Rinduku tebal tak tertahankan sumber : dokumen pribadi |
Jum'at sore menjelang, ku bergegas untuk pulang kampung dengan segenggam rindu tebal akan anak didalam dada. Ku matikan laptop dan menutupnya sembari merapikan meja kerjaku. Setelah meja kerjaku selesai ku beresi, ku ambil tas dan topi dan tak lupa juga memakai jaket bomber yang selalu ku kenakan untuk melindungiku dari terpaan angin yang ingin menembus dada saat berada di atas motor. Ku berpamitan dengan rekan sebelah mejaku, "bro, balik duluan ya" sembari melambaikan tangan dan melenggang menuju pintu kaca yang membatasi antar ruang dan tangga. "Okey" yang terlontar dari mulutnya sambil mata tetap menatap monitor, itu kata Apip. Seorang lajang dengan mata pandanya, entah darimana mata itu didapatnya.
Kuturuni tangga dari lantai 2 ke lantai dasar sambil sedikit gegabah, takut ketinggalan bus yang akan membawaku ke pelukan sang balateri. Anak perempuanku yang masih balita mengharap kedatanganku. Hal ini kudapati karena beberapa hari terakhir selalu menyebut dan memanggilku dalam setiap kesempatan. Cerita dari bundanya kepadaku, "tau gak sih ba, balateri sering memanggilmu baik itu mau tidur dan bangun tidur..akhir-akhir ini." anak perempuanku itu imajinasi dan ingatannya sungguh tajam, bahkan saat bermain dengan kity (boneka hello kity kesayangan balateri) selalu berimajinasi kalau babanya pulang dalam waktu dekat. "kity, asiiiikkk...baba pulang...baba pulang" itu kata yang sering diutarakan oleh balateri.
Seminggu yang lalu memang ku pulang dan bertemu dengannya, namun kepulanganku minggu yang lalu karena ada hajatan pernikahan ponakanku dari simbok. Mungkin porsiku bersama balateri kurang yang membuatnya terpicu rindu yang belum kelar membuat balateri sampai segitu rindu kepada babanya.
Ku buka pintu keluar dan bergegas menuju si supri (motor supra perjuangan) yang sudah sabar menantiku menggenggam tangannya untuk mendapatkan perhatian belaian tanganku dalam menarik tuas gasnya. Sesampainya ke tempat parkiran, terdengar suara ibu-ibu yang mengagetkanku, "buru-buru amat pak, mau mudik ya?" ku tengok ternyata bu sherly. Perempuan 40 tahunan rekan kerjaku namun beda bagian, keturunan tionghoa semarang medhok. "oh...iya buk, tau aja" sembari melemparkan senyum sambil ku nyalakan mesin si supri dan berpamitan dengan bu sherly, "duluan ya buk" sambil ngacir dengan tarikan gasku meninggalkan perempuan medhok tersebut.
Dalam 5 menit sampailah di kos tempatku tinggal di tanah rantau, ku buka pintu gerbang dan ku parkirkan si supri di tempatnya. Setelah ku parkirkan dan ku bergegas ke kamar dan bersiap untuk gas ke terminal. Karena dikampung halaman sudah ada pakaian yang siap pakai ku pikir tak perlu bawa tas besar lah untuk mudik. Dengan pakaian dan tas yang sudah dibadan langsung ku pesan ojek online untuk mengantarkanku ke terminal dengan cepat, karena tiket juga belum ditangan.
Sembari menanti ojek online datang, si boy ngeang-ngeong. Kucing dari teman kosan yang kebanyakan meleknya daripada tuannya. Karena tuntutan profesi bisa dibilang begitu sih makanya temanku lebih banyak siang hari dihaiskan untuk tidur. Dia seorang yang berkecimpung dalam dunia musik dan mungkin waktu produktifnya terbalik dengan kebanyakan orang yaitu malam hari. Ku lihat tempat makannya kosong, jadi kupikir dia lapar. Sambil menanti jemputan datang ku isi kembali tempat makannya dari stok yang ada di atas kandangnya.
