan permohonan maaf dan berpamitan walau lewat telepon. Yah, mungkin tindakannku memang kurang sopan tapi karena banyak pertimbangan dan saran dari pak asta bisa jadi kalo berpamitan dari awal akan lebih dipersulit lagi. Karena waktu itu posisiku memang belum ada gantiku, dan beberapa kali ada yang masuk blm bisa masuk kriteria dari mas maksum. Saya aja masih sering diomelin yang sudah lumayan lama hampir 3 tahun bersama beliau. Awalnya mas maksum kaget dan menyayangkan, tapi beliau melunak dan merelakanku resign. Alasannya saya tidak tau apa, mungkin saja ada peran dari pak asta dibalik kelunakan dari mas maksum. Pesan beliau kepadaku saat itu begini,
"Kalau itu memang sudah menjadi keputusanmu, semoga sukses, jangan lupa dengan teman2 di pabrik"
Singkat cerita ku sekarang sudah bekerja ditempat yang baru dan menjalani rutinitas yang baru kembali. berangkat lebih awal karena jarak tempuh dari rumah cukup jauh. Waktu terus berjalan, rasa capek fisik dan rasa capek pikiran karena beban pekerjaan dan harus memikirkan tugas kuliah yang semakin menumpuk membuatku setress. Hal ini berpengaruh terhadap keseharian dari mentalku, mudah marah, emosian, moody dan galau. Saat ini masa kuliah sudah menginjak pertengahan dari masa perkuliahanku. Dimana masa2 motivasi mulai berkurang dan jiwa malesnya sudah semakin memberontak. Efek dari rutinitas yang ku jalani ini yang paling kentara ya soal asmara apa lagi. karena komunikasi sudah semakin jelek, kurang jauh sekali. Hingga terjadilah proses yang tak diinginkan ceritanya.
Masa kuliah berjalan 2 tahun, setelah ku pikirkan dengan segala pertimbangan, ku putuskan untuk mengakhiri kisah percintaanku dengan dia. Alasannya adalah jarak yang memisahkan, waktu yang terbagi dengan segala kesibukan. sebenarnya sih lebih ke pikiran yang penat dipenuhi beban pikiran yang over ditambah fisik yang selalu terpacu untuk terus bergerak menyebabkan stress. Pemikiran jadi kurang maksimal dan sering emosi dengan sesuatu yang mestinya lebih tenang. Untuk itu ku lepaskan untuk bebas terbang kemanapun dia suka. Karena fokus untuk meniti karir dan kuliah itu membutuhkan effort yang besar dan penuh prihatin.
Berat tapi harus kulakukan untuk kebaikan bersama waktu itu, mungkin pemikiran orang yang putus asa dengan keadaan. Secara waktu sudah habis dengan rutinitas yang padat hingga komunikasi juga entah kemana. Pergi pagi pulang dengan tugas dan kadang musti pergi ke kampus yang jaraknya kurang lebih 40 km dan harus menembus macet. Sampai dirumah sudah pasti langsung pelor (nempel molor) karena kecapean.
Ujung semester semakin terlihat sudah, namun rasa capek yang mungkin menumpuk sudah menjadi bongkahan salju yang siap jatuh menggelinding. Sampai mata kuliah harus mengulang kembali semester depan. Karena konsentrasi sudah semakin menurun. Akhirnya kuputuskan untuk beristirahat cuti dari keduanya yaitu dari pekerjaan dan kuliah untuk mudik ke kampung halaman.
Sekembalinya ku ke kampung halaman merupakan salah satu caraku untuk menghilangkan kepenatan yang sudah mulai menggerogoti benakku. Penat kalau dipelihara efeknya akan menjadi semakin setress dan akan berakibat yang lebih fatal.
Kisah asmara yang sempat kandas karena kegiatanku yang kurang normal itu, kok rasa2nya ku teringat dengan kejadian itu. Tanpa kusadari si dia menghubungiku kembali dan mengajakku untuk bertemu. Awalnya ku rasa hal itu tak pernah terpikirkan lagi oleh ku. Ternyata dia masih belum terima dengan alasan yang ku berikan pada waktu itu.
