Gambar oleh Darwis Alwan dari Pixabay |
Selamat datang hari pertamaku puasa, memang hari ini berbeda dari puasa sebelumnya. Sungguh terasa sekali apa yang kurasakan untuk kali ini, bagaimana tidak? Hari pertama ditengah pandemi covid-19, tak seperti puasa normal pada umumnya.
Untuk sahur dan juga buka puasa akan tetap ada, namun suasananya yang berbeda. Kali ini tak ada namanya sholat tarawih, tak ada ketemu orang untuk sholat subuh layaknya kita sambut bulan penuh berkah pada umumnya.
Sedih sekali ku rasakan, sudah terbatas dalam mobilisasi diri, kerjaan juga mulai kerja dari rumah hmm...layak jika kali ini berbeda. Perjalanan hidup memang panjang dan berliku, tak ada yang tahu akan masa depan seperti apa. Kita sebaiknya berfokus saja menjalani dengan sebaik-baiknya dan menikmati proses ini secara suka cita.
Hari ini, kuhabiskan waktu hanya untuk memanjakan diri sendiri tanpa memikirkan lainnya. Memang ini terdengar egois, tapi inilah salah satu cara untuk mengerti dan menghargai diri sendiri. Ada kalanya kita untuk orang lain tapi tak dipungkiri diri sendiri pun harus mendapatkan porsi juga. Meningkatkan penghargaan buat diri sendiri itu diperlukan sesekali, untuk meningkatkan kualitas mental kita supaya tetap sehat tanpa tegang terus dengan keadaan yang kita hadapi sekarang.
Situasi dan kondisi sekarang memang diperlukan adaptasi diri dengan penuh kesadaran. Hal ini tak luput dari mental kita harus tenang untuk proses ini. Pertama yang harus kita lakukan adalah merefleksikan diri sendiri, mengenal apa yang sebenarnya terjadi dengan situasi sekarang.
Penerimaan diri akan situasi yang dihadapi merupakan modal utama untuk merencanakan apa yang akan kita lakukan menghadapi situasi ini, bukan begitu brad?
Sudah beberapa minggu ini ku cuek akan situasi yang sedang kuhadapi karena pikiran terlalu liar kemana-mana. Untuk itu diperlukan sejenak berdiam dalam menenangkan ketegangan dalam pikiran kita.
Pas sekali momentumnya, saat awal puasa ini bisa ku habiskan waktu untuk sejenak berdiam merasakan diri sendiri akan mengarah ke mana? Menerima keadaan diri sekarang dengan kesadaran yang diperlukan tanpa menolak apa yang sebenarnya terjadi. Akui diri sekarang dalam situasi tak menguntungkan, akui jika diri ini frustasi akan situasi ini, dan akui saja kemarahan dalam diri sebab tak bisa melakukan kebebasan dalam beraktifitas seperti biasanya.
Sama halnya dengan puasa yang dilakukan oleh ulat menjadi kepompong dalam waktu tertentu. Hasil dari puasa itu nantinya akan berproses menjadi kupu-kupu yang cantik. Nah itulah poin dari kediamanku seharian ini, untuk meresolusi proses yang sedang berlangsung, mau kemanakah arah tujuan sebenarnya diri ini akan berjalan.
Sudah jauh dengan keluarga tercinta, tak bisa melakukan apa yang seharusnya. Hanya bisa melihat dan tak bisa mendekat apalagi berangkat merapat dan mendekap orang tersayang. Teman semakin mengkerucut, dengan bertambahnya usia, tentu seleksi teman akan semakin ketat. Pertimbangan demi pertimbangan akan semakin komplek, apalagi sekarang sudah mendapatkan tanggung jawab lebih dengan anak bertambah semakin tumbuh.
Keluarga kecilku selalu memberikan sebuah tantangan dalam hidup untuk terus bergerak maju, bertahan dalam kondisi seberat apapun. Semangat mereka untuk menyambut dan menjemputku selalu terlihat dalam kecemasan di wajah mereka berdua. Untuk itu perlu sebuah ketenangan diri, menerima keadaan untuk mendayung perahu ini tetap pada jalur yang semestinya.