Tak lama kemudian terdengarlah suara motor dan kulihat orang yang mengendarai berhenti dan melihat hape serta memakai atribut serba hijau. Oh, itu dia jemputanku barang kali, langsung saja ku hampiri. "babazi ya?" kata yang keluar ketika tau langkahku mendekatinya. Sambil berjalan makin dekat, "iya pak...syaap". Helm diambilnya dari motor dan diberikan kepadaku untuk kukenakan, "pak, ini ke terminal ya pak?" sambil ku memakai helm ku iyakan. Gaspolll pak!
Waktu jam pulang masyarakat itu yang biasa ku sebut untuk waktu jam sibuk disore hari jalan dipenuhi kendaraan orang yang pulang dari tempat bekerja. Melihat situasi seperti itu, "Pak, lewat pintu belakang aja ya!" respek kata yang keluar dari mulutku ke driver ojek online. "okey pak" sambil mencari celah menembus kemacetan jalan. 10 menit kemudian sampailah di tempat tujuan.
"terima kasih ya pak, mari pak", turun dari boncengan dan bergegas meninggalkan ojol tadi. Sedikit menaikkan tempo berjalan menuju loket bis yang akan membawaku mudik. terlihat sudah banyak penumpang didepan loket. langsungku merangsek...hahha bahasanya merangsek. "mba, ke jogja masih ada ga?" sambil menunduk didepan lubang kaca loket agen bis. Mba-mba yang berada didalam loket yang lagi sibuk memeriksa tiket langsung merespon, "untuk berapa orang?". dengan cepat ku jawab, "satu aja mba". sambil membuka lembaran tiket dan pulpen ditangannya, "namanya siapa?". Kusebutkan nama sembari membuka tas dan kuambil dompet ku ambil sejumlah uang sebagai maharnya. "okey, terima kasih. Bisnya berangkat jam berapa?" 2 lembar uang kertas ku serahkan dan kuterima tiket bis. Setelah ku dapatkan tiket bis yang berangkat masih setengah jam kemudian, langsungku merapat ke sebuah kios warung makan padang untuk mengganjal perut, persiapan perjalanan yang menyita waktu 12 sampai 14 jam.
Makan malam kesorean sih but tak masalah lah soalnya kadang males mau makan kalo sudah didalam perjalanan walau ada jeda buat istirahat 2 kali dalam perjalanan panjang tersebut. Setelah melahap sepiring nasi padang dengan bumbu rempahnya yang bikin ngiler dan segelas se teh, "berapa bang semua? tambah air mineral satu ya bang!" sambil menenggak es teh yang masih sesruputan. Setelah selesai keluar dari warung padang, para penumpang juga sudah pada mengisi kursi yang sudah disediakan dan jam sudah tiba untuk berangkat dengan suasana makin temaram kuputuskan untuk naik dan duduk ku menunggu saja bis berangkat. lalu lalang penjaja asongan dan juga musisi jalanan yang mengais rejeki di terminal masih belum surut, datang silih berganti.
Perjalanan dimulai dengan disambut kemacetan sedari keluar dari terminal. Bis melaju perlahan menuju agen-agen bis karena masih banyak kursi yang kosong. Menembus kemacetan akan berlangsung sampai keluar dari cikampek karena berbarengan dengan jam pulang masyarakat. Perjalanan melewati jalan utama yang berjubal kendaraan berlalu lalang memenuhi setiap ruas jalan, dari motor, mobil, truk dan tentu saja bis yang saya tumpangi ini. Sembari melihat keriuhan jalan yang kami lalui bersama para penumpang, disampingku terduduklah seorang laki-laki tua dengan topi dan jaket khas orang kantoran. Jaket semi formal dan tas hitam layaknya tas untuk bawa perlengkapan kerja misalnya laptop, berkas-berkas dsb.
Terdengar dari balik pintu yang memisahkan para penumpang dengan supir bis yang mengantarkan kami ke tujuan. "iki gmn ceritanya, kok bisa ora mbok ambil penumpang sik neng grogol?" terdengar samar karena riuhnya jalan dan obrolan dari para penumpang. Tiba-tiba laki-laki tua disebelah dudukku bersuara, "supire nesu mergo bis sik ngarepe awake dewe ora masuk jemput penumpange neng agen grogol", beliau sambil menempatkan suara tepat ke arahku yang artinya ingin berinteraksi atas apa yang terjadi denganku. "komunikasinya sering miss juga pak antara agen terminal dengan agen-agen diluar terminal, kalau seperti ini kalo boleh menuntut kita dong yang jadi korban betul tidak pak?" semakin membakar nih ya omonganku hahha...biar panjang kali lebarlah ngobrolnya lumayan daripada gabut dengan situasi macet yang sedang terjadi mending dibikin asik aja.
