Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay |
Segala perasaan sudah ku salurkan dalam setiapku melakukan vidio call dengan keluarga kecilku, namun alangkah tak mujurnya harus ku telan begitu saja. Jarak ya jarak membuat kami harus menahan rindu begitu terpaksa tanpa bisa kami berbuat apapun.
Sempat berfikir untuk nekad beranikan diri untuk mengambil resiko untuk pulang dan menemui sang pujaan hati, tapi haruskah ini kulakukan hanya untuk egoisme diri yang menggebu-gebu? Jika hal itu kulakukan apakah resiko akan penularan kepada keluarga di kampung halaman terjamin tidak tertular, mungkin saja iya bahkan tidak. Egois tidak sih jika ini ku tempuh untuk menemui mereka?
Bagaimana kelangsungan mata pencaharianku nantinya, akankah sanggup untuk bangkit lagi menemukan mata pencaharian seperti sekarang? Ditengah kondisi pandemi seperti sekarang ini, banyak orang yang kehilangan pekerjaannya karena perusahaan atau usahanya tak berjalan karena pandemi ini?
Ku hela nafas dan berfikir keras menyikapi apa yang sebenarnya sedang terjadi, tak bisa ku lakukan dengan benar jika ku bertumpu pada emosi diri berkelanjutan ini sampai batas tak pernah kita tahu akan akhirnya. Banyak saudara, teman bahkan kolega yang menanyakan bagaimana kondisiku sekarang, masih bertahan dalam keheningan kota jakarta kah, atau sudah kembali pada pelukan keluargaku? Jawaban yang bisa kusampaikan hanyalah jawaban diplomasi untuk melegakan para penanya tersebut. Aku baik-baik saja disini, tak bisa pulang karena kondisi seperti ini.
Kalau dibalik pertanyaannya, bagaimana keadaan kalian di kampung halaman? apakah kalian merasakan hal yang sama dengan apa yang perantau rasakan? Apakah kalian juga merindu perantau? Kalian bisa menikmati aktifitas sama seperti biasanya ataukah hal sama dengan yang perantau rasakan? Semua serba dibatasi semua serba #dirumahaja ?
Perasaan rindu pastinya sama halnya perantau rindu untuk berkumpul bersama orang tersayang pula. Pernahkah terbersit untuk pergi menyusul perantau kesayangan kalian? Jika iya pernahkah terbersit dalam pikiran anda semua jika kalian menyusul ke tempat anggota keluarga ke perantauan akan mengakibatkan penularan pandemi ini? Coba saja kalian pikirkan barang sejenak, perilaku seperti itu baikkah buat lingkungan kita? ataukah itu untuk memenuhi ambisi kerinduan anda kepada orang tersayang yang merantau saja tanpa memikirkan orang lain?
Pada dasarnya semua sama, baik perantau maupun anggota keluarga dirumah memiliki kekhawatiran dan rindu yang sama. Semua harus bersabar tanpa mengedepankan emosional semata. Kita juga harus memikirkan dampak baik buruknya pula bukan? Bagaimana jika orang tersayang yang kita temui nantinya terkena virus yang sedang viral ini? Pastinya kita tak menginginkan hal ini terjadi bukan? Sedih iya, kita tau itu tidak kita inginkan, nah jika pikiran ini muncul barulah kita sadar jika kita memaksakan untuk melakukan hal yang bisa membahayakan orang lain pastinya kita akan berpikir 2 kali untuk melakukannya.
Berbeda jika kita sudah tak bisa melakukan kegiatan untuk mencari nafkah di perantauan, misalnya saja kita kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), atau usaha kita terkena dampak signifikan sehingga kita tak bisa bertahan di perantauan lagi. Tentu saja pilihan untuk mudik ke kampung halaman itu merupakan sebuah solusi terbaik untuk saat ini. Namun jika mata pencaharian kita masih dalam keadaan yang masih bisa dipertahankan atau bertahan ya kita harus lebih bijak untuk melakukan mudik ke kampung halaman tentunya.