Akhirnya kita pun bertemu dan berbincang di suatu pusat perbelanjaan di kota jogja. Sebenarnya waktu habis putus waktu itu dia selalu menghubungiku namu n selalu saja ku abaikan karena pikiranku sudah kalut dan banyak yang musti kuselesaikan. Setelah bertemu dan kami pun berbincang dari hati ke hati dan disitu hatiku kok merasa dia tangguh dan tulus terhadapku. Dengan tenang dan penuh kesadaran ku beranikan diri untuk mengajaknya ke jenjang yang lebih serius.
Dia dengan taangan terbuka menerimanya untuk kita kembali menjalin tali asmara yang sempat terputus.
Langkah berikutnya adalah mengenai orang tua, dari orang tuaku mereka sudah lebih mengenal dia dari pada orang tua dia ke aku. Orang tuanya merupakan orang tua yang masih produktif dan masih sama2 bekerja. Bapaknya bekerja di semarang di pelabuhan yang bekerja sama dengan bea cukai dan ibu si dia bekerja bareng temannya di bidang agraria waktu itu.
Setelah semua kusampaikan ke dia, akhinya kita pun pulang ke rumah masing2. Aku menyampaikan kepada orang tuaku dan dia mengatur pertemuan dengan orang tua nya untukku.
Kusampaikan niatku untuk melanjutkan kisah asmaraku ke tingkat yang lebih serius. Orang tuaku waktu itu hanya menanyakan dia orang tuanya siapa dan seperti apa kehidupannya. Kusampaikan dengan apa adanya kepada orang tuaku kalo dia merupakan dua bersaudara dan dia anak ragil alias anak bungsu. Orang tuanya merupakan pegawai semua dan kakaknya bekerja di bidang media di jakarta.
Orang tuaku khawatir, apakah mereka mau menerima keluargaku atau tidak karena orang tuaku hanyalah seorang buruh tani dari keluarga yang sederhana.
Karena sudah berani berkomitmen dengan si dia, dengan penuh keyakinan ku datang ke rumahnya dan bertemu dengan kedua orang tuanya sendiri terlebih dahulu. Hal ini kulakukan untuk memastikan bagaimana tanggapan kedua orang tua dari dia tentang kedatanganku dan kuperkenalkan siapa diriku.
Sebelumnya sudah kusampaikan kepada orang tuaku kalo ini akan ku datangi sendiri dahulu dan mohon doa restu untuk hasil yang terbaik. Restu sudah kudapatkan dari orangtuaku itu modal yang sungguh besar buatku.
Setibanya dirumah dia, kebetulan semua sudah lengkap ada bapak sama ibu. Langsung saja kumulai melancarkan serangan awalan dengan memberikan company profil diriku yang mungkin dia sudah bercerita panjang lebar kepada mereka. Ku perkenalkan diriku dari kegiatanku sekarang yang masih berstatus karyawan dan mahasiswa, kedua orang tuaku berasal dari mana dan apa mata pencaharian dan kegiatannya sekarang. setelah memperkenalkan diri langsung pelan tapi pasti tanpa basa-basi langsung ku lontarkan niat dari kedatanganku bertamu. "Bapak serta ibu, maksud kedatangan saya kemari untuk melamar putri bapak dan ibu, jika direstui maka kepulangan saya berikutnya saya beserta orang tua saya akan datang kembali secara resmi" itu lontaran kata2 yang kusampaikan dengan penuh keyakinan.
Setelah kusampaikan maksud dari kedatanganku, terasa lega karena sudah ku penuhi komitmenku terhadap dia, sekarang tinggal hasilnya seperti apa jawaban dari kedua orang tuanya.
Setelah beberapa detik kusampaikan, bapak dari bundazi menyatakan dan mengutarakan apa yang perlu disampaikan kepadaku.beliau memberikan lampu hijau dengan catatan, selesaikan kuliahku dahulu. Namun, ternyata wejangan2 disampaikan oleh bapak panjang lebar dari A sampai Z kembali lagi ke A lagi.
Dari habis azhar kami berbincang bersama bapak ibu dan dia, hingga wejangan2 dari bapak dan ibu tersampaikan dengan derasnya kepadaku. Wejangan yang masih ku ingat ada beberapa :
Kisah asmara yang sempat kandas karena kegiatanku yang kurang normal itu, kok rasa2nya ku teringat dengan kejadian itu. Tanpa kusadari si dia menghubungiku kembali dan mengajakku untuk bertemu. Awalnya ku rasa hal itu tak pernah terpikirkan lagi oleh ku. Ternyata dia masih belum terima dengan alasan yang ku berikan pada waktu itu.
