Mager Gambar oleh Rain Carnation dari Pixabay |
Sebuah pekerjaan rumah yang harus ku selesaikan dengan segenap pemikiran penuh naluri solutif. Bagaimana jika ini tak ku kerjakan dengan segera apakah ini akan berakibat really bad for me? Aku juga tak tahu apa yang akan terjadi jika hal ini tidak segera ku kerjakan. Jelas akibatnya tidak akan baik untukku dan nantinya akan berakibat pada orang lain pula, aku tidak mau hal itu terjadi. Untuk itu akan ku pikirkan dengan seksama bagaimana solusi terbaik untuk masalah ini.
Lantas apakah solusi yang harus ku tempuh untuk menindaklanjuti hal ini ya? hmm...ataukah harus kunikmati dulu masa ini sebagai reward untuk diri selama beberapa tahun terakhir penuh drama? Untuk mendapatkan pekerjaan seperti sekarang ini diperlukan waktu yang tidak sebentar dengan penuh tantangan musti kita lewati. Perjuangan terus berlanjut kawan kita tak bisa santai-santai seperti ini.
Atur pola tidur mulai sekarang, layaknya merubah kebiasaan dari sebelum bulan ramadan datang, pola kehidupan kita dari pagi sampai malam bekerja atau melakukan kegiatan itu bisa kita lakukan, kenapa kita tidak bisa merubah kebiasan sebaliknya? Pasti bisa dong, hanya perlu niat dan mencoba dengan segenap hati dan pikiran supaya singkron.
Masalah yang ditimbulkan dari kebiasaan terbalik ini tentu saja harusnya siang bisa digunakan untuk beraktifitas produktif namun kali ini terbalik menjadi pasif. Permasalahannya juga karena pandemi ini pula, harus melakukan pekerjaan dari rumah yang waktunya bisa kita sesuaikan dengan waktu kita. Siang karena puasa maka saya gunakan untuk melakukan kegiatan ibadah yaitu tidur...hahhha...jadi puasanya kuat sampai sore dong.
Emang dasar lagi terbalik aja sih kalau menurut pendapat dari diri, hehe..sebuah pembelaan males paling bener nih. Hmm perlu tenaga super untuk mengalahkan situasi ini mah, perlu motivasi terbaik untuk merubah ini semua menjadi sebuah gerakan menolak malas. Pekerjaan sudah mulai sepi karena progres pelaksanaan pula terdampak begitu kuat sehingga harus mengedepankan kesehatan diri dibanding dengan resiko yang akan didapatkan. Uang masih bisa dicari jika kita sehat dong, namun kalau kita sakit mau bagaimana mencari uang dong? Kalau tinggal petik dari pohon uang dipekarangan rumah mah okey saja, tak perlu dipikirkan hal semacam ini bukan?
Efek malas itu bisa berdampak sangat serius, seperti kita akan menjadi manusia tak produktif tanpa harapan. Bagaimana mencapai kesuksesan jika kita saja malas untuk berkegiatan seperti sekarang ini? Padahal sukses itu merupakan proses yang memerlukan waktu yang tak sedikit, kita berproses penuh dengan tantangan demi tantangan musti kita hadapi. Sedangkan diri kita hanya berleha-leha saja menikmati keempukan dari kasur kita tanpa merasakan panas matahari, tanpa merasakan dinginnya air dipagi hari. Udara segar pula tak pernah kita rasakan setiap kali kita hanya bermalas-malasan.
Bagi perantau kegiatan #workfromhome menjadikan malas itu seperti terdorong untuk menjadi sebuah anomali kehidupan penuh dengan aroma surgawi. Bagaikan kita sudah memiliki sejumlah pendapatan tanpa melakukan pekerjaan dengan effort maksimal seperti biasanya. Buntutnya kita menjadi mundur dari segi performa betul tidak? Tiap kali bekerja pastilah segala bentuk kekuatan dari pikiran dan tenaga kita kerahkan penuh tersalurkan, sedangkan sekarang hanya berdiam dalam kungkungan lingkup lebih kecil sehingga kita jadi lebih sedikit pula pilihan kegiatan.
Jika prediksi dari pandemi ini akan berakhir dalam beberapa bulan ini sih okey, namun jika pandemi ini berkepanjangan bagaimