Skip to main content

#ceritababazi #40 Mager merupakan kemenangan sesaat

Mager
Gambar oleh Rain Carnation dari Pixabay 

Dunia terbalik sodara-sodara, harusnya waktu produktif disiang hari berganti menjadi malam hari. Layaknya kelelawar deh jadinya, akibat dari puasa dan #workfromhome, bagaimana merubah kembali kebiasaan ini jika kondisi sudah kembali normal?

Sebuah pekerjaan rumah yang harus ku selesaikan dengan segenap pemikiran penuh naluri solutif. Bagaimana jika ini tak ku kerjakan dengan segera apakah ini akan berakibat really bad for me? Aku juga tak tahu apa yang akan terjadi jika hal ini tidak segera ku kerjakan. Jelas akibatnya tidak akan baik untukku dan nantinya akan berakibat pada orang lain pula, aku tidak mau hal itu terjadi. Untuk itu akan ku pikirkan dengan seksama bagaimana solusi terbaik untuk masalah ini.

Lantas apakah solusi yang harus ku tempuh untuk menindaklanjuti hal ini ya? hmm...ataukah harus kunikmati dulu masa ini sebagai reward untuk diri selama beberapa tahun terakhir penuh drama? Untuk mendapatkan pekerjaan seperti sekarang ini diperlukan waktu yang tidak sebentar dengan penuh tantangan musti kita lewati. Perjuangan terus berlanjut kawan kita tak bisa santai-santai seperti ini. 

Atur pola tidur mulai sekarang, layaknya merubah kebiasaan dari sebelum bulan ramadan datang, pola kehidupan kita dari pagi sampai malam bekerja atau melakukan kegiatan itu bisa kita lakukan, kenapa kita tidak bisa merubah kebiasan sebaliknya? Pasti bisa dong, hanya perlu niat dan mencoba dengan segenap hati dan pikiran supaya singkron.

Masalah yang ditimbulkan dari kebiasaan terbalik ini tentu saja harusnya siang bisa digunakan untuk beraktifitas produktif namun kali ini terbalik menjadi pasif. Permasalahannya juga karena pandemi ini pula, harus melakukan pekerjaan dari rumah yang waktunya bisa kita sesuaikan dengan waktu kita. Siang karena puasa maka saya gunakan untuk melakukan kegiatan ibadah yaitu tidur...hahhha...jadi puasanya kuat sampai sore dong.

Emang dasar lagi terbalik aja sih kalau menurut pendapat dari diri, hehe..sebuah pembelaan males paling bener nih. Hmm perlu tenaga super untuk mengalahkan situasi ini mah, perlu motivasi terbaik untuk merubah ini semua menjadi sebuah gerakan menolak malas. Pekerjaan sudah mulai sepi karena progres pelaksanaan pula terdampak begitu kuat sehingga harus mengedepankan kesehatan diri dibanding dengan resiko yang akan didapatkan. Uang masih bisa dicari jika kita sehat dong, namun kalau kita sakit mau bagaimana mencari uang dong? Kalau tinggal petik dari pohon uang dipekarangan rumah mah okey saja, tak perlu dipikirkan hal semacam ini bukan?

Efek malas itu bisa berdampak sangat serius, seperti kita akan menjadi manusia tak produktif tanpa harapan. Bagaimana mencapai kesuksesan jika kita saja malas untuk berkegiatan seperti sekarang ini? Padahal sukses itu merupakan proses yang memerlukan waktu yang tak sedikit, kita berproses penuh dengan tantangan demi tantangan musti kita hadapi. Sedangkan diri kita hanya berleha-leha saja menikmati keempukan dari kasur kita tanpa merasakan panas matahari, tanpa merasakan dinginnya air dipagi hari. Udara segar pula tak pernah kita rasakan setiap kali kita hanya bermalas-malasan.