Lantas kapan kita bisa kembali bertemu dengan keluarga tersayang dong? Ini pertanyaan yang jawabannya masih dalam proses panjang mungkin saja. Tetapi tidak, kita harus lebih optimis kondisi seperti sekarang ini akan segera berakhir. Pola pikir kita harusnya lebih bijak lagi dalam menyikapi pandemi ini, jangan mengedepankan emosi sesaat yang berakibat tidak pada tempatnya, berimbas kepada orang tersayang dan lingkungan keluarga kita di kampung halaman.
Diriku sendiri pada dasarnya rindu sekali untuk bertemu dengan keluarga, namun kegelisahan ini masih perang antar perasaan, akankah pulang atau tetap bertahan sampai pandemi ini dinyatakan berakhir oleh pemerintah sebagai otoritas berwenang dalam menentukan pandemi ini berakhir. Silang pendapat pemikiran terus terjadi dalam diriku sendiri, resah dan gelisah mulai menghinggapi diri ini. Timbang menimbang resiko apa yang bakal terjadi dan solusi terbaik dari langkah apapun nanti yang akan ku ambil harusnya mengedepankan keselamatan orang lain terutama keluarga.
Pemberitaan yang beredar di semua platform media online mengabarkan pandemi ini, dari pelosok negeri hingga dunia semua mengalami ini semua. Banyak negara mengalami ini semua, solusi dari tiap negara juga berbeda-beda, orang dari berbagai negara juga memiliki karakteristik yang berbeda pula. Tergantung dengan kebudayaan yang mereka anut dari masing-masing negara. Untuk budaya mudik sendiri adanya cuman di Indonesia. Untuk itu kita sebagai manusia yang berakal tentu saja ini bisa kita ambil sebuah kesimpulan. Bahwasannya tidak mudik bukanlah akhir dari segalanya, kita bukan tidak bisa pulang namun kita tunda terlebih dahulu mudiknya sebentar demi keselamatan diri dan juga orang lain.
Perlu kita ketahui pandemi ini mengakibatkan orang harus bertahan dalam rumah sendiri, kediaman sendiri dan membatasi diri dari aktifitas keluar demi memutus rantai penyebaran pandemi ini. Dalam psikologi jika kita merubah diri dalam kebiasaan akan mengakibatkan kebosanan yang lama kelamaan akan mengurangi tingkat kewarasan kita. Kesehatan mental kita akan menjadi terganggu jika kita tak bisa menerima keadaan ini dengan sadar dan beradaptasi dengan baik. Itu pula perlu jadi bahan pembahasan yang serius loh!
Kita biasanya beraktifitas dengan banyak bepergian karena kesibukan kita bekerja namun harus berhenti seketika karena dipaksa oleh pandemi, tentu saja tingkat kewarasan kita perlu diperhatikan dengan benar. Bosan kemudian jadi stress itu malah akan lebih membahayakan kesehatan kita. untuk itu kita perlu memikirkan solusi terbaik dari apa yang akan kita lakukan dirumah. kegiatan yang menyenangkan demi mengisi kekosongan waktu yang terlalu banyak dirumah. Kehadiran orang lain baik itu keluarga maupun teman akan sangat dibutuhkan sebagai suport kita menghadapi situasi ini.
Pada dasarnya manusia itu mahluk yang pandai beradaptasi dengan lingkungannya, walaupun tingkat kecepatannya berbeda satu sama lain. Lambat laun kita pasti bisa melakukannya dengan baik, hanya waktu saja yang bisa menjawab.
Quote of the day :Tidak peduli hari baik atau buruk, kamu harus tetap berpikir positif
Selalu berfikir positif akan memberikan kita sebuah ketenangan dalam melakukan sesuatu atau dalam mengambil tindakan baik buat diri maupun orang lain. Percaya akan apa yang sedang terjadi ini segera berakhir dengan indah.
terima kasih dan salam,
Comments
Post a Comment