Pagi dihari kerja kuterima pesan singkat dari belahan jiwaku di jogja sana. Dia sedang hamil tua yang siap untuk melahirkan any time and any where. Hmmm...begini kurang lebih pesan singkatnya, "Ba, tadi pagi kok pas habis pipis keluar agak berlendir gitu y?" Sontak membuatku terbelalak terbangun dari tempat tidurku. Kemudian kujawab dengan segala kekuatan jariku begini, "Kapan jadwal periksanya nda?" Sembari bersiap untuk mandi kutunggu jawaban dari pesan singkat itu. "Besok ba jadwal periksanya" oh ya sudah kalau begitu ku jawab, "kalau hari ini kira2 dokternya ada g ya? kalau ada coba aja buat janji untuk periksa!" Setelah itu ku tinggalkan handphone di atas tempat tidur dan kuambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk membasuh badanku dan bersiap untuk berangkat berkarya.
Dapat kabar kalau hari ini bisa ketemu dengan dokter kandungan, ya syukurlah semoga tidak ada sesuatu yang tidak pada tempatnya. Setelah bersiap ku lanjutkan berangkat berkarya ditemani oleh si supri (motor supra). Sambil terus memantau perkembangan keadaan istriku, sambil berkarya. Namun namanya long distance married (LDM) ini sungguh menyiksa apalagi sekarang istri sedang hamil tua begini. Harusnya ku berada disampingnya untuk menemaninya melalui hari-hari kelahiran anak pertama kami. Apalah daya semua sudah direncanakan namun yang menentukan hasil ya tetap ada campur tangan tuhan. Manusia hanya bisa berencana, namun tuhan maha perencana jadi legowo dan tetap bersyukur dengan segala keterbatanku saat ini. Ku percaya ini akan indah pada waktunya.
Kondisi istriku sudah makin sering mules-mules namun masih bisa menahannya. Istriku berangkat ke dokter ditemani sama ibu, ternyata antriannya lumayan. Berangkat sekitar jam 9 pagi mendapatkan giliran periksa jam setengah 1 siang wow...bisa bayangkan nunggunya? Proses menunggu giliran masih disertai mules-mules yang sudah mulai sering dan makin sakit. Setelah diperiksa oleh dokter kandungannya ternyata masih belum ada bukaan, disarankan untuk pulang saja dan beristirahat dirumah. Kalaupun dirumah sakit juga tidak mendapatkan tindakan kok, mendingan dirumah masih bisa bebas dan gratis lagi. Akhirnya ibu kasih kabar kalo masih belum bukaan jadi sekarang disuruh kembali pulang.
Mulai mengelus-elus panic button nih, hmm...pencet apa ngga? Setelah dapat kabar dari ibu akhirnya ku telpon istriku. "Iya belum bukaan tapi mules-mules ba" kata istriku. Kujawab, "iya sudah ku atur waktu buat minta ijin buat pulang cuti persiapan melahirkan". Sehabis tutup telepon akhirnya jiwa penanyaku kembali muncul, ku tanya ke teman-teman di kantor tentang pengalamannya melahirkan dan menunggui persiapan melahirkan proses dari tanda-tanda sampai proses ceprott keluar si debay nya.
"Bagaimana proses melahirkan anak kalian bro n sis?"
Jawabannya beragam ada yang menunggui proses persalinan, ada yang harus melewati dipacu selama 3 hari dirumah bersalin, ada juga yang siang masuk pagi sudah lahir, ada pula yang lahir setelah ketemu sama suaminya. Macam-macam jawabannya, dari semua ku simpulkan kalau proses melahirkan tiap orang itu berbeda. Namun kalau anak pertama kata temenku bisa 2 sampai 3 hari baru lahir tidak tau itu berdasarkan pengalaman dia ataukah ilmu dari mana bisa dengan yakin bilang begitu..hahaha.
