"Aku kudu piye?" Dilema yg menggelayuti hati dan pikiranku tanpa jeda.
saat kujalani hari seperti biasa, sehabis pulang ke peraduan sang nak wedok selalu mendambaku tuk bermain dengannya.
tak pelak hati ini teriris mendengar kata per-perkata dari bibir mungilnya, "baba, zia rindu!!"
sejak awal minggu sudah ku susun rencana tuk kembali ke peraduannya.
ku pesan tiket kepulanganku tuk menemui peri kecilku.
Alangkah tak sabarnya aku ini menjalani hari kerjaku.
namun, rencana terbaik hanyalah milik sang penguasa kehidupan yaitu tuhan yang maha segalanya.
ku dapat tiket kepulanganku ke tanah perantauan, tapi tidak untuk ke pulanganku ke peraduan sang peri kecilku.
Kereta..iya kereta sudah sepi kursi tuk kepulanganku.
alternatif yang mungkin ku ambil ya naik bus dengan segala carut marut jalan yg tak bisa diprediksi.
Pemesanan tiket rame karena menjelang hari raya idul adha...jadi ya tak bisa serta merta mudah dapat tiket
menjelang kepulanganku ku diingatkan oleh si empunya si supri, kalo pajak sudah menjelang batas pembayaran.
Hmmm..
ya sudah mau tak mau harus atur jadwal buat ke cikupa yg jaraknya kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari tempat tinggalku di pegadungan.
kamis malam ku meluncur beli tiket di terminal kalideres dan sekalian meluncur ke cikupa ke tempat lek tyas.
perjalanan lancar dan tak kusangka sekarang sudah bagus jalan utama ke sana.
Terakhir ku ke sana jalan masih banyak yg rusak berlubang dan macetnya memang tak berubah tetap sama beberapa waktu yg lalu..kurang lebih setahun lebih ku tak melewati jalan ini.
Ada hal yang menarik saat ku berkunjung ke cikupa, dapat ilmu baru tentang kehidupan dari lek tyas dan om catur
masalah apa itu? ya, tentang perjuangan dan arti dari sebuah dukungan keluarga untuk pencarian jati diri dan perjuangan menggapai mimpi
dari keterbatasan yang ada menjadi sebuah mukjizat yang takkan disangka
Sesampainya di rumah lek tyas ku langsung bertemu dengan nisya, keponakan dari lek tyas yang berperawakan gadis mungil dengan hijabnya dan berparas manis dengan sedikit gingsul.
Rupanya dia sudah prigel membantu pekerjaan dari lek tyas yaitu mengurusi truk dengan ekspedisinya
hal ini karena lek tyas mendidik nisya dimana dia sekarang masih berstatus sebagai mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di cikupa.
Sembari menemui supir yang menyerahkan surat jalan dan membawa returan barang dr ekpedisi. Om catur keluar dan menyuruhku langsung masuk ke dalam karena diluar banyak nyamuknya.
ku masuk namun om catur mau keluar bersama rekan bisnisnya, om catur mengajak rekannya makan diluar.
ku masuk dan langsung ku temui lek tyas
tanpa basa-basi langsung saja kusampaikan apa maksud dan tujuanku datang menemuinya
"lek, si supri sudah waktunya pajak, ini suratnya dan beserta pajaknya" sembari mengulurkan surat si supri ke lek tyas
"oh iya om, iki paling besok tak prosese, hla kok g dikirim lewat pos aja sampai bela2in sampai sini?"
maksudnya sekalian datang untuk bersilaturahmi bukan hanya sekedar hubungan yang karna ada perlunya saja sih..jadi tak bela2in datang
sesudah selesai urusan, lek tyas tanya soal istri...nah ini momen yang jarang ku temui
ngobrol santai dan bertukar pikiran soal rumah tangga..
pesan beliau adalah sebaiknya setelah menikah kalian itu keluar dari rumah dan berdua berjuang bersama
mengapa harus seperti itu?
karena yang namanya rumah tangga kalau masih tinggal dengan keluarga akan sulit menjadi kepala rumah tangga buat laki2, apalagi aku sekarang harus menjalani LDM lebih sulit lagi.