Akhirnya kita pun bertemu dan berbincang di suatu pusat perbelanjaan di kota jogja. Sebenarnya waktu habis putus waktu itu dia selalu menghubungiku namu n selalu saja ku abaikan karena pikiranku sudah kalut dan banyak yang musti kuselesaikan. Setelah bertemu dan kami pun berbincang dari hati ke hati dan disitu hatiku kok merasa dia tangguh dan tulus terhadapku. Dengan tenang dan penuh kesadaran ku beranikan diri untuk mengajaknya ke jenjang yang lebih serius.
Dia dengan taangan terbuka menerimanya untuk kita kembali menjalin tali asmara yang sempat terputus.
Langkah berikutnya adalah mengenai orang tua, dari orang tuaku mereka sudah lebih mengenal dia dari pada orang tua dia ke aku. Orang tuanya merupakan orang tua yang masih produktif dan masih sama2 bekerja. Bapaknya bekerja di semarang di pelabuhan yang bekerja sama dengan bea cukai dan ibu si dia bekerja bareng temannya di bidang agraria waktu itu.
Setelah semua kusampaikan ke dia, akhinya kita pun pulang ke rumah masing2. Aku menyampaikan kepada orang tuaku dan dia mengatur pertemuan dengan orang tua nya untukku.
Kusampaikan niatku untuk melanjutkan kisah asmaraku ke tingkat yang lebih serius. Orang tuaku waktu itu hanya menanyakan dia orang tuanya siapa dan seperti apa kehidupannya. Kusampaikan dengan apa adanya kepada orang tuaku kalo dia merupakan dua bersaudara dan dia anak ragil alias anak bungsu. Orang tuanya merupakan pegawai semua dan kakaknya bekerja di bidang media di jakarta.
Orang tuaku khawatir, apakah mereka mau menerima keluargaku atau tidak karena orang tuaku hanyalah seorang buruh tani dari keluarga yang sederhana.
Karena sudah berani berkomitmen dengan si dia, dengan penuh keyakinan ku datang ke rumahnya dan bertemu dengan kedua orang tuanya sendiri terlebih dahulu. Hal ini kulakukan untuk memastikan bagaimana tanggapan kedua orang tua dari dia tentang kedatanganku dan kuperkenalkan siapa diriku.
Sebelumnya sudah kusampaikan kepada orang tuaku kalo ini akan ku datangi sendiri dahulu dan mohon doa restu untuk hasil yang terbaik. Restu sudah kudapatkan dari orangtuaku itu modal yang sungguh besar buatku.
Setibanya dirumah dia, kebetulan semua sudah lengkap ada bapak sama ibu. Langsung saja kumulai melancarkan serangan awalan dengan memberikan company profil diriku yang mungkin dia sudah bercerita panjang lebar kepada mereka. Ku perkenalkan diriku dari kegiatanku sekarang yang masih berstatus karyawan dan mahasiswa, kedua orang tuaku berasal dari mana dan apa mata pencaharian dan kegiatannya sekarang. setelah memperkenalkan diri langsung pelan tapi pasti tanpa basa-basi langsung ku lontarkan niat dari kedatanganku bertamu. "Bapak serta ibu, maksud kedatangan saya kemari untuk melamar putri bapak dan ibu, jika direstui maka kepulangan saya berikutnya saya beserta orang tua saya akan datang kembali secara resmi" itu lontaran kata2 yang kusampaikan dengan penuh keyakinan.
Setelah kusampaikan maksud dari kedatanganku, terasa lega karena sudah ku penuhi komitmenku terhadap dia, sekarang tinggal hasilnya seperti apa jawaban dari kedua orang tuanya.
Setelah beberapa detik kusampaikan, bapak dari bundazi menyatakan dan mengutarakan apa yang perlu disampaikan kepadaku.beliau memberikan lampu hijau dengan catatan, selesaikan kuliahku dahulu. Namun, ternyata wejangan2 disampaikan oleh bapak panjang lebar dari A sampai Z kembali lagi ke A lagi.
Dari habis azhar kami berbincang bersama bapak ibu dan dia, hingga wejangan2 dari bapak dan ibu tersampaikan dengan derasnya kepadaku. Wejangan yang masih ku ingat ada beberapa :
- Menikah itu bukan perkara mudah banyak perbedaan sudah siapkah dengan itu?