Sepanjang perjalanan menuju pemberhentian pertama di daerah indramayu kami berbincang tentang banyak hal baik itu tentang politik, keluarga, pekerjaan dan banyak yang kami perbincangkan. Ada momen dimana pas membahas tentang keluarga dimana beliau ternyata perantauan yang sudah berpuluh tahun dijakarta dan sekarang sudah menginjak masa pensiun. Beliau ternyata merupakan seorang pegawai negara alias PNS. Beliau menceritakan tentang seluk beluk pekerjaannya yang merupakan anggota dari kementrian Desa. Dari apa yang beliau ceritakan berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya menjadi seorang abdi negara. Tentu saja tanggung jawab profesi akan berbanding terbalik dengan keluarga yang harus sering ditinggal olehnya. Beliau sering bertugas keluar daerah untuk menjalankan tugasnya sebagai abdi negara. Alangkah bangganya beliau dengan apa yang sudah beliau tuai dengan pengorbanannya untuk keluarga hingga anak-anaknya berkecukupan dan sudah berdiri sendiri sebagai keluarga kecil. Beliau juga sudah mendapatkan cucu dari anak-anaknya. Dari apa yang diceritakan oleh bapak dengan 2 cucu tersebut memberikan sedikit gambaran kepadaku untuk terus berjuang demi mencukupi kebutuhan keluarga. dan itu prosesnya harus ada yang difokuskan dan ada pula yang harus sedikit direm. Porsi bertemu dengan keluarga adalah sebuah nikmat yang sedikit direm karena tanggung jawab pekerjaan.
Perjalanan melalui jalan tol menuju cikampek dan macet tak bisa terelakkan. Bapak sebelah saya yang tak sempat ku bertanya namanya tersebut mengisyaraktkan untuk sejenak berhenti mengobrol dengan beliau bilang mau makan bekalnya, "duh mas...ini saya dibekali istriku, takutnya nanti sudah tidak enak untuk dimakan, tak makan dulu ya mas". Bapaknya membuka bekal dari istrinya tercinta dan ku juga mengantuk karena seharian bekerja, akhirnya ku juga mengatur posisi badan untuk tidur.
Perjalanan tanpa ku sadari sudah memasuki rest area di indramayu tepatnya di cikamurang. Ku terbangun dari lelapku karena suara dari bapak sebelah saya yang berada di kursi sisi dalam (dekat jendela) beliau mau turun beliau membangunkanku, "Mas, permisi sudah sampai tempat istirahat pertama". Ku buka mata dan ku liat bapaknya dan ku iyakan sambil beranjak turun dari bis untuk ke toilet. Sekembali dari toilet ku pesan mie gelas di rest area yang luasnya bisa menampung berapa ratus bis. kemudian ku duduk di kursi yang kebetulan ada bapak yang duduk disebahku di bis tadi.
Ku santap hidangan mie gelas yang sudah ku pesan tadi sambil menikmati dinginnya malam yang menunjukkan pukul setengah 1 pagi. Sungguh nikmatnya mie instan panas dengan suasana yang dingin emmm...mantabb gilakk. Setelah ku habiskan segelas mie instan panas tadi, ku ambil sebungkus rokok yang berada dalam kantong jaketku untuk menghidupkan suasana dan mengajak bapak tadi membuka percakapan. Sebatang ku ambil dan kunyalakan, kemudian sang bapak membuka suaranya, "hlo, mas e merokok juga to?" sambil menghisap rokok yang sudah beliau nyalakan sedari tadi. kujawab setelah ku hembuskan asap rokok yang telah ku masukkan dalam mulut, "iya pak...hehhehe...suasana dingin begini memang pas apalagi sambil ngopi ya pak?" melihat kopi yang ada dihadapan beliau. Terdengar panggilan dari kru bis yang kebetulan berselisih paham dengan sang kru dari bis kami tadi, "penumpang ke cilacap yang berasal dari agen grogol yang ikut bis terakhir pindah ke bis sebelah ya!" Kru bis tersebut mendata penumpangnya yang tadi ditinggal untuk masuk ke dalam bis nya karena sudah mau berangkat kembali.
"tuh mas, bis yang tadi tak masuk mengambil penumpangnya dari grogol lagi mencari penumpangnya" sambil menunjuk ke arah kru bis yang sedang teriak-teriak mencari penumpangnya untuk segera berpindah ke bis yang semestinya. "hahhha....iya pak, masak satu naungan kok bisa begitu ya pak?" sautku menanggapi bapaknya. Sejenak kami terdiam dan terdengar pengumuman bahwa bis kami akan segera berangkat, penumpang diharapkan segera naik bis untuk bergegas berangkat kembali melanjutkan perjalanan. kamipun segera mengakhiri masa istirahat kami dan bergegas menuju bis kami.
Masuk dan duduk kembali ke kursi masing-masing, eh masih juga ada permasalahan yang berulang terkait dengan penumpang yang masih tertinggal bis yang tadi sibuk mencari penumpang yang seharusnya diantarkannya. Memang bis yang saya tunggangi ini lumayan ketat sih dari tim managemen selalu ada pengecekan ulang dijalan. Kalau tak sesuai dengan tiket dan berkas yang dibawa ya pasti akan bermasalah begini. Akhirnya harus dicek kembali satu persatu tiket para penumpang dan ini membuang waktu. Selang beberapa menit kemudian ketahuanlah penumpang yang seharusnya ikut dengan rombongan bis depan tadi. Pak sopir akhirnya telepon dengan kru bis depannya tadi untuk menunggu sejenak karena penumpangnya sudah ketemu. Perlu disayangkan sih koordinasi antara bis satu dengan lainnya kurang begitu harmonis. Para penumpang yang lain menjadi korban dari segi waktu dan emosi jiwa yang semestinya bisa diredam oleh tim dari agen bis terkait.
"piip....piiipp.." suara klakson bis mengisyaratkan untuk kembali melanjutkan perjalanan, lampu interior mobil dimatikan dan menyisakan kilatan cahaya dari lingkungan rest area. Jam sudah menunjukkan dini hari hampir jam setengah 2 pagi. Kulanjutkan kembali petualangan jiwa dengan menutup kelopak mata. Jalan yang sudah sepi pengguna karena sudah menunjukkan dini hari menjadikan ajang untuk unjuk kecepatan dari bis yang kami tumpangi. Pak sopir pun sudah berganti dengan bertukar posisi sewaktu di rest area tadi. Sekarang pak sopirnya lebih muda dan sepertinya lebih bringas dalam melahap aspal yang dilalui.
Cahaya pagi sudah mulai menerang dan kamipun sudah memasuki banyumas dimana kami akan beristirahat kembali untuk yang kedua kalinya. Tepatnya di sampang, sebuah lokasi pinggir jalan raya sampang ada sebuah hotel (namanya hote intan) disana ada sebuah masjid dan halaman parkir yang luas disertai sebuah toko oleh-oleh dan penjaja kaki lima disana. Namun, untuk toko oleh-olehnya masih tutup karena masih terlalu pagi sekitar jam setengah 7 pagi. para penumpang turun untuk ke toilet dan membeli penghangat badan seperti kopi dan juga mie instan panas. Sekitar 20 menit kami beristirahat dan perjalanan kembali dilanjutkan.
Pergantian tampuk dibalik kemudi juga terjadi, sang anak muda kembali istirahat dan senior kembali memegang kendali. perjalanan tak seganas sebelumnya karena jalan raya sudah mulai lalu lalang orang yang keluar dari kandangnya untuk melakukan aktifitas kembali.