namanya hati itu walau sudah berkeluarga kedalaman hati antar insan suami maupun istri itu perlu kedekatan secara kontinu supaya bisa tau kedalaman hati masing2
itu tadi satu pesan moral yang sungguh menggugah hatiku
selain itu sebagai kepala rumah tangga kalo posisi sepertiku sekarang akan sangat kecil menjadi kepala keluarga yang baik. karena kendali jarak jauh itu kita tak ada yang bisa prediksikan...wah benar juga ya..
keseharian satu sama lain kan tau via komunikasi hape aja kan tak tau to faktanya
itu pesan yang disampaikan oleh lek tyas kepadaku dengan rasa seorang yang pernah berada diposisiku sekarang
beliau juga bercerita kalo dulu pernah hidup berdua dengan om catur dari titik terendahnya
makan bisa sehari sekali saja...namun mereka tinggal berdua dan keluar dari keluarga jadi pihak keluarga tidak tau kita susah dan tidak menyusahkan mereka.
dari hal itu perjuangan berdua bisa semakin terjalin chemistry yang lebih dibandingkan dengan terpisah seperti yang ku jalani sekarang
sebenarnya yang kulakukan sekarang mungkin hanya sebatas ketakutanku saja akan apa yang belum tentu terjadi
harusnya aku dan istri lebih berani menantang segala tantangan hidup baik itu senang ataupun susah
waktu menunjukan sudah hampir jam 9 malam, ku bermaksud untuk mohon diri untuk pulang ke pegadungan
ku berpamitan dengan lek tyas dan langsung keluar menuju si supri yang sedari tadi menantiku
namun baru melangkah keluar dan memakai sepatu, om catur sudah datang dari cari makan diluar tadi
ku berpamitan dengan beliau, sembari mengantarkanku ke pulang beliau memberikan wejangan yang akan baik buatku kedepan
sembari berjalan keluar om catur mengajakku ngobrol sebentar awalnya...hmmm...sepertinya ini bakalan lama deh soalnya tumben om catur mau ngajak ngobrol
ternyata benar perkiraanku, beliau bercerita panjang lebar tentang bisnis...dan beliau memberikanku pandangan tentang suatu hal yang membuatku berfikir
soal bisnisnya dia dari nol dulu sampai sekarang sudah berkembang pesat
masa yang kualami sekarang merupakan pengalaman beliau yang sudah terlewati
penuh perjuangan dan perlu diperjuangkan dengan kerja keras dan prihatin
sedangkan sekarang umur beliau sudah menginjak 42 tahun, beliau mengatakan kalo seumuran beliau rata2 sudah memiliki uang jadi mereka sekarang sudah mulai memperbaiki diri lebih religius..karena waktunya tinggal 8 tahun lagi....kalo lebih bisa 60 sampai 80 tahun itu merupakan sebuah bonus saja
sedangkan umur 30 sampai 40 adalah sebuah fase dimana orang rata2 sedang menata perekonomiannya...membuat istri dan keluarga tersenyum
pelajaran yang selanjutnya adalah tentang aktualisasi diri
apa itu?
aktualisasi disini merupakan kerja keraslah sesuai dengan panggilan hati nurani...
jika sudah sesuai dengan hati nurani sudah lakukan dengan kerja keras dan biarkan angin yang membawa kita entah kemana...
maksudnya adalah berusaha sekuat tenaga dan itu positif sesuai hati nurani sedangkan hasilnya biarkan tuhan yang mengaturnya
lakukan dengan maksimal, untuk hasil sudah ada campur tangan tuhan
yakin dan percaya kalau namanya usaha itu maksimal dan positif hasilnya pasti mengikuti
tak usah dipikirkan uangnya, jika kita sudah mahir dalam sebuah pekerjaan uang akan mengikuti
karena waktu sudah makin larut akhirnya ku berpamitan ke om catur..padahal lagi asik sih bincang2nya....namun waktu jua yang memisahkan
ada satu yang paling ku ingat wejangan dari om catur, "kamu tak bisa berfikir sendiri, untuk itulah pentingnya bojo disamping buat kolaborasi berfikir"
ya intinya sih kalo sudah menikah sebaiknya tinggal serumah untuk berbagi pemikiran tentang masa depan sedangkan yang namanya rejeki pasti cukup untuk hidup, kalo rejeki untuk menuruti gaya hidup takkan pernah akan merasa cukup
saat kujalani hari seperti biasa, sehabis pulang ke peraduan sang nak wedok selalu mendambaku tuk bermain dengannya.
tak pelak hati ini teriris mendengar kata per-perkata dari bibir mungilnya, "baba, zia rindu!!"
sejak awal minggu sudah ku susun rencana tuk kembali ke peraduannya.
ku pesan tiket kepulanganku tuk menemui peri kecilku.