- Tidak mudah hidup dengan seorang swasta (bukan PNS) jadi bapak mau mendidik anaknya untuk siap menjadi seorang istri dari swasta, untuk itu sambil menyelesaika kuliahku
- Seorang suami/kepala rumah tangga harus menentukan arah kapal mau dibawa kemana, diumpamakan sedang berkendara dengan motor dalam keadaan jalan macet didepan ada mobil, mau ambil sisi jalan kanan atau kiri mobil itu sekian detik kudu diambil keputusan
- terakhir ibu menambahkan toleransi, maksudnya toleransi kita sebagai makhluk sosial harus respek terhadap pasangan
Wejangan2 tersebut memberikan sinyal positif bagiku, walaupun dalam hati sudah keringat dingin dan penuh sesak rasanya. Sebelum tambah melebar kemana-mana, akhirnya adzan magrib menyelamatkanku dari bahasan yang membuatku sesak nafas. Maklum baru pertama kali menghadap begitu langsung diserang dengan berbagai wejangan2 yang kesiapanku pun belum sampai kesitu.
Setelah berakhir penghadapanku kepada kedua orang tuanya, akhirnya ku haturkan pamit dan pulang ke rumah untuk mengabarkan kabar gembira ini. Kurencakan sepulangku berikutnya bisa terlaksana dengan persiapan dengan siapa saja yang kan menemaniku untuk bertemu dengan keluarga dia. Waktu itu sempat dibahas persiapan siapa aja yang bisa menemaniku ke sana, diantaranya yang mewakili keluarga ada beberapa kandidat namun alm. simbok menyaranka untuk yang mewakili adalah alm. lek yadi.
Setelah kusampaikan dan kedua orang tuaku sudah mengerti apa yang kusampaikan akhirnya keesokan harinya ku pulang ke perantauan kembali.
Setelah beberapa bulan berikutnya yang bertepatan sebulan sebelum hari pertemuan kedua orang tua. Setelah pembicaraan yang matang ternyata saya dapat kabar dari alm. lek yadi kalau beliau juga bertepatan dengan hari pernikahan putranya yang kedua. Beliau mengabarkan kalau tidak bisa menjadi wakil dari keluargaku.
Ku informasikan hal ini kepada keluarga dia dengan maksuda untuk negosisai dengan waktu bisa maju ataupun mundur. Maksud hati supaya komunikasi lancar malah kebalikan, bapak dari dia merasa kalau dipermainkan atau apalah istilahnya. Sempat bersitegang dengan kondisi tersebut. Waktu itu terpancing juga emosiku, sebenarnya kan bisa dibicarakan dengan baik tanpa harus dengan emosi, tapi kenyataannya malah sebaliknya.
maklum juga sih karena ini kali pertama anaknya akan diboyong oleh orang lain sebagai istri. Sebagai bapak tentu saja hal yang tidak mudah, semenjak kecil hingga dewasa mereka yang merawat dan membesarkannya hingga jadi spserti sekarang.
Setelah beberapa kali negosiasi akhirnya lunak juga bapak dan memberikan opsi ke keluarga ku untuk mengatur ulang dan saling menyesuaikan jadwal, supaya ada titik temu diantara kedua keluarga.
Akhirnya keputusan harinya diundur selama sebulan karena waktu itu pas kebetulan ujian kuliah juga. Jadi setelah habis ujian sekalian supaya semua juga enak. Setelah terjadi kesepakatan, pihak keluarga dari dia mengabarkan untuk tidak usah adanya pengikat alias simbol lamaran seperti cincin ataupun kalung atau semacamnya. Cukup keluarga datang silaturahmi dan menyampaikan maksud kedatangan dan membicarakan masalah kapan akan dilaksanakan akad.
Beberapa hari sebelum hari H, dia memberikan kabar yang membuatku sedikit shock juga. Lantaran apa yang sudah menjadi kesepakatan dari awal tentang pengikat yang ditiadakan ternyata uti/eyang dari dia menginginkan harus ada pengikat. Kelabakan juga jadinya, musti bagaimana ini?
Sedangkan waktu itu harus persiapan untuk ujian kuliah yang membutuhkan persiapan materi, kalau tidak tidak bisa ikut ujian. Sempat terganggu dengan hal tersebut namun ternyata keberuntungan masih menyertaiku. Tidak perlu barang yang bernilai tinggi yang penting secara simbolis sudah bisa masuk syarat yang diinginkan oleh uti-nya.