Menyerah? itu bukanlah sebuah solusi dalam kondisi seperti sekarang ini, makin lama rintangan akan semakin komplek untuk itu diperlukan sebuah kekuatan diri yang mumpuni. Segi mental dan jalan pikiran harus lebih kuat dari waktu ke waktu, perlu evaluasi setiap periode tertentu.
Dengan adanya situasi yang tak menguntungkan ini, sebaiknya kulakukan instrospeksi diri dengan penuh kesadaran perasaan, sehingga bisa sadar jika kita memang hidup di masa kini, bukan masa lalu ataupun masa depan.
Kembali pada jalur yang seharusnya, mendekatkan diri pada sang khalik itu lebih bijak. Situasi buruk disatu sisi dan satu sisi situasi mendukung untuk lebih berkah, itu lebih adil. Seperti dua sisi mata uang saling berseberangan betul ya?
Tinggal kita mau menapak pada sisi yang mana, mau tetap dalam kondisi yang menyedihkan apa harus terus berjuang dalam kebaikan ramadhan yang berbeda. Semua tergantung dari penerimaan diri kita terhadap situasi seperti sekarang ini.
Memang dalam situasi seperti sekarang membuat kita menjadi gamang tak karuan, namun ini memberikan kita kekuatan untuk unjuk kemampuan dalam hal menahan hawa nafsu yang membelenggu diri.
Bersihkan diri dari pikiran tak seharusnya, untuk berjalan menuju kebaikan demi merubah situasi menjadi lebih baik. Ubah pola pikir kita untuk membangkitkan semangat diri dan adaptasi ke masa terkini sedini mungkin.
Bangun mimpi kita untuk menuju masa depan dengan harapan lebih pantas untuk kita kemas dalam bingkai tanpa menjadi bangkai situasi. Perlahan mulai singsingkan baju dengan berani maju hadapi kenyataan. Kita hidup tak untuk masa lalu, karena masa lalu hanyalah sejarah sebagai bekal kita lebih kuat menyongsong kehidupan saat ini, guna lebih kuat lagi menuju masa depan penuh harapan.
Okey, bangun dari diam dan lanjutkan untuk berjuang.
Setelah seharian dalam hibernasi berkepanjangan saatnya untuk bangun, niatkan diri kita untuk berbuka dihari pertama puasa dibulan penuh berkah ini. Jangan pernah kita sesali diri dalam keterpurukan masa lalu, hiduplah dalam keadaan penuh kesadaran bahwasannya kita sekarang masih memiliki nadi yang berdenyut. Banyak tantangan dalam hidup yang perlu kita coba, karena sejatinya cobaan paling berat dalam hidup adalah tetap hidup.
Sambil menunggu waktu berbuka, kita kembali dalam keadaan suci dengan mandi serta berwudlu. Setelah itu marilah kita persiapkan santap buka puasa dengan suka cita. Pada dasarnya kita sudah menang melawan hawa nafsu dengan dihari pertama puasa kali ini.
Walaupun puasa kali ini berbeda, akan tetapi nikmat berbuka puasa jangan pernah mengaburkan kenikmatan yang akan kita rasakan dengan perasaan semestinya.
Jangan lupa berbuka dengan yang manis, karena manis mampu mengembalikan energi kita setelah seharian berpuasa. Lebih nikmat jika berbuka bareng dengan teman atau keluarga lebih nikmat luar biasa.
Setelah menyelesaikan pembatalan puasa dalam berbuka puasa, dilanjutkan dengan sholat magrib dan mengaji kalau bisa sambil menunggu sholat isya lanjut tarawih.
Sebelum tidur sebaiknya berniat dulu untuk puasa besok hari berikutnya.
Quote of the day :
Ramadhan is about breaking bad habits,
not putting them on pause
--@roadtojannah1--
salam,
Comments
Post a Comment