Kurang lebih jam setengah 3 sore dapat info kalo istriku sudah bukaan 2, hlaahh..kok cepet gitu? Ternyata benar dugaanku akan proses kelahiran itu berbeda satu sama lain. Ibu menyarankan sebaiknya besok pagi ibu kabari sebaiknya pulang tidaknya, soalnya maklumlah proses perijinan dan percutian agak merepotkan urusannya. Kalau ijinnya didetik terakhir kan lumayan liburnya bisa lebih panjang dibelakang. Itu pemikiran yang salah sih sebenarnya, hla wong lagi genting mau melahirkan kok masih itung-itungan perkara cuti..bodoh! Saya pikir juga perkataan ibu ada baiknya dan pikiranku terpengaruh juga sama omongan dari temenku kalo mitos anak pertama itu mungkin saja benar, proses persalinan pertama jadi prosesnya lebih lama bisa 2 sampai 3 hari baru lahir. Ku iyakan saja saran dari ibu dengan pikiran yang sudah mulai oleng kapten.
Kembali ku minta saran dari para senior yang sudah berpengalaman untuk urusan peranakan..hahaha. peranakan..
"Sebaiknya sekarang apa yang harus kulakukan saat ini? apakah pulang sekarang apa besok atau sebaiknya bagaimana?"
Ku simak dengan khidmat saran dari para senior karena asiknya dan fokusya menyimak tiba-tiba telpon berdering dengan kasarnya. Wow...sabar sebentar, ku angkat dan kulihat nama ibu muncul di layar, dalam hati apa yang terjadi ya? Benar sudah sudah terjadi pembukaan tahap 4. Ibu langsung bilang, "Mas, sebaiknya cari tiket sekarang!" Langsung fokusku terpecah, dengan pikiran yang sudah meracau ku cari tiket pesawat untuk terbang ke jogja sana. Setelah pencarian browsing-browsing dapatlah pesawat jam setengah 8 malam waktu itu. Ku lihat jam menunjukkan jam setengah 4 sore, moga masih keburu ke bandaranya. Setelah proses booking selesai tinggal bayar ke indomaret. Sampai di indomaret ternyata bookingan tidak ada alias kosong, Whats? Kok bisa tidak ada? Panic button ku tekan dan paniklah sudah pikiran kemana-mana. Sebaiknya bagaimana ini? ok, ku harus tenang dulu, ku ambil kursi di depan indomaret duduk dan ambil ambil minum. Beberapa saat kemudian mas hendra telpon menanyakan gmn proses kepulanganku? ku jawab saja apa adanya, "sudah booking tiket tapi kok waktu ku bayar di indomaret kode bookingnya tidak ada ya mas?" Setelah mas hendra korek-korek apa mungkin seharusnya bayarnya via ATM bayarnya di indomaret jadi kode itu tidak muncul dalam pembayaran. Langsung ku masuk indomaret lagi dan masuk ke ATM ehh...antrinya lumayan banyak sedangkan waktu terus berjalan. Ku telepon lagi mas hendra tanya soal tiket karena mas lebih berpengalaman soal tiket online begitu. Mas kan seorang yang bekerja di Media jadi sering travelling buat meliput ke berbagai tempat baik dalam maupun luar kota. Akhirnya mas bilang, ya sudah sekarang berangkat aja ke bandara, masalah tiket tak bantu dari sini. tanpa pikir panjang langsung ku kembali ke kantor dan berpamitan ke atasan langsung cus ke kontrakan buat packing dan berangkat ke bandara.