Bagi perantau kegiatan #workfromhome menjadikan malas itu seperti terdorong untuk menjadi sebuah anomali kehidupan penuh dengan aroma surgawi. Bagaikan kita sudah memiliki sejumlah pendapatan tanpa melakukan pekerjaan dengan effort maksimal seperti biasanya. Buntutnya kita menjadi mundur dari segi performa betul tidak? Tiap kali bekerja pastilah segala bentuk kekuatan dari pikiran dan tenaga kita kerahkan penuh tersalurkan, sedangkan sekarang hanya berdiam dalam kungkungan lingkup lebih kecil sehingga kita jadi lebih sedikit pula pilihan kegiatan.

Jika prediksi dari pandemi ini akan berakhir dalam beberapa bulan ini sih okey, namun jika pandemi ini berkepanjangan bagaimana nasib dari kita sebagai manusia? Akankah bertahan dengan situasi seperti ini? Pernahkah kita memikirkan solusi atau rencana jangka pendek ataupun jangka panjang jika kondisi seperti sekarang ini berlangsung panjang? Untuk itu diperlukan kesiapan demi persiapan menghadapi kondisi terburuk sekalipun kita sudah akan lebih siap. Marilah kita merenung untuk membuat solusi demi solusi terbaik untuk kita sendiri terlebih dahulu hingga jelas gambarannya sampai sedetail mungkin. Semua itu berawal dari kita sendiri loh, bukan orang lain, untuk itu kita harus mulai dari sekarang.

Nah, untuk beberapa hari ini sudah ku mulai menggunakan waktu untuk lebih ke prioritas waktu menjadi produktif. Misalnya saja, berencana untuk memasak lebih sering dan serius, tidak hanya angin-anginan. Dari malam hari sudah buat planning untuk kegiatan keesokan harinya. Itu cukup membantu sih, walau pelaksanaannya mungkin prosentasenya tak sesuai espektasi, tetapi progres lah yang bertambah.

Awalnya hanya berjalan 30% dari rencana, namun itu kan progres namanya, sebelum itu kan tidak ada progress alias 0%, berkembang menjadi 30% kan itu namanya kemajuan yang berarti dong. Nah, ini menjadi tantangan untuk hari-hari berikutnya dong, bagaimana meningkatkan produktifitas menjadi lebih baik.

Godaan pastinya tak henti-hentinya datang silih berganti, dari rasa malas terutama. Malas memberikan tantangan konsistennya mager parah, tak bisa dihindarkan tapi disiasati, nah tinggal bagaimana kita menyiasati kemalasan itu menjadi sesuatu yang positif? Memang waktu produktif setiap orang itu berbeda satu sama lain, ada yang produktif pada pagi hari, ada yang siang hari dan tidak menutup kemungkinan orang lebih produktif pada malam hari.

Yang perlu kita perhatikan adalah kapan waktu terbaik kita dalam melakukan pekerjaan produktif setiap harinya? Kalau saya sendiri sih produktif pada malam hari, dimana suasana sudah tenang terkondisikan secara alami, waktu orang lain juga mulai beristirahat dari kegiatannya. Sebenarnya bulan ramadan ini merupakan waktu yang tepat untuk membuat situasi menjadi apa yang kita inginkan. Hanya saja faktor kemalasan itu terkadang sudah semakin kuat jadi ya tantangannya disitu itu.

Quote of the day :
Rasa malas akan selalu mencari celah bahkan jalan kecil yang berliku sampai ia menemukan topeng dan senjata untuk menghambat semua kebaikan
--Ika Swastika--

Kita harus menjadi manusia cerdik untuk mengakali rasa malas itu sendiri menjadi lebih produktif, kegiatan yang bermanfaat walau hanya sedikit. Sampai saat ini masih berproses untuk mencari solusi terbaik dari mengatasi rasa malas itu menjangkit pada diri kita. Jangan pernah takut untuk menjadi optimis karena hanya itulah cara untuk menimbulkan harapan serta penghambat bagi malas itu sendiri.

terima kasih, jika ada yang memiliki saran mengatasi kemalasan boleh share melalui sematkan komentar anda. Kita diskusikan ini untuk kebaikan diri kita bersama, semoga saja apa yang kalian share bermanfaat buat anda sendiri, saya dan bahkan orang lain.

salam,


















Comments

Popular posts from this blog

Heboh Masker COVID-19/Corona Virus

Ilustrasi Corona virus by Me Heboh, borong masker, borong bahan makanan instan seperti mie instan, sarden, vitamin dan barang yang berguna untuk segala kondisi terkait dengan COVID-19 atau orang lebih kenal dengan virus corona. Virus corona yang pertama ditemukan di Wuhan, cina, pada desember 2019 telah menyebar ke seantero cina dan beberapa negara di dunia. Untuk update terbaru bisa buka link dibawah ini yang di update per 3 maret 2020. https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/03/091500465/update-virus-corona-di-seluruh-dunia-tembus-73-negara-48002-sembuh-3117 Untuk di indonesia sendiri mulai heboh setelah presiden jokowi memberikan pernyataan terkait warga negara indonesia terjangkit virus ini. 2 orang warga negara yang tertular dan dinyatakan positif terpapar virus corona diumumkan oleh pak jokowi per 2 maret 2020 kemaren. Hal inilah yang memicu kehebohan di indonesia hingga memborong masker dan bahan makanan sebagai tindakan siaga terkait virus COVID-19 ini.

#ceritababazi #56 Sumeleh

Nalika awake dewe lagi diwenehi pacoban urip, awake dewe kudu kepiye supaya bisa tetep kuat lan semangat ngelakoni? Nah, iki sik bakal dadi pembahasan neng tulisan sik arep tak tulis kanthi sak pangertenku bab pacoban urip kuwi mau.  Sik mesti bakalan marakke penasaran dening kabeh sik mampir neng omah wewacanku iki. Sopo coba sik ora tau diwenehi pacoban urip, mesti kabeh menungso wis tau to ya? yo pora rek? Ngerti pora rek, iki nembe sepisan aku nulis nganggo boso daerah yoiku boso jowo. Dadi nek rodo ora kepenak diwoco yo nyuwun pangapunten loh ya... Kadang kolo awake dewe kui ono munggah mudune nglakoni urip sik saiki awake dewe lakoni, yo sepisan nek awake dewe lagi ono ning ngisor mesti pikirane awake dewe kui dadi mumet lan cuntel. Tapi kadang kolo yo ono neng duwur sik marake awake dewe gumedhe ndase, lali marang gusti sik gawe urip. Jenenge wae urip kui kabeh menungso mesti ono wolak walik ing jaman, nah mangkane kui awak e dewe sik sadar lan tumprap eling marang opo sik diara

Jakarta aku padamu

Akhirnya saat yang dinanti tiba...yg dipertuan agung beserta balateri sudah datang pokoknya jakarta aku padamu... Kala pertama ku jumpa wow...balateri langsung sumringah menyambutku "baba...baba" itu kata yang keluar dari bibir mungilnya..dan sambutan peluk hangat kutangkap dalam-dalam..badan mungilnya waktu berjumpa sudahh larut , ternyata seharian balateri sudah tak sabar menanti kedatanganku. Sehabis berpelukan layaknya teletabis ku bergegas berganti kostum buat tidur...sembari menemani balateriku... balateri sudah dengan ocehannya, "bunda, cucuu!" Ya sudahh bundanya langsung bergegas ke dapur dan buatin susu untuk balateri toh waktunya untuk bobok Setelah mengenyut botol susunya terlelap juga balateriku HARI PERTAMA pagi hari terbangun dan disambut tawa ceria balateri membuatku semakin semangat untuk bangun pagi dihari libur. rencana mau menjajal moda transportasi yang lagi heboh dikalangan masyarakat jakarta pada umumnya..apa itu? Mass rapi