Peristiwa menegangkan yang pernah ku alami dengan segala kesigapan yang belum pernah ku lalui sebelumnya. Menjadi seorang kepala keluarga dengan segala macam perubahan dalam kehidupan yang setelah bertahun-tahun sudah menjadi kebiasaan dan keyakinan yang sudah melekat dengan diriku.
Seorang suami dan sekarang sudah menjadi seorang bapak, "wow" itu gambaran yang bisa ku infokan dengan kata. Kenapa hal ini menjadi sangat krusial dalam kehidupanku sekarang? Bagaimanapun sekarang diriku menjadi bukan hidup untuk kehidupanku yang seorang diri namun untuk menjadi figur bagi orang yang sekarang menjadi istri dan anakku, lebih ke keluarga begitulah kira-kira.
Awalnya menjadi seorang suami merupakan sebuah perjuangan yang harus kulalui sesuai dengan prosesnya. Banyak bertanya dengan orang lain yang sudah berpengalaman, dari yang baru sampai yang sudah banyak makan asam garam kehidupan menjadi seeorang suami. Info yang kudapat juga beragam sih, ada yang memberikan informasi dengan kiat-kiat yang menjelimet dan sampai detil.
Perubahan ini berlangsung sesuai dengan prosesnya dan ini memberikan pelajaran yang selalu hadir untuk terus bertumbuh dari hari ke hari. Banyak pertanyaan yang mulai terkuak dari proses itu terjadi, baik itu melalui proses pemecahan masalah ataupun melalui konsultasi dengan orang yang sudah berpengalaman.
Ada pertanyaan yang keluar malah dari orang terdekat denganku, dia tak lain tak bukan dari sang istri alias bojoku sendiri. Pertanyaannya itu membuatku sedikit mengernyitkan dahi entah apa yang dipikirkan oleh bojo, sampai bertanya seperti itu ataukah itu sebuah pertanyaan yang wajar aku pun tak tahu persis jawabannya.
Pertanyaannya sih sederhana kira-kira begini, "Ba, bagaimana rasanya udah resmi menjadi suami istri seperti sekarang?" Langsung ku mengernyitkan dahi sambil mikir kalo ini sudah menjadi kenyataan yang ternyata tak seperti yang ku takutkan sebelum melangkah menjadikan pacar menjadi istri. Sebenarnya sih simpel ya kalau sebelum menikah kan disebut pacar, setelah menikah hanya menjadikan status kita menjadi lain sebutannya jadi "istri". Namun dibalik itu semua tentu saja perbedaannya sangat berbeda secara tanggung jawab, betul tidak?
Perubahan secara drastis tentunya bisa tinggal seatap dan seranjang tentunya. Kebiasaan yang semenjak pacaran belum tercium dan terketahui dengan pasti setelah menikah tentu saja borok itu akan muncul sendiri tanpa kita mencari tahu yeekaan?
Proses menjadi sepasang suami istri yang saling memahami satu sama lain tentunya banyak kejutan-kejutan yang terjadi dari yang lucu sampai yang kita jengkel dengan kelakuan pasangan. Sifat asli dari pasangan tentu saja lambat laun akan menjadi sebuah pertentangan menjadi penerimaan yang hakiki. Proses tiap pasangan tentu saja akan berbeda satu dengan lainnya, ada yang harus menemui jalan yang sedikit lika-likunya adapula yang bak roller coaster. kalau dari pengalaman yang kualami bersama sang pujaan hati sih waowww...roller coasternya mantab sekali sampai-sampai kita sampai bingung musti menghadapinya seperti apa. Dari perjuangan mau menikah hingga menikah sampai sekarang punya junior masih menjadi misteri roller coasternya.
Proses perjuangan dari awal rencana untuk menikah juga merupakan sebuah kisah yang indah bagi kami khususnya diriku sih. Bagaimana tidak wong yang namanya terlintas untuk mengakhiri masa lajang juga merupakan waktu yang singkat dan itu muncul begitu saja tanpa kusadari. Waktu itu berawal dari pertemuanku dengan mb bojo untuk pertama kali setelah ku memutuskan untuk mengakhiri kisah cinta yang kami bangun selama beberapa tahun terakhir. Entah ada angin apa waktu itu kami memutuskan untuk bertemu kembali seingatku waktu ku pulang kampung karena liburan dan pengen bertemu dengan keluarga alias kangen.
Saat pemutusan hubungan percintaan memang waktu itu kuputuskan karena waktu itu saatku menjalani 2 profesi yang membuatku tak bisa membagi waktuku dengan urusan cinta. Bekerja dan sekaligus menempuh sekolah secara bersamaan. Selama hari senin sampai hari jum'at ku bekerja dan sisanya untuk sekolah kembali dan dengan sekolah tugas yang harus ku kerjakan menjadi bertambah. Sudah bekerja penuh dengan tugas yang harus diselesaikan masih kurang hahaha...dan harus ditambah dengan beban tugas dari sekolahku tersebut.
Setelah menempuh masa studi setengah perjalanan kurang lebih 2 tahun. Keseharian yang monoton membuatku tak bisa membagi waktuku untuk sang pujaan hati. Sembari berjalan ku berfikir mau bagaimana lagi harus ku lanjutkan ataukah harus ku akhiri kisah yang sudah ku jalani dengan sang pujaan hatiku selama beberapa tahun ini. Puncaknya pas semester ke 4 alias pertengahan semester ku putuskan untuk menjalani kehidupan sendiri dulu tanpa hubungan dalam berkomitmen. Sedih waktu itu amat sangat sedih, namun jalan ini harus ku ambil untuk fokus dalam 2 kegiatan yang menyita waktu tenaga dan pikiranku.