Ku tinggal di daerah BSD tangerang, dari lokasi tempat tinggalku ke bandara Soekarno-Hatta ya lumayan memakan waktu kurang lebih bisa 1 jam kalo lancar. Gerak cepat ku genjot si supri dengan tarikan brutal. Sampai di kontrakan langsung ku ambil bekal seperlunya dan langsung berangkat. eh, didepan ketemu sama emak (pengurus kontrakan) langsung tanpa basa-basi ku berpamitan ke emak kalo mau pulang karena istri mau lahiran. "Mohon doanya mak moga dilancarkan semuanya, saya mudik ke kampung dlu istri mau lahiran" sontak emak kaget, "Hlo, si embak sudah mau lahiran? Cepet ya..emak doain semoga lancar-lancar sehat anak ama ibuknya" tanpa menunda ku langsung berangkat dengan pesan taxi online. Ku buru-buru ke depan sambil menunggu taxi online datang menjemput. Saat ku tiba di pinggir jalan di titik penjemputan datang pula pesananku. Langsung ku masuk dan langsung berangkat ke bandara. Saat di dalam taxi online ada cerita yang menurut saya seru sih, begini ceritanya. Saat ditanya, "penerbangan jam berapa mas?" sontak ku jawab dengan nada datar saja, "belum tau pak, tiket juga belum dapat". Si driver bingung juga, "hlahh, kok bisa gitu mas? memang ada acara mendadak?" saya ketawa kecil dan menjawab dengan datar juga, "Istri saya mau lahiran pak, saya minta tolong ke kakak ipar untuk membantu mencarikan tiket karena saya sudah pesan kok dibayar tidak bisa sedang waktu sudah mepet". Tak lama berselang mas kasih kabar kalau sudah dapat tiketnya dan dikirim ke hapeku. Ternyata penerbangan sama apa yang ku pesan tadi yaitu penerbangan jam setengah 8 malam. Jam menunjukkan hampir jam 5 sore, dimana jam tersebut jam pulang masyarakat alias jam pulang kantor. Semoga belum begitu macet, disela waktu perjalanan si driver menceritakan pengalamannya soal kelahiran anak-anaknya dimana dari 3 anaknya dia tak pernah menunggui anaknya lahir. Hal tersebut karena pekerjaan yang mengaharuskan untuk tugas keluar kota sehingga momen-momen seperti itu dimana kehadirannya sangat dibutuhkan oleh keluarga beliaunya terpaksa tidak bisa menghadirinya. Setelah panjang lebar menjelaskan pengalaman pak driver tadi telpon berdering dari ibu. Kalo pembukaannya sudah hampir lengkap jadi dibawa ke rumah sakit dengan bantuan ponakan yang mendampingi kebetulan ponakan seorang bidan di salah satu rumah bersalin di jogja sana. Jadi sesampainya dijogja langsung ke rumah sakit saja maksud ibu begitu.
Jalanan lumayan makin macet namun sudah sampai setengah perjalanan dan masih ada waktu yang cukup sampai ke bandara. Pas magrib ibu kirim foto anakku sudah lahir, wahhh...kok cepett? wahh itu momen yang luar biasa buatku. Pertama kali dalam sejarah ku menjadi seorang bapak dan lelaki yang seutuhnya. Setelah tahu kabar kedua wanitaku tersayang sehat semua dan persalinan lancar dan normal, perasaan sudah lebih tenang. Tinggal melanjutkan perjalanan ke jogja dan langsung ke rumah sakit.
Setelah perjalanan yang lumayan tersendat akhirnya sampai juga dibandara terminal 2F kalo tidak salah waktu itu naik pesawat NAM Air. Masuk checkin dan langsung ke ruang tunggu. Sampai akhirnya pemberangkatan tepat jam setengah 8 dan cusss terbang kita menjemput impian ke jogjakartah. Sesampainya di adi sucipto jogjakartah langsung ku pesan ojek online biar cepat menembus kemacetan. Langsung menuju ke rumah sakit queen latifa yang berada di ring road barat, kebetulan itu merupakan salah satu rumah sakit pilihan istriku dari beberapa rumah sakit terdekat. Alasannya karena dokternya cewek hahaha..ada ada saja istriku tapi its ok dokternya juga bagus kok..bukan promosi hlo ya. Diperjalanan bapak telpon dan mengabarkan kalau bapak belum sampai juga ke rumah sakit karena masih ada urusan pekerjaan di semarang. Bapak memberikan interuksi untuk menguburkan ari-arinya dirumah disamping pintu di area taman dirumah. Ku iyakan saja karena masih dalam perjalanan menuju rumah sakit juga.