Jam menunjukkan jam 10 pagi sampailah di kota tujuan. Turun dan kembali memesan ojol untuk membawaku ke peraduan yaitu home. Beberapa saat kemudian ojolpun membawaku kembali menyusuri jalan menuju ke rumah, disana sudah menunggu sang pujaan hati dan buah hatiku tercinta.
pagi itu cuaca lumayan cerah dan ketika sudah berada didepan rumah rasa hati ini semakin berdebar dengan dipenuhi adrenalin yang tak bisa ku tahan lagi. Anak tersayang sedang panas karena mau tumbuh gigi, sedang tak mau makan dan itu yang membuat kami khawatir beberapa hari ini. Langsung ku terduduk didepan rumah di kursi panjang tepat didepan pintu samping. Terdengar suara gaduh bunda dan balateriku, "nak, itu baba bukan?" goda bundanya ke anakku tersayang. "mana bun?..baba...mana? ndak ada" kata penuh tanya yang keluar dari anakku sambil berdiri dan melihat ke jendela. karena tak kunjung keluar untuk menemuiku, ku coba untuk vcall ke bundanya untuk memberikan klu kalau babanya sudah berada didepan rumah. Namun tak lama kemudian dan vcall ku juga belum sempat diangkat. Istri dan anakku keluar dan booommm, "ehh baba puyang bunda". ekspresi yang sumringah walau dalam kepucatan diwajahnya. "mana anak baba, sini peluk ...sini peluk", sambil kuulurkan tangan menangkapnya. Dalam hati ini bergetar dan kurasakan rindu tebal ini tersalurkan dengan benar.
Heboh dari kakung dan utinya menggoda sang cucu, "wah baba pulang, uti sama kakung e dicuekin nih" ucap uti-nya anakku. Beliau merupakan ibu dari pujaan hatiku alias bunda anakku. Kebetulan kakung dan utinya libur kerja karena bertepatan dengan tanggal merah, hari raya imlek. Ku lepaskan sepatu, jaket dan ku tenteng ke jemuran untuk ku gantung. Balateri dengan cerianya mengikutiku dan heboh karena rindu tebalnya masih menyelimutinya dan perlu untuk disalurkan sedikit demi sedikit.
Sehabis ku letakkan tas dan ku lihat sudah disiapkan baju ganti oleh istriku untuk segera ku mandi sebelum kembali bercengkerama dengan sang buah hatiku. Namun balateri tak sabar dengan situasi ini, kemanapun babanya jalan selalu diikutinya dan sambil berceloteh kesana kemari. Alangkah senangnya babanya kembali dalam pelukannya bukan hanya lewat layar hape kecil lagi. Ku duduk di selasar perbatasan kamar tidur dengan longkang (innercourt), disitu balateripun ikut duduk dan kamipun saling berinteraksi satu sama lain. "nak, udah mam blm?" sambil memeluk dari sampingku. "udahh yoow" sambil manyunin bibirnya. Namanya juga balita masih belajar untuk berbicara pokoknya udah aj jawabnya...hahha..padahal belum kemasukan mam karena tumbuh gigi itu. "baba, mandi dulu ya nak? nanti habis mandi kita main lagi okey?" sambil ku berdiri dan berjalan sembari membawa baju ganti yang sudah dipersiapkan oleh istriku. Tetap saja nak wedok mengikutiku dan menggandeng tanganku seolah tak mau jauh lagi. duhh...terenyuh ati iki, "Sebentar kok nak mandinya okey". dari dapur terlihat bundanya memanggil balateri dan memberikan pengertian untuk menunggu sebentar babanya mandi, "nak, baba bauk acemm...biar mandi dulu ya? biar wangi". Akhirnya mau juga untuk ku tinggal bersih-bersih badan setelah perjalanan panjang yang ku lalui.
Setelah mandi, sudah tersedia makan besar yang disiapkan oleh istriku tercinta menu favoritku. Sayur lodeh dengan ikan laut goreng dan tak lupa sambel bawang. Sungguh nikmat mana lagi yang ku dustakan, nikmatnya berkumpul bersama keluarga bercanda dan menikmati waktu bersama.
Perjuangan seorang kepala keluarga untuk keluarganya itu prosesnya panjang dan kali lebar, prosesnya tak semudah seperti yang kita manusia rencanakan. Naik turun dalam proses kehidupan itu menjadi tantangan yang harus dilewati dan dijalani dengan penuh kesadaran dan penuh kesabaran dari hati.
Comments
Post a Comment