Alangkah tak sabarnya aku ini menjalani hari kerjaku.
namun, rencana terbaik hanyalah milik sang penguasa kehidupan yaitu tuhan yang maha segalanya.
ku dapat tiket kepulanganku ke tanah perantauan, tapi tidak untuk ke pulanganku ke peraduan sang peri kecilku.
Kereta..iya kereta sudah sepi kursi tuk kepulanganku.
alternatif yang mungkin ku ambil ya naik bus dengan segala carut marut jalan yg tak bisa diprediksi.
Pemesanan tiket rame karena menjelang hari raya idul adha...jadi ya tak bisa serta merta mudah dapat tiket
menjelang kepulanganku ku diingatkan oleh si empunya si supri, kalo pajak sudah menjelang batas pembayaran.
Hmmm..
ya sudah mau tak mau harus atur jadwal buat ke cikupa yg jaraknya kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari tempat tinggalku di pegadungan.
kamis malam ku meluncur beli tiket di terminal kalideres dan sekalian meluncur ke cikupa ke tempat lek tyas.
perjalanan lancar dan tak kusangka sekarang sudah bagus jalan utama ke sana.
Terakhir ku ke sana jalan masih banyak yg rusak berlubang dan macetnya memang tak berubah tetap sama beberapa waktu yg lalu..kurang lebih setahun lebih ku tak melewati jalan ini.
Ada hal yang menarik saat ku berkunjung ke cikupa, dapat ilmu baru tentang kehidupan dari lek tyas dan om catur
masalah apa itu? ya, tentang perjuangan dan arti dari sebuah dukungan keluarga untuk pencarian jati diri dan perjuangan menggapai mimpi
dari keterbatasan yang ada menjadi sebuah mukjizat yang takkan disangka
Sesampainya di rumah lek tyas ku langsung bertemu dengan nisya, keponakan dari lek tyas yang berperawakan gadis mungil dengan hijabnya dan berparas manis dengan sedikit gingsul.
Rupanya dia sudah prigel membantu pekerjaan dari lek tyas yaitu mengurusi truk dengan ekspedisinya
hal ini karena lek tyas mendidik nisya dimana dia sekarang masih berstatus sebagai mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di cikupa.
Sembari menemui supir yang menyerahkan surat jalan dan membawa returan barang dr ekpedisi. Om catur keluar dan menyuruhku langsung masuk ke dalam karena diluar banyak nyamuknya.
ku masuk namun om catur mau keluar bersama rekan bisnisnya, om catur mengajak rekannya makan diluar.
ku masuk dan langsung ku temui lek tyas
tanpa basa-basi langsung saja kusampaikan apa maksud dan tujuanku datang menemuinya
"lek, si supri sudah waktunya pajak, ini suratnya dan beserta pajaknya" sembari mengulurkan surat si supri ke lek tyas
"oh iya om, iki paling besok tak prosese, hla kok g dikirim lewat pos aja sampai bela2in sampai sini?"
maksudnya sekalian datang untuk bersilaturahmi bukan hanya sekedar hubungan yang karna ada perlunya saja sih..jadi tak bela2in datang
sesudah selesai urusan, lek tyas tanya soal istri...nah ini momen yang jarang ku temui
ngobrol santai dan bertukar pikiran soal rumah tangga..
pesan beliau adalah sebaiknya setelah menikah kalian itu keluar dari rumah dan berdua berjuang bersama
mengapa harus seperti itu?
karena yang namanya rumah tangga kalau masih tinggal dengan keluarga akan sulit menjadi kepala rumah tangga buat laki2, apalagi aku sekarang harus menjalani LDM lebih sulit lagi.