Namun, selama masa jeda sebelum kuputuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan sang pujaan hati ini selalu berjuang untuk tetap selalu memberikanku perhatian karena waktu itu kuputuskan secara sepihak karena tak ada masalah dengan hubungan kami sebenarnya. perjuangan mb bojo memang wanita yang luar biasa karena yakin dengan sabar menanti dan berusaha untuk menjalani sisa hidupnya bersamaku.
Kurang lebih kami break selama 1 tahun, kami menjalani hari tanpa status dan waktu itu komunikasi kami juga kurang bagus karena kemonotonanku dengan segala kesibukan yang kujalani selama beberapa tahun terakhir. Kurang baik karena memang ku jarang membalas sms dari yang terkasih waktu itu.
Hingga waktu lebaran untuk pertama kali semenjak pacaran tidak bertemu dengan si mb pacar yang sekarang sudah menjadi bojo secara agama dan secara Negara. Perasaan yang waktu itu kurasakan memang tersiksa dan merasa hal ini tidaklah benar, maksudnya tindakan yang kuambil pada waktu itu. Penyesalan memang datangnya terakhir ya...tak ku pungkiri hal ini menyiksaku dalam benakku dan dalam hatiku yang terdalam merasakan hal tersebut.
Hingga suatu ketika hal tersebut berganti menjadi sebuah pembalasan dari hatiku untuk membalas semua apa yang menjadi perjuangan kami selama berpacaran. Waktu ku berencana untuk pulang ke kapung halaman ku tak tau apa yang kulakukan saat itu dan apa yang ku pikirkan waktu itu. Ku balas dan ku kembali menjalin komunikasi dengan si pujaan hati. tanpa kusadari kamipun berkomitmen untuk bertemu kembali setelah sekian lama tak bersua. Hal ini merupakan pertemuan pertama kaliku dengannya setelah hampir kurang lebih setahun terakhir.
Pada saat yang sudah ditentukan datang ku semalaman berpikir apakah ini merupakan kehendak hati ataukah hanya emosi sesaat yang memang karena bentuk dari sebuah penyesalan dalam hati yang membuat seorang gadis menjadi patah hati? Pada waktu itu tak karuan sekali perasaan hati. Bergejolak ada 2 sisi yang berseberangan menggelayuti hati dan pikiranku akan keputusanku ini. Ku meminta pertolongan dengan sang maha penolong yaitu allah swt dengan berdoa akan keputusan dalam hidup dimana jika hal ini baik untuk kedepannya baik dari sisiku, dirinya dan keluarga tentunya maka mudahkanlah dan berikan kami keyakinan pada masing2 dari kami untuk terus berjalan bersama.
Perjalanan ku menuju kota dimana ku dibesarkan dan kuhabiskan masa remajaku yaitu kota jogja, kota penuh kenangan dan perjuangan. Perjalanan yang kutempuh dengan kereta api melaju dengan ketenangan dan penuh kepastian menuju peruntunganku dengannya. Selama perjalanan kamipun terus inten berkomunikasi dengan berjalannya waktu hatiku yang kosong itu sepertinya mulai lambat laun berisi dan terus terisi dengan sendirinya. Pada waktu itu sejenak ku berpikir dan menyelami apa yang terjadi dan mengiyakan apa tindakanku pada saat itu.
Sampai tak sabarnya si gadis pujaan hati menawarkan jemputan kepadaku, dan ku dengan sedikit ragu menerimanya dengan kegugupan yang berarti.
keretapun berhenti distasiun kota tercinta dan ku melangkahkan kakiku melaju dan menyusuri jalan lorong menuju ke pintu keluar. Saat itu ku mencoba untuk tetap dalam ketenangan dan jaimpun ku pertahankan dalam menemui seseorang yang telah lama ku tak jumpai.
Sosok yang duduk di motor dengan mengenakan jaket dan helm yang sudah menanti kedatangan seorang yang lama diidamkannya datang dan melampiaskan kerinduan yang memuncak kepada sang kekasih. Sambil memegang hape yang dengan cekatannya jemarinya mengetik keyboard hapenya sambil menoleh ke arah pintu kedatangan stasiun tugu yogyakarta.
Dalam pertemuan yang setelah sekian lama tak bersua tentunya sikap canggung diantara kamipun terjadi. Dari saling sapa dan saling berpandangan (aduhai seperti dalam film-film) kalo diingat-ingat lagi membuatku tersipu malu. Namun setelah beberapa menit berbincang kamipun beranjak dari stasiun dan menuju rumah dari orang tuaku.
Dalam perjalanan dalam benakku yang kupikirkan adalah tanggapan dari orang rumahku akan kehadiran sosok yang sudah lama tak bersua dengan sang gadis yang kelak menjadi istri dan ibu dari anakku. Sambil berjalan di atas motor kamipun sedikit nostalgia akan hubungan kami selama kami kenal hingga masa kami break selama setahun terakhir. Pemikiran akan masa depan mulai sedikit demi sedikit ku jejalkan dalam pembahasan yang kami lakukan hingga akhirnya kami sampai dirumah orang tuaku.
Setelah kami sampai dirumah kamipun berbincang dengan keluarga yang pasti alm. simbok, sebentar saja waktu itu dan si gadis pujaan berpamitan untuk pulang.
ucapan terima kasih ku ucapkan kepada sang pujaan dengan segenap hatiku dan dengan penuh kesadaran akan jemputannya sampai mengantarku ke rumah kedua orang tuaku.