Setengah jam kemudian sampailah di rumah sakit tersebut dan langsung ku menuju ke informasi untuk menanyakan kamar istriku dibawa. Setelah mendapatkan cukup informasi langsung ku melaju ke ruang istriku ditempatkan. Ternyata disana sudah ada sanak keluarga yang datang. Ada budhe sony, ada tante ema dan irwan dan tentu saja ibu dan dina ponakanku yang bidan. Momen mendebarkan berikutnya ini saat ku harus membuka pintu untuk bertemu dengan istri dan buah hatiku untuk pertama kalinya. Saat mau buka pintu yang sebelumnya tertutup itu grogi dan campur aduk rasanya tak tergambarkanlah. Setelah masuk kulihat istriku yang masih lemas karena melahirkanpun ku datangi dan kupeluk dan ku cium keningnya. Setelah itu langsung ku menuju box bayi yang ada disamping tempat tidur istriku dengan dibantu sama ibu ku gendong buah hatiku untuk meng-adzaninya. Saat mulutku terbuka suara ku tak keluar dengan lancar karena grogi dan gemetar karena ini momen pertama kalinya ku gendong dan kulihat buah hatiku. Setelah selesai adzan ku cium dan ku kembalikan ke ibu untuk berbincang dengan istriku. Kemudian ibu dan dina menceritakan kronologi terjadinya kejadian proses dari pembukaan awal sampai dibawa kerumah sakit dan lahirlah buah hatiku.
Saat ibu mengabarkan kalau istriku sudah pembukaan 2 itu, yang terjadi adalah kebetulan dina baru pulang dari kerja kebetulan dia sudah dapat kabar dari istriku jadi langsung datang kerumah membawa sarung tangan untuk memeriksa kondisi istriku. Saat di cek sama dina ternyata sudah pembukaan 2 itu kira2 jam 2 an. Setelah itu dina pulang dan bilang kalo 2 jam lagi akan datang lagi dan cek lagi. Selang 2 jam kemudian dina memeriksa kembali dan ternyata sudah pembukaan 4, selang 1 jam kemudian rasa mules semakin sering dan semakin tak tertahankan yang dirasakan oleh istriku. Kemudian dicek kembali oleh dina, setelah dicek kemudian dina keluar dan berbisik ke ibu kalau pembukaannya sudah hampir lengkap. Dina bilang, "Budhe, niki sampun ajeng lengkap ajeng lahirke teng omah nopo teng rumah sakit?" intinya pembukaan sudah mau lengkap mau dilahirkan dirumah apa dirumah sakit? Ibu dengan cepat memutuskan melahirkan dirumah sakit. Langsung ibu interuksikan untuk dina menyiapkan mobil dan disiapkannya perlak untuk berjaga sewaktu-waktu melahirkan dijalan menuju rumah sakit.
Waktu itu ada sodara yang datang tapi ibu masih menutupi kalau anaknya mau lahiran, mendingan setelah lahir baru kasih kabar ke mereka. Setelah persiapan mobil sudah siap dituntunlah istriku ke mobil untuk menuju ke rumah sakit. Perjalanan dimulai, dijalan waktu itu sudah menjelang magrib waktu setempat kondisi perjalanan macet orang pada pulang dari bekerja. Sampai dirumah sakit masuk IGD langsung diperiksa dan belum sempat ke ruang bersalin dengan dua tiga tarikan nafas lahirlah si buah hati. Proses yang alhamdulillah dilancarkan semua, dari ibu dan anaknya semua sehat dan kelahiran pun dengan normal tanpa operasi. Buah hatiku lahir tepat sehabis magrib, tanggal 11 September 2017 dengan berat lahir 3,2 kg dan tinggi 49 cm. Subhanallah puji syukur ku panjatkan atas rahmat yang engkau berikan kepada kami.
Begitulah proses kelahiran dari anakku Ghaziya Widyaning Shabira, arti dari nama itu merupakan anak yang kelak menjadi wonder women yang cerdas berilmu pengetahuan dan memiliki kesabaran. Kalau dirangkum itu merupakan proses gambaran seorang wanita itu musti berprinsip kuat serta cerdas dan sabar meniti proses pencapaian goal-goal yang akan digapai.
Thanks to :
- Allah swt yang telah merahmatkan karunia anak yang sehat dan menggemaskan
- Orang tua terutama ibu Lucky (ibu dari istriku) yang selalu siaga menemani proses kelahiran cucu pertamanya
- Dina yang sudah membantu persalinan so proud of you
- Mas hendra yang mempersiapkan perjalananku menuju tempat persalinan
- layung yang mengantarkan dengan segala kesaktiannya menembus kemacetan
- Semua pihak yang telah membantu dan tak bisa kusebutkan satu persatu
Comments
Post a Comment