namanya hati itu walau sudah berkeluarga kedalaman hati antar insan suami maupun istri itu perlu kedekatan secara kontinu supaya bisa tau kedalaman hati masing2
itu tadi satu pesan moral yang sungguh menggugah hatiku
selain itu sebagai kepala rumah tangga kalo posisi sepertiku sekarang akan sangat kecil menjadi kepala keluarga yang baik. karena kendali jarak jauh itu kita tak ada yang bisa prediksikan...wah benar juga ya..
keseharian satu sama lain kan tau via komunikasi hape aja kan tak tau to faktanya
itu pesan yang disampaikan oleh lek tyas kepadaku dengan rasa seorang yang pernah berada diposisiku sekarang
beliau juga bercerita kalo dulu pernah hidup berdua dengan om catur dari titik terendahnya
makan bisa sehari sekali saja...namun mereka tinggal berdua dan keluar dari keluarga jadi pihak keluarga tidak tau kita susah dan tidak menyusahkan mereka.
dari hal itu perjuangan berdua bisa semakin terjalin chemistry yang lebih dibandingkan dengan terpisah seperti yang ku jalani sekarang
sebenarnya yang kulakukan sekarang mungkin hanya sebatas ketakutanku saja akan apa yang belum tentu terjadi
harusnya aku dan istri lebih berani menantang segala tantangan hidup baik itu senang ataupun susah
waktu menunjukan sudah hampir jam 9 malam, ku bermaksud untuk mohon diri untuk pulang ke pegadungan
ku berpamitan dengan lek tyas dan langsung keluar menuju si supri yang sedari tadi menantiku
namun baru melangkah keluar dan memakai sepatu, om catur sudah datang dari cari makan diluar tadi
ku berpamitan dengan beliau, sembari mengantarkanku ke pulang beliau memberikan wejangan yang akan baik buatku kedepan
sembari berjalan keluar om catur mengajakku ngobrol sebentar awalnya...hmmm...sepertinya ini bakalan lama deh soalnya tumben om catur mau ngajak ngobrol
ternyata benar perkiraanku, beliau bercerita panjang lebar tentang bisnis...dan beliau memberikanku pandangan tentang suatu hal yang membuatku berfikir
soal bisnisnya dia dari nol dulu sampai sekarang sudah berkembang pesat
masa yang kualami sekarang merupakan pengalaman beliau yang sudah terlewati
penuh perjuangan dan perlu diperjuangkan dengan kerja keras dan prihatin
sedangkan sekarang umur beliau sudah menginjak 42 tahun, beliau mengatakan kalo seumuran beliau rata2 sudah memiliki uang jadi mereka sekarang sudah mulai memperbaiki diri lebih religius..karena waktunya tinggal 8 tahun lagi....kalo lebih bisa 60 sampai 80 tahun itu merupakan sebuah bonus saja
sedangkan umur 30 sampai 40 adalah sebuah fase dimana orang rata2 sedang menata perekonomiannya...membuat istri dan keluarga tersenyum
pelajaran yang selanjutnya adalah tentang aktualisasi diri
apa itu?
aktualisasi disini merupakan kerja keraslah sesuai dengan panggilan hati nurani...
jika sudah sesuai dengan hati nurani sudah lakukan dengan kerja keras dan biarkan angin yang membawa kita entah kemana...
maksudnya adalah berusaha sekuat tenaga dan itu positif sesuai hati nurani sedangkan hasilnya biarkan tuhan yang mengaturnya
lakukan dengan maksimal, untuk hasil sudah ada campur tangan tuhan
yakin dan percaya kalau namanya usaha itu maksimal dan positif hasilnya pasti mengikuti
tak usah dipikirkan uangnya, jika kita sudah mahir dalam sebuah pekerjaan uang akan mengikuti
karena waktu sudah makin larut akhirnya ku berpamitan ke om catur..padahal lagi asik sih bincang2nya....namun waktu jua yang memisahkan
ada satu yang paling ku ingat wejangan dari om catur, "kamu tak bisa berfikir sendiri, untuk itulah pentingnya bojo disamping buat kolaborasi berfikir"
ya intinya sih kalo sudah menikah sebaiknya tinggal serumah untuk berbagi pemikiran tentang masa depan sedangkan yang namanya rejeki pasti cukup untuk hidup, kalo rejeki untuk menuruti gaya hidup takkan pernah akan merasa cukup
Comments
Post a Comment