Berlanjut dengan pembicaraanku dengan kedua orang tuaku tentang pertemuanku kembali dengan sang pujaan hati dan menyusun langkah menuju jenjang yang lebih serius dengan dia. Pada waktu itu yang kusampaikan dengan penuh kesadaran adalah "mbok, babe...anakmu ini pengen berumah tangga dan mungkin sekarang sudah waktunya untuk melanjutkan jenjang hubungan dengan sang pujaan hati untuk berumah tangga". Perasaanku pada waktu itu menunjukkan perasaan yang penuh dengan harap dan kecenderungan cemas akan apa yang terjadi dan tanggapan apa yang akan mereka berikan akan apa yang kusampaikan kepada mereka. Jawaban datang dari kedua orang tua waktu itu begini kurang lebihnya. Babe, "Nek wis manteb sik penting kowe manteb" dan simbok yang sepertinya khawatir akan hubunganku dengan si gadis pujaan begini kira-kira, "Le, nek simbok kui jenenge nikah kui ora cukup ming antarane kowe karo calonmu, luwih seko kui le...saiki didelok seko status sosial wae wis bedo to le? saiki py, simbok ora gelem nek kowe mengko malah loro ati. Saiki wong tuo ne kepiye karo hubunganmu karo anakke?"
Pada waktu itu memang sempat terjadi perdebatan akan status sosial yang memang kentara diantara keluargaku dengan calon anggota keluargaku. namun pada waktu itu ku meyakinkan ke keluarga untuk menentukan apakah hal ini akan kulanjutkan apa tidak dengan membuktikan sendiri ke keluarga dari si gadis pujaanku. Ku sampaikan ke keluarga untuk datang sendiri terlebih dahulu untuk melamar atau meminta ijin ke keluarga si gadis calon pendampingku. nantinya akan tahu apakah memang dia merupakan jodohku ataukah ada perjuangan yang harus ku perjuangkan kembali.
Setelah berembug dengan keluarga langsung kusampaikan ke pihak keluarga calon pendampingku. Melalui telepon ku meminta untuk bertemu dengannya dan menyampaikan apa yang sudah disampaikan oleh kedua orangtuaku perihal hubunganku dengannya. Saat itu si gadis ya mungkin saja cemas akan apa yang menjadi permasalahan yang ada karena pada waktu itu jujur saja sangat jarang bertemu dengan kedua orang tuanya karena kerjaku sekarang tak di kota yang sama dan porsi ketemu dengan sang gadis pun juga tergolong jarang karena hubungan jarak jauh yang ku jalani dengannya.
Pada waktu itu si gadis juga berusaha mengenalkan hubungan kami dengan setahap demi setahap sehingga kami bisa meanjutkan hubungan ke jenjang berikutnya. Alhasil kamipun sepakat untuk mengatur pertemuan antara aku dengan keluarganya untuk melanjutkan perjuangan kami menuju apa yang kami rencanakan. Ini kami rencanakan sudah berjalan dengan trek yang kami inginkan. Hingga kepulanganku berikutnya akan menuju tahap yang krusial ya krusial karena saatnya melancarkan serangan ke kedua orang tuanya. Serangan dalam tanda kutip ya...itu merupakan sebuah perjalanan dengan penuh perjuangan yang harus ku tempuh untuk mendaptkan restu dari kedua orang tuanya.
Waktu cepat berlalu dan hari itu pun tiba, sebelum berangkat ku minta doa restu dari kedua orangtua untuk tujuan yang baik dan semoga hasilnya pun juga baik. Dengan penuh keyakinan yang didorong oleh restu dari orang tua akhirnya ku berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Kurang lebih setengah jam perjalanan yang harus ku tempuh untuk sampai di kediaman dari si gadis pujaan.
Sesampai di rumah beliau akhirnya ku bertemu dengan kedua orang tuanya, awalnya ku sedikit gerogi dengan situasi yang akan kuhadapi pada waktu itu. namun ini harus berjalan dengan baik dan pesan yang akan kusampaikan kudu tersampaikan, untuk hasilnya sudah ku serahkan pada yang kuasa apapun hasilnya yang penting maju dan berani menyampaikan apa yang menjadi maksud dan tujuan dari kedatanganku sowan kepada kedua orang tua si gadis pujaan.
Waktu itu jam menunjukkan sudah waktunya tengah hari dan adzan memanggil untuk menunaikan sholat dzuhur. Tanpa menunda lagi ku bergegas ke masjid yang lokasi tepat dibelakang rumah dari si gadis pujaan. Selama di masjid ku berdoa sebisa mungkin untuk apa yang akan ku lakukan ini. Setelah selesai akhirnya ku bergegas untuk kembali ke rumah sang gadis pujaan.
Show time pun terjadi, ku bersama kedua orang tua dari sigadis pujaan tentu saja beserta sang gadis pujaan. Saling menanyakan kabar dan ala basa-basi sudah tersampaikan dengan baik dan tanpa menunda lagi akhirnya ku sampaikan apa yang menjadi maksud dan tujuanku datang menemui mereka. begini kata-kata yang ku sampaikan ke mereka, "Bapak sama ibu, maksud kedatangan saya kesini untuk memohon doa restu dari bapak sama ibu untuk menjalin hubungan dengan anak bapak sama ibu lebih serius, kalau bapak sama ibu berkenan maka kepulangan saya berikutnya akan datang kembali bersama keluarga untuk lebih resminya." Untuk kalimat yang sebenarnya tak panjang dan sederhana seperti itu ternyata butuh effort yang lebih. Mungkin karena hal ini merupakan awal dari penyatuan dari kedua keluarga yaitu keluargaku dengan keluarga dari si gadis pujaan.