Ujian kuliah pun kulalui denga lancar dan hari saat ku pulang sudah tiba. Saat ku sampai dikampung halaman langsung ku bersama dia mencari perhiasan berupa cincin yang sepantasnya. Karena keterbatasan modal akhirnya kita sepakat mencari saja perak di pusat kerajinan perak di kota gedhe. Setelah dapat langsung saja ku minta dia yang simpan supaya tidak ketinggalan.
persiapan dirumah sudah hampir selesai dan keesokan harinya kita berangkat berjuang kembali untuk memenangkan perjuangan mendapatkan calon menantu.
Hari H pun tiba, kita dengan 2 mobil berangkat ditemani oleh sanak saudara dan yang mewakili ku adalah mbah parjo (tetanggaku). Sesampai disana sudah disambut keluarga besar dari dia. Kami pun dipersilakan masuk dengan membawa oleh2 untuk keluarga dia.
Acara dimulai dengan sedikit basa-basi, dan mulailah mbah parjo menyampaikan maksud dan tujuan kami sekeluarga datang bersilaturahmi. Yang menjadi wakil dari keluarga dia adalah uti-nya sendiri. ada sedikit cerita lucu, waktu bapaknya menyampaikan tentang perhelatan acara ini, beliau mengatakan kalau ini acara untuk sekedar makan bersama saja. Namun, Uti dengan keras malah marah kepada bapaknya. "Kamu itu orang jawa, kalau ada laki2 yang datang bersama keluarga itu serius dan itu lamaran bukan main2" itu cerita dari dia. "Sudah uti yang jadi wakil anakmu" lanjut si uti menyampaikan kepada bapaknya.
Setelah mbah parjo menyampaikan dengan jelas maksud dan tujuan kedatangan kami sekeluarga. tak lupa pula mbah parjo menginformasikan bahwasannya aku masih sekolah, jadi masih ada peluang untuk ditunda terlebih dahulu supaya menyelesaikan pendidikanku terlebih dahulu sebelum akhirnya akad.
Uti menyampaikan terima kasih utas kehadiran kami sekeluarga, dengan tangan terbuka akhirnya lamaranku diterima. Untuk acara akadnya masih menunggu sekolahku selesai. Akhirnya dada ini lepas sudah dari ikatan sesakku. akirnya kami bertukar pengikat dan acara dilanjutkan dengan makan bersama.
Saat acara makan bersama, uti memberikan wejangan kepada kami berdua calon pengantin. Pesan uti, "uti doakan supaya menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah, uti tambahi satu lagi yakni sak-omah" begitu pesan uti. Yang dimaksud sak-omah oleh uti adalah supaya kami tidak terjangkit turunan dari anak2 uti yang lain dimana mereka kebanyakan tidak serumah. Suaminya kerja di luar kota istrinya dirumah contoh simpelnya seperti itu. Seperti ibu dan bapaknya dia juga begitu, bapaknya kerjanya disemarang dan ibu kerja juga tapi djogja.
Setelah semua selesai kamipun berfoto bersama dan langsung pulang kerumah.
Selang sehari sorenya harusku kembali lagi untuk merantau, dengan naik kereta ke jakarta. Proses menuju hari pernikahan kamipun masih teramat panjang, namun hal ini sedikit menguntungkan karena bisa mencicil sebagai persiapan pernikahan. Waktu itu masih satu setengah tahun lagi waktunya. Dari maskawain sudah kami persiapkan jauh2 hari sebelumnya, dari cincin, maskawin, dan turunannya.
Beberapa waktu juga waktu ada acara keluarga besar seperti ulang tahun uti-nya atau acara dikeluargaku. Kusempatkan untuk ikut hadir sebagai perkenalan kepada keluarga besar.
Namun, waktuku masih menyisakan masa kuliah 2 semester keluarga dari dia, memberikan kabar kalau pernikahan sebaiknya disegerakan saja tidak usah menunggu kuliahku selesai. Ku sampaikan kepada dia kalau acara pernikahannya sederhana saja, semampunya karena kalau pemikiranku kalau punya modal yang lebih sebaiknya digunakan untuk pasca nikah saja, karena itu lebih bijak. Tapi semuanya kuserahkan kepada keluarganya karena mereka yang banyak relasi (mungkin). Sedangkan dari keluargaku sudah pasrah saja dengan kelaurga dia.
