Adillah Sejak Dalam Pikiran Bumi Manusia by Pramoedya Ananta Toer |
Sebuah komitmen menjadi hal mendasar saat menjalani dalam berkehidupan sosial. Apalagi ini menyangkut hajat hidup berkelompok ataupun banyak orang. Hal ini selalu membuat kita terus menggerus pemikiran dan tindakan kita dalam menjalaninya setiap hari dan disegala bidang kehidupan baik itu di daerah maupun di kelompok segala umur dari remaja hingga dewasa.
Proses pendewasaan dengan segala macam perbedaan yang mengalir setiap saat dengan segala gesekan dan segala carut marut benturan kepentingan setiap individu manusianya itu sendiri.
pernahkah kita mengalami perbedaan yang hal ini mengusik diri kita sendiri karena melihat ataupun merasakan sesuatu tak berjalan dengan apa yang menjadi komitmen kita pada awalnya. Hal ini sering menjadi sebuah dilema tersendiri dalam kehidupan kita sehari-hari. tentunya hal ini tak selalu berakhir dengan segala komitmen yang kita pegang dan kita sepakati bersama pada awalnya.
Contohnya saja dalam sebuah kelompok sudah membuat komitmen untuk membuat sebuah keputusan yang disepakati bersama. namun ditengah perjalanan ada oknum atau individu yang memiliki kepentingan atau masalah yang mengharuskan harus mengakhiri komitmen tersebut karena berbagai hal dan alasan yang mereka rasakan tanpa ada komunikasi dengan yang lainnya. Namun, permsalahannya bukan tentang apa yang menjadi individu tersebut berbalik arah dengan komunitas atau komitmen yang sudah disepakati. Lebih dari itu karena komitmen sebenarnya bukan berarti harus tetap dalam kelompok atau dalam sebuah komunitas tersebut.
Pada dasarnya manusia memiliki empati kok terhadap manusia lainnya hanya saja empati itu ada yang ditekan oleh keadaan atau karena individu itu sendiri yang tak mau berempati terhadap manusia lainnya.
Hal ini terjadi pada diri saya, anda dan bahkan orang lain yaitu kekecewaan. Hal ini disebabkan oleh adanya pelanggaran atau lepas dari apa yang sudah disepakati sejak awal dengan kelompok atau individu lainnya. Perasaan awal mula mengetahui hal ini tentunya sangat terasa kesal akan perilaku individu tersebut bahkan dengan kekuatan yang ada sanggup melakukan perdebatan dengan yang bersangkutan hingga berubah pikiran kembali. Tentu kekesalan ini akan membuat naik pitam sejadi-jadinya pada awalnya namun apakah hal ini bisa membuat sebuah perubahan yang lebih positif kah?
Jawabannya tentu saja bisa iya ataupun bisa juga tidak, karena manusia satu dengan yang lain tentu memiliki pemikiran yang berbeda pula tergantung titik fokus yang mereka tetapkan. Jika permasalahannya tentang sebuah kesalahpahaman tentu saja kemungkinan besar bisa berubah dengan berjalannya waktu dan usaha untuk menjadikan itu bisa berubah. Pahitnya kalau hal ini tak terkomunikasikan dengan baik dan diterima dengan emosi yang masih bergelora tentu saja malah menjadi bumerang pula bagi keutuhannya.
Dalam menjalani sebuah komitmen perlu kita menganalisa faktor resiko dan itu akan membuat kita dalam persimpangan kehidupan sosial. Maksudnya adalah saat kita pegang teguh komitmen tersebut ada masanya kita krisis kehidupan, baik itu masalah pribadi yang berprinsip dan itu harus menentang derasnya arus opini ataupun terpaan godaan yang menimpa diri kita akan komitmen kita.
Pernahkah kita memikirkan jika hal tersebut terjadi? apakah yang akan kita lakukan untuk menghadapi hal semacam itu? tentunya tantangan ke depan atau dimasa yang akan kita lalui ke depan akan semakin komplek dan semakin diluar espektasi kita sendiri ataupun kelompok sesama komunitas. Akankah kita tetap teguh dalam berkomitmen? Coba kita bayangkan dan renungkan hal tersebut, sebelum kita berkomitmen dalam sebuah pergulatan sikap.
Namun, "berbuatlah adil sejak dalam pikiran" kata pramudya ananta toer. Yang menurutku itu perlu dilakukan sebelum kita bertindak atau mengambil sebuah komitmen. Selain itu jika ada yang mengingkari komitmen diantara individu lainnya gunakan juga empati dalam menilai apakah itu sebuah tindakan yang pantas untuk kita hakimi ataukah dibalik itu semua ada alasan yang lebih kuat dalam dia mengambil opsi tersebut.
Pikirkan matang-matang sebelum anda menentukan komitmen dengan segala konsekuensi baik itu positif maupun negatifnya. Berkomitmen itu merupakan sebuah pilihan dan itu menjadi bagian dalam proses menjadi anda pribadi yang memiliki posisi yang pasti.
Pendapat atau opini memiliki 2 sisi yang berseberangan dengan anda untuk itu jika anda beropini silahkan anda tuliskan atau utarakan dalam sebuah tulisan dalam komentar, itu akan memberikan edukasi kepada saya pribadi dan mungkin yang melihat postingan ini.
Comments
Post a Comment