Sebelum menjawab pernyataan yang sudah ku lontarkan tadi dalam hati sudah merasa sedikit berkuranglah secara beban mental karena sudah keluar tuh kecemasan akan rasa dalam benakku. Selanjutnya bola panas ada ditangan si gadis pujaan karena ini momen yang sangat krusial bagi kami juga sih bukan hanya si gadis. Raut wajah kamipun terdiam dan saling sesekali melihat satu sama lain untuk saling menguatkan...ciiee menguatkan. Pembukaan dari bapaknya si gadis pujaan adalah menanyakan sekarang kegiatannya apa dan sekarang tinggal dimana. Ya waktu itu memang sudah bekerja namun juga dibarengi dengan menempuh pendidikan lanjutan dari sekolah menengah ke jenjang perguruan tinggi alias kuliah kelas karyawan. nah sepertinya itu poin plus yang menguatkan sih kalau menurut apa yang ku pikirkan pada waktu itu. Bapak menjawab dengan panjang lebar mengenai apa yang sudah ku lontarkan tadi dan pada intinya sih mereka merestui apa yang sudah kami perjuangkan bersama waktu itu. namun dalam perbincangan kami terselip wejangan-wejangan yang lebih membuka mata dan pikiran kami tentang pernikahan. Dan ibu juga sesekali memberikan wejangan juga kepada kami yang masih muda dan ingin melanjutkan hubungan dalam ikatan pernikahan. Hingga tanpa terasa waktu bergulir pada waktu itu sampai keringat dingin cuiii....hahahha.. Perjuangan yang memberikan hasil positif itu yang menguatkan tekad kami untuk melangkah lebih lagi. Adzan Azhar menyudahi perbincangan kami dan ku langsung berpamitan untuk ke masjid untuk bersujud syukur atas apa yang sudah terjadi. Dengan hasil yang positif alias dapat lampu hijau dari kedua orang tua si gadis pujaan akhirnya sehabis sholat azhar ku berpamitan kepada kedua orang tua si gadis dan pulang untuk memberikan kabar gembira ini kepada keluargaku. Ternyata apa yang ku takutkan tak terjadi soal perbedaan status sosial pada waktu bapak menjawab juga dengan tegas memberikan jawaban yang membuatku lega. Bapak berkata, "Kalau bapak yang penting memiliki pekerjaan dan bertanggung jawab atas keluarga".
Perjuangan hinga menjadi sepasang suami istri yang sah secara agama dan sah dimata hukumpun penuh perjuangan sih namun pada intinya kami berdua sepakat kalo tujuan kami baik maka hasilnya juga baik. Hingga sekarang menjadi sepasang suami istri dan alhamdulillah mendapatkan hadiah terindah dari yang maha kuasa anak yang sehat dan menjadikan rumah yang dulunya sepi sekarang sudah ramai dan terus berantakan karena mainan dari baby Zi hahha...
Akhir dari perjuangan menuju pelaminan yang indah untuk dikenang dan sayang kalau hal ini tak ku abadikan dalam sebuah tulisan.
Untuk yang sedang berjuang mendapatkan restu dari orang tua tetap fokus dalam kebaikan dan jangan pernah menyerah. Komunikasikan ini dengan pasangan anda karena tanpa kerjasama tim antara kedua pasangan tak pelak hal ini yang akan memberikan beban yang tak seimbang diantara kalian.
Wejangan yang bapak dan ibu calon mertua salah satunya komunikasi yang baik dan tersampaikan dengan baik akan membuka kesempatan yang lebih jelas arah dan tujuannya. Doa restu kedua orang tua juga pastinya kan membuka jalan yang lebih lebar dan lebih percaya diri melakukannya.
Tanpa terasa perjuangan ini sudah sejauh ini dan sekarang saya sudah menjadi orang tua dan juga sebagai kepala rumah tangga. Sungguh waktu yang cepat berlalu tanpa terasa perjalanan menjadi kepala keluarga menginjak sudah 3 tahun lebih.
Perubahan ini terjadi tanpa kita sadari akan secara otomatis merubah semua yang pernah kita lalui bersama dari apa-apa yang sendiri sekarang berdua dan bertambah lagi menjadi orang tua bagi si kecil yang semakin bertumbuh. Dari dulunya orang tua hanya bapak sama ibu kandung sekarang sudah ada tambahan menjadi keluarga yaitu mertua dan keluarga besarnya. Hal semacam ini akan terus bergulir sampai maut memisahkan dan ini merupakan perjuangan kita sebagai manusia untuk terus bertumbuh menjadi manusia sosial yang harus berbagi dengan keluarga dan juga lingkungannya. Adaptasi tentu saja itu diperlukan juga untuk tetap menjaga existensi dari keberlangsungan kerukunan dan toleransi antar keluarga dan manusia pada umumnya. Namun hal ini juga tersekat oleh norma antar keluarga yang juga punya pemikiran dalam konsep berumah tangga antara keluarga satu dengan lainnya. Perbedaan itu akan indah jika respek dan niat yang baik untuk terus berkembang menjadi baik. Silaturahmi harus tetap dijaga untuk hubungan keluarga demi masa depan yang lebih baik lagi.
Perdebatan tak bisa juga kita hindari dalam sebuah hubungan keluarga, tapi bagaimana komunikasi kita untuk kebersamaan yang mendasari. Seperti pesan mbah kakung, "Tak dongake kabeh anak putuku do rukun kabeh ora ono sik ora rukun kabeh mau kui mung wang sinawang kok le". Menjadi tua itu pasti namun menjadi dewasa itu merupakan sebuah pilihan itu kata orang. tapi pepatah itu benar adanya kita harus membuka lebar garis cakrawala kita untuk melihat segala sesuatunya lebih. Maksudnya lihatlah dari banyak sudut pandang untuk menentukan sebuah pilihan dan itu bermanfaat pula bagi semuanya bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri. proses menjadi dewasa itu panjang kali lebar dan itu pun harus ada support system yang baik dari orang sekitar. Berproses bersama untuk kemajuan kita bersama menjadi lebih bijak menjadi manusia sosial yang sebenarnya. Tujuan orang tentunya berbeda-beda, alangkah bijaknya kalau saling mendukung untuk mewujudkan hal tersebut demi kebersamaan yang lebih indah bersama.
Semoga sharing pengalaman ini bisa memberikan pengetahuan bagi para pejuang pernikahan pada khususnya. Juga untuk si gadis pujaan yang sekarang sudah bukan gadis lagi akan selalu mendampingi dan selalu mengingatkan untuk hal yang lebih baik lagi.
matur nuwun
Seorang suami dan sekarang sudah menjadi seorang bapak, "wow" itu gambaran yang bisa ku infokan dengan kata. Kenapa hal ini menjadi sangat krusial dalam kehidupanku sekarang? Bagaimanapun sekarang diriku menjadi bukan hidup untuk kehidupanku yang seorang diri namun untuk menjadi figur bagi orang yang sekarang menjadi istri dan anakku, lebih ke keluarga begitulah kira-kira.
Awalnya menjadi seorang suami merupakan sebuah perjuangan yang harus kulalui sesuai dengan prosesnya. Banyak bertanya dengan orang lain yang sudah berpengalaman, dari yang baru sampai yang sudah banyak makan asam garam kehidupan menjadi seeorang suami. Info yang kudapat juga beragam sih, ada yang memberikan informasi dengan kiat-kiat yang menjelimet dan sampai detil.
Perubahan ini berlangsung sesuai dengan prosesnya dan ini memberikan pelajaran yang selalu hadir untuk terus bertumbuh dari hari ke hari. Banyak pertanyaan yang mulai terkuak dari proses itu terjadi, baik itu melalui proses pemecahan masalah ataupun melalui konsultasi dengan orang yang sudah berpengalaman.
Ada pertanyaan yang keluar malah dari orang terdekat denganku, dia tak lain tak bukan dari sang istri alias bojoku sendiri. Pertanyaannya itu membuatku sedikit mengernyitkan dahi entah apa yang dipikirkan oleh bojo, sampai bertanya seperti itu ataukah itu sebuah pertanyaan yang wajar aku pun tak tahu persis jawabannya.
Pertanyaannya sih sederhana kira-kira begini, "Ba, bagaimana rasanya udah resmi menjadi suami istri seperti sekarang?" Langsung ku mengernyitkan dahi sambil mikir kalo ini sudah menjadi kenyataan yang ternyata tak seperti yang ku takutkan sebelum melangkah menjadikan pacar menjadi istri. Sebenarnya sih simpel ya kalau sebelum menikah kan disebut pacar, setelah menikah hanya menjadikan status kita menjadi lain sebutannya jadi "istri". Namun dibalik itu semua tentu saja perbedaannya sangat berbeda secara tanggung jawab, betul tidak?
Perubahan secara drastis tentunya bisa tinggal seatap dan seranjang tentunya. Kebiasaan yang semenjak pacaran belum tercium dan terketahui dengan pasti setelah menikah tentu saja borok itu akan muncul sendiri tanpa kita mencari tahu yeekaan?
Proses menjadi sepasang suami istri yang saling memahami satu sama lain tentunya banyak kejutan-kejutan yang terjadi dari yang lucu sampai yang kita jengkel dengan kelakuan pasangan. Sifat asli dari pasangan tentu saja lambat laun akan menjadi sebuah pertentangan menjadi penerimaan yang hakiki. Proses tiap pasangan tentu saja akan berbeda satu dengan lainnya, ada yang harus menemui jalan yang sedikit lika-likunya adapula yang bak roller coaster. kalau dari pengalaman yang kualami bersama sang pujaan hati sih waowww...roller coasternya mantab sekali sampai-sampai kita sampai bingung musti menghadapinya seperti apa. Dari perjuangan mau menikah hingga menikah sampai sekarang punya junior masih menjadi misteri roller coasternya.
Proses perjuangan dari awal rencana untuk menikah juga merupakan sebuah kisah yang indah bagi kami khususnya diriku sih. Bagaimana tidak wong yang namanya terlintas untuk mengakhiri masa lajang juga merupakan waktu yang singkat dan itu muncul begitu saja tanpa kusadari. Waktu itu berawal dari pertemuanku dengan mb bojo untuk pertama kali setelah ku memutuskan untuk mengakhiri kisah cinta yang kami bangun selama beberapa tahun terakhir. Entah ada angin apa waktu itu kami memutuskan untuk bertemu kembali seingatku waktu ku pulang kampung karena liburan dan pengen bertemu dengan keluarga alias kangen.
Saat pemutusan hubungan percintaan memang waktu itu kuputuskan karena waktu itu saatku menjalani 2 profesi yang membuatku tak bisa membagi waktuku dengan urusan cinta. Bekerja dan sekaligus menempuh sekolah secara bersamaan. Selama hari senin sampai hari jum'at ku bekerja dan sisanya untuk sekolah kembali dan dengan sekolah tugas yang harus ku kerjakan menjadi bertambah. Sudah bekerja penuh dengan tugas yang harus diselesaikan masih kurang hahaha...dan harus ditambah dengan beban tugas dari sekolahku tersebut.
Setelah menempuh masa studi setengah perjalanan kurang lebih 2 tahun. Keseharian yang monoton membuatku tak bisa membagi waktuku untuk sang pujaan hati. Sembari berjalan ku berfikir mau bagaimana lagi harus ku lanjutkan ataukah harus ku akhiri kisah yang sudah ku jalani dengan sang pujaan hatiku selama beberapa tahun ini. Puncaknya pas semester ke 4 alias pertengahan semester ku putuskan untuk menjalani kehidupan sendiri dulu tanpa hubungan dalam berkomitmen. Sedih waktu itu amat sangat sedih, namun jalan ini harus ku ambil untuk fokus dalam 2 kegiatan yang menyita waktu tenaga dan pikiranku.
Namun, selama masa jeda sebelum kuputuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan sang pujaan hati ini selalu berjuang untuk tetap selalu memberikanku perhatian karena waktu itu kuputuskan secara sepihak karena tak ada masalah dengan hubungan kami sebenarnya. perjuangan mb bojo memang wanita yang luar biasa karena yakin dengan sabar menanti dan berusaha untuk menjalani sisa hidupnya bersamaku.
Kurang lebih kami break selama 1 tahun, kami menjalani hari tanpa status dan waktu itu komunikasi kami juga kurang bagus karena kemonotonanku dengan segala kesibukan yang kujalani selama beberapa tahun terakhir. Kurang baik karena memang ku jarang membalas sms dari yang terkasih waktu itu.
Hingga waktu lebaran untuk pertama kali semenjak pacaran tidak bertemu dengan si mb pacar yang sekarang sudah menjadi bojo secara agama dan secara Negara. Perasaan yang waktu itu kurasakan memang tersiksa dan merasa hal ini tidaklah benar, maksudnya tindakan yang kuambil pada waktu itu. Penyesalan memang datangnya terakhir ya...tak ku pungkiri hal ini menyiksaku dalam benakku dan dalam hatiku yang terdalam merasakan hal tersebut.
Hingga suatu ketika hal tersebut berganti menjadi sebuah pembalasan dari hatiku untuk membalas semua apa yang menjadi perjuangan kami selama berpacaran. Waktu ku berencana untuk pulang ke kapung halaman ku tak tau apa yang kulakukan saat itu dan apa yang ku pikirkan waktu itu. Ku balas dan ku kembali menjalin komunikasi dengan si pujaan hati. tanpa kusadari kamipun berkomitmen untuk bertemu kembali setelah sekian lama tak bersua. Hal ini merupakan pertemuan pertama kaliku dengannya setelah hampir kurang lebih setahun terakhir.
Pada saat yang sudah ditentukan datang ku semalaman berpikir apakah ini merupakan kehendak hati ataukah hanya emosi sesaat yang memang karena bentuk dari sebuah penyesalan dalam hati yang membuat seorang gadis menjadi patah hati? Pada waktu itu tak karuan sekali perasaan hati. Bergejolak ada 2 sisi yang berseberangan menggelayuti hati dan pikiranku akan keputusanku ini. Ku meminta pertolongan dengan sang maha penolong yaitu allah swt dengan berdoa akan keputusan dalam hidup dimana jika hal ini baik untuk kedepannya baik dari sisiku, dirinya dan keluarga tentunya maka mudahkanlah dan berikan kami keyakinan pada masing2 dari kami untuk terus berjalan bersama.
Perjalanan ku menuju kota dimana ku dibesarkan dan kuhabiskan masa remajaku yaitu kota jogja, kota penuh kenangan dan perjuangan. Perjalanan yang kutempuh dengan kereta api melaju dengan ketenangan dan penuh kepastian menuju peruntunganku dengannya. Selama perjalanan kamipun terus inten berkomunikasi dengan berjalannya waktu hatiku yang kosong itu sepertinya mulai lambat laun berisi dan terus terisi dengan sendirinya. Pada waktu itu sejenak ku berpikir dan menyelami apa yang terjadi dan mengiyakan apa tindakanku pada saat itu.
Sampai tak sabarnya si gadis pujaan hati menawarkan jemputan kepadaku, dan ku dengan sedikit ragu menerimanya dengan kegugupan yang berarti.
keretapun berhenti distasiun kota tercinta dan ku melangkahkan kakiku melaju dan menyusuri jalan lorong menuju ke pintu keluar. Saat itu ku mencoba untuk tetap dalam ketenangan dan jaimpun ku pertahankan dalam menemui seseorang yang telah lama ku tak jumpai.
Sosok yang duduk di motor dengan mengenakan jaket dan helm yang sudah menanti kedatangan seorang yang lama diidamkannya datang dan melampiaskan kerinduan yang memuncak kepada sang kekasih. Sambil memegang hape yang dengan cekatannya jemarinya mengetik keyboard hapenya sambil menoleh ke arah pintu kedatangan stasiun tugu yogyakarta.
Dalam pertemuan yang setelah sekian lama tak bersua tentunya sikap canggung diantara kamipun terjadi. Dari saling sapa dan saling berpandangan (aduhai seperti dalam film-film) kalo diingat-ingat lagi membuatku tersipu malu. Namun setelah beberapa menit berbincang kamipun beranjak dari stasiun dan menuju rumah dari orang tuaku.
Dalam perjalanan dalam benakku yang kupikirkan adalah tanggapan dari orang rumahku akan kehadiran sosok yang sudah lama tak bersua dengan sang gadis yang kelak menjadi istri dan ibu dari anakku. Sambil berjalan di atas motor kamipun sedikit nostalgia akan hubungan kami selama kami kenal hingga masa kami break selama setahun terakhir. Pemikiran akan masa depan mulai sedikit demi sedikit ku jejalkan dalam pembahasan yang kami lakukan hingga akhirnya kami sampai dirumah orang tuaku.
Setelah kami sampai dirumah kamipun berbincang dengan keluarga yang pasti alm. simbok, sebentar saja waktu itu dan si gadis pujaan berpamitan untuk pulang.
ucapan terima kasih ku ucapkan kepada sang pujaan dengan segenap hatiku dan dengan penuh kesadaran akan jemputannya sampai mengantarku ke rumah kedua orang tuaku.
Berlanjut dengan pembicaraanku dengan kedua orang tuaku tentang pertemuanku kembali dengan sang pujaan hati dan menyusun langkah menuju jenjang yang lebih serius dengan dia. Pada waktu itu yang kusampaikan dengan penuh kesadaran adalah "mbok, babe...anakmu ini pengen berumah tangga dan mungkin sekarang sudah waktunya untuk melanjutkan jenjang hubungan dengan sang pujaan hati untuk berumah tangga". Perasaanku pada waktu itu menunjukkan perasaan yang penuh dengan harap dan kecenderungan cemas akan apa yang terjadi dan tanggapan apa yang akan mereka berikan akan apa yang kusampaikan kepada mereka. Jawaban datang dari kedua orang tua waktu itu begini kurang lebihnya. Babe, "Nek wis manteb sik penting kowe manteb" dan simbok yang sepertinya khawatir akan hubunganku dengan si gadis pujaan begini kira-kira, "Le, nek simbok kui jenenge nikah kui ora cukup ming antarane kowe karo calonmu, luwih seko kui le...saiki didelok seko status sosial wae wis bedo to le? saiki py, simbok ora gelem nek kowe mengko malah loro ati. Saiki wong tuo ne kepiye karo hubunganmu karo anakke?"
Pada waktu itu memang sempat terjadi perdebatan akan status sosial yang memang kentara diantara keluargaku dengan calon anggota keluargaku. namun pada waktu itu ku meyakinkan ke keluarga untuk menentukan apakah hal ini akan kulanjutkan apa tidak dengan membuktikan sendiri ke keluarga dari si gadis pujaanku. Ku sampaikan ke keluarga untuk datang sendiri terlebih dahulu untuk melamar atau meminta ijin ke keluarga si gadis calon pendampingku. nantinya akan tahu apakah memang dia merupakan jodohku ataukah ada perjuangan yang harus ku perjuangkan kembali.
Setelah berembug dengan keluarga langsung kusampaikan ke pihak keluarga calon pendampingku. Melalui telepon ku meminta untuk bertemu dengannya dan menyampaikan apa yang sudah disampaikan oleh kedua orangtuaku perihal hubunganku dengannya. Saat itu si gadis ya mungkin saja cemas akan apa yang menjadi permasalahan yang ada karena pada waktu itu jujur saja sangat jarang bertemu dengan kedua orang tuanya karena kerjaku sekarang tak di kota yang sama dan porsi ketemu dengan sang gadis pun juga tergolong jarang karena hubungan jarak jauh yang ku jalani dengannya.
Pada waktu itu si gadis juga berusaha mengenalkan hubungan kami dengan setahap demi setahap sehingga kami bisa meanjutkan hubungan ke jenjang berikutnya. Alhasil kamipun sepakat untuk mengatur pertemuan antara aku dengan keluarganya untuk melanjutkan perjuangan kami menuju apa yang kami rencanakan. Ini kami rencanakan sudah berjalan dengan trek yang kami inginkan. Hingga kepulanganku berikutnya akan menuju tahap yang krusial ya krusial karena saatnya melancarkan serangan ke kedua orang tuanya. Serangan dalam tanda kutip ya...itu merupakan sebuah perjalanan dengan penuh perjuangan yang harus ku tempuh untuk mendaptkan restu dari kedua orang tuanya.
Waktu cepat berlalu dan hari itu pun tiba, sebelum berangkat ku minta doa restu dari kedua orangtua untuk tujuan yang baik dan semoga hasilnya pun juga baik. Dengan penuh keyakinan yang didorong oleh restu dari orang tua akhirnya ku berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Kurang lebih setengah jam perjalanan yang harus ku tempuh untuk sampai di kediaman dari si gadis pujaan.
Sesampai di rumah beliau akhirnya ku bertemu dengan kedua orang tuanya, awalnya ku sedikit gerogi dengan situasi yang akan kuhadapi pada waktu itu. namun ini harus berjalan dengan baik dan pesan yang akan kusampaikan kudu tersampaikan, untuk hasilnya sudah ku serahkan pada yang kuasa apapun hasilnya yang penting maju dan berani menyampaikan apa yang menjadi maksud dan tujuan dari kedatanganku sowan kepada kedua orang tua si gadis pujaan.
Waktu itu jam menunjukkan sudah waktunya tengah hari dan adzan memanggil untuk menunaikan sholat dzuhur. Tanpa menunda lagi ku bergegas ke masjid yang lokasi tepat dibelakang rumah dari si gadis pujaan. Selama di masjid ku berdoa sebisa mungkin untuk apa yang akan ku lakukan ini. Setelah selesai akhirnya ku bergegas untuk kembali ke rumah sang gadis pujaan.
Show time pun terjadi, ku bersama kedua orang tua dari sigadis pujaan tentu saja beserta sang gadis pujaan. Saling menanyakan kabar dan ala basa-basi sudah tersampaikan dengan baik dan tanpa menunda lagi akhirnya ku sampaikan apa yang menjadi maksud dan tujuanku datang menemui mereka. begini kata-kata yang ku sampaikan ke mereka, "Bapak sama ibu, maksud kedatangan saya kesini untuk memohon doa restu dari bapak sama ibu untuk menjalin hubungan dengan anak bapak sama ibu lebih serius, kalau bapak sama ibu berkenan maka kepulangan saya berikutnya akan datang kembali bersama keluarga untuk lebih resminya." Untuk kalimat yang sebenarnya tak panjang dan sederhana seperti itu ternyata butuh effort yang lebih. Mungkin karena hal ini merupakan awal dari penyatuan dari kedua keluarga yaitu keluargaku dengan keluarga dari si gadis pujaan.