Waktu berjalan hingga akhirnya waktu pun semakin dekat. Persiapan demi persiapan mulai kelihatan ada. Karena keterbatasan waktu dan jarak, ku pasrahkan semua kepada keluarga untuk menyiapkan semua.
Sebulan sebelum hari H, simbokku masuk rumah sakit awalnya tipes dan ternyata ada pembengkakan jantung yang mengharuskan beristirahat dan dirawat dirumah sakit. Sedih sekali waktu itu, apa yang harus ku lakukan? Apa karena acaraku ini simbok jadi masuk rumah sakit? perasaan yang tidak karuan terjadi menjelang hari H.
Memang sih berdasarkan pengalaman dari orang2 yang mau menikah pasti aja ada masalah yang membuat sesak nafas baik dari calon mempelai laki2 ataupun perempuan. Benar saja mitos itu, soalnya dia calon istriku juga selalu bersitegang dengan bapaknya soal acara soal persiapan ada saja yang membuat berselisih paham.
Tapi salut buat dia yang bermental baja, dia sendiri yang berangkat mencari gedung, catering, baju pengantin pokoknya dialah yang kerja keras dengan segala keterbatasannya. Aku sendiri malah berkutat dengan duniaku sendiri, sesekali saja ku bisa pulang dan menemani dia untuk fitting baju, persiapan undangan. yah mungkin itu saja yang bisa kulakukan. Pendaftaran ke KUA dan mengurus surat menyurat. Sempat saat ku mengurus surat numpang nikah, ku urus berdua dengan dia, dari pak dukuh, keluaharan dan ke KUA. Sempat perjalanan ke KUA yang dengan Pedenya ku langsung ke Kecamatan. ehhh..ternyata salah tempat, ku kira KUA jadi satu dengan kecamatan ternyata salah. Pas sampai di kecamatan hujan derasnya disertai dengan angin, akhinya kiat berteduh di kecamatan.
Selang setengah jam kemudian hujan reda, kami meluncur ke KUA yang tidak jauh dari kecamatan. Sesampainya disana kami diberikan pengarahan pengantar pernikahan dan selesai sudah berkasnya.
Setelah selesai persiapan, semua sudah siap tinggal berangkat untuk acara akad. Kondisi simbok ternyata belum memungkinkan untuk menemaniku dipelaminan. Akhirnya simbok digantikan oleh tante ratna, alasannya karena baju yang sudah dipersiapkan untuk simbok yang muat hanya tante ratna.
Acara akad nikah 16 september 2016, itu hari jum'at. Prosesi diadakan pagi jam 9 sampai selesai. Waktu menjelang duduk di kursi pesakitan ku merasa tegang dan dada ini terasa sesak. Saat sesi foto untuk dibuat story oleh juru foto, sempat dberikan trik untuk supaya tidak tegang dan mampu menampilkan performa yang kece katanya. kudiberikan rokok untuk ku hisap supaya lepas keteganganku dan saat difoto ujung lidahku disuruh menyentuhkan ke langit2 rongga mulutku supaya senyumku lebih terlihat natural dan tidak tegang.
Setelah ku mengenakan pakaian kebesaran, ku langsung ke depan untuk prosesi akad nikah. Akhirnya ku jabat tangan bapaknya dia dan prosesi dilakukan dengan lancar. Setelah ku jabat dan ku mengucapkan ijab qobul dan terdengar suara sahhh?...dan jawaban dari para saksi semua bilang sah....langsung dada ini serasa plong. Kemudian barulah mempelai wanita keluar. Yang sebelumnya hanya status pacar dan meningkat tunangan sekarang sudah sah menjadi istriku. dialah bundazi wanita tangguh yang akan menjadi belahan jiwaku sampai kelak tua nanti.
itulah ceritaku yang bertajuk perjalanan tak tergantikan, semua ini terlancarkan hingga akhirnya ku memiliki wanita yang super tangguh dan pantang akan keadaan. Tetap selalu disampingku bunda, sabar selalu menghadapiku dan kelak menghadapi anak2 kita. Tetap tanguh wonder womanku. Sehat terus dan mari kita kejar impian kita bersama mengarungi bahtera rumah tangga kita.
thanks to semua pihak yang telah membantu melancarkan perjalanan yang tak tergantikan ini. Semoga cerita ini berlanjut dan akan kutuliskan kembali sequel dari cerita ini.
Comments
Post a Comment