Sebelum menjawab pernyataan yang sudah ku lontarkan tadi dalam hati sudah merasa sedikit berkuranglah secara beban mental karena sudah keluar tuh kecemasan akan rasa dalam benakku. Selanjutnya bola panas ada ditangan si gadis pujaan karena ini momen yang sangat krusial bagi kami juga sih bukan hanya si gadis. Raut wajah kamipun terdiam dan saling sesekali melihat satu sama lain untuk saling menguatkan...ciiee menguatkan. Pembukaan dari bapaknya si gadis pujaan adalah menanyakan sekarang kegiatannya apa dan sekarang tinggal dimana. Ya waktu itu memang sudah bekerja namun juga dibarengi dengan menempuh pendidikan lanjutan dari sekolah menengah ke jenjang perguruan tinggi alias kuliah kelas karyawan. nah sepertinya itu poin plus yang menguatkan sih kalau menurut apa yang ku pikirkan pada waktu itu. Bapak menjawab dengan panjang lebar mengenai apa yang sudah ku lontarkan tadi dan pada intinya sih mereka merestui apa yang sudah kami perjuangkan bersama waktu itu. namun dalam perbincangan kami terselip wejangan-wejangan yang lebih membuka mata dan pikiran kami tentang pernikahan. Dan ibu juga sesekali memberikan wejangan juga kepada kami yang masih muda dan ingin melanjutkan hubungan dalam ikatan pernikahan. Hingga tanpa terasa waktu bergulir pada waktu itu sampai keringat dingin cuiii....hahahha.. Perjuangan yang memberikan hasil positif itu yang menguatkan tekad kami untuk melangkah lebih lagi. Adzan Azhar menyudahi perbincangan kami dan ku langsung berpamitan untuk ke masjid untuk bersujud syukur atas apa yang sudah terjadi. Dengan hasil yang positif alias dapat lampu hijau dari kedua orang tua si gadis pujaan akhirnya sehabis sholat azhar ku berpamitan kepada kedua orang tua si gadis dan pulang untuk memberikan kabar gembira ini kepada keluargaku. Ternyata apa yang ku takutkan tak terjadi soal perbedaan status sosial pada waktu bapak menjawab juga dengan tegas memberikan jawaban yang membuatku lega. Bapak berkata, "Kalau bapak yang penting memiliki pekerjaan dan bertanggung jawab atas keluarga".
Perjuangan hinga menjadi sepasang suami istri yang sah secara agama dan sah dimata hukumpun penuh perjuangan sih namun pada intinya kami berdua sepakat kalo tujuan kami baik maka hasilnya juga baik. Hingga sekarang menjadi sepasang suami istri dan alhamdulillah mendapatkan hadiah terindah dari yang maha kuasa anak yang sehat dan menjadikan rumah yang dulunya sepi sekarang sudah ramai dan terus berantakan karena mainan dari baby Zi hahha...
Akhir dari perjuangan menuju pelaminan yang indah untuk dikenang dan sayang kalau hal ini tak ku abadikan dalam sebuah tulisan.
Untuk yang sedang berjuang mendapatkan restu dari orang tua tetap fokus dalam kebaikan dan jangan pernah menyerah. Komunikasikan ini dengan pasangan anda karena tanpa kerjasama tim antara kedua pasangan tak pelak hal ini yang akan memberikan beban yang tak seimbang diantara kalian.
Wejangan yang bapak dan ibu calon mertua salah satunya komunikasi yang baik dan tersampaikan dengan baik akan membuka kesempatan yang lebih jelas arah dan tujuannya. Doa restu kedua orang tua juga pastinya kan membuka jalan yang lebih lebar dan lebih percaya diri melakukannya.
Tanpa terasa perjuangan ini sudah sejauh ini dan sekarang saya sudah menjadi orang tua dan juga sebagai kepala rumah tangga. Sungguh waktu yang cepat berlalu tanpa terasa perjalanan menjadi kepala keluarga menginjak sudah 3 tahun lebih.
Perubahan ini terjadi tanpa kita sadari akan secara otomatis merubah semua yang pernah kita lalui bersama dari apa-apa yang sendiri sekarang berdua dan bertambah lagi menjadi orang tua bagi si kecil yang semakin bertumbuh. Dari dulunya orang tua hanya bapak sama ibu kandung sekarang sudah ada tambahan menjadi keluarga yaitu mertua dan keluarga besarnya. Hal semacam ini akan terus bergulir sampai maut memisahkan dan ini merupakan perjuangan kita sebagai manusia untuk terus bertumbuh menjadi manusia sosial yang harus berbagi dengan keluarga dan juga lingkungannya. Adaptasi tentu saja itu diperlukan juga untuk tetap menjaga existensi dari keberlangsungan kerukunan dan toleransi antar keluarga dan manusia pada umumnya. Namun hal ini juga tersekat oleh norma antar keluarga yang juga punya pemikiran dalam konsep berumah tangga antara keluarga satu dengan lainnya. Perbedaan itu akan indah jika respek dan niat yang baik untuk terus berkembang menjadi baik. Silaturahmi harus tetap dijaga untuk hubungan keluarga demi masa depan yang lebih baik lagi.
Perdebatan tak bisa juga kita hindari dalam sebuah hubungan keluarga, tapi bagaimana komunikasi kita untuk kebersamaan yang mendasari. Seperti pesan mbah kakung, "Tak dongake kabeh anak putuku do rukun kabeh ora ono sik ora rukun kabeh mau kui mung wang sinawang kok le". Menjadi tua itu pasti namun menjadi dewasa itu merupakan sebuah pilihan itu kata orang. tapi pepatah itu benar adanya kita harus membuka lebar garis cakrawala kita untuk melihat segala sesuatunya lebih. Maksudnya lihatlah dari banyak sudut pandang untuk menentukan sebuah pilihan dan itu bermanfaat pula bagi semuanya bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri. proses menjadi dewasa itu panjang kali lebar dan itu pun harus ada support system yang baik dari orang sekitar. Berproses bersama untuk kemajuan kita bersama menjadi lebih bijak menjadi manusia sosial yang sebenarnya. Tujuan orang tentunya berbeda-beda, alangkah bijaknya kalau saling mendukung untuk mewujudkan hal tersebut demi kebersamaan yang lebih indah bersama.
Semoga sharing pengalaman ini bisa memberikan pengetahuan bagi para pejuang pernikahan pada khususnya. Juga untuk si gadis pujaan yang sekarang sudah bukan gadis lagi akan selalu mendampingi dan selalu mengingatkan untuk hal yang lebih baik lagi.
matur nuwun
Comments
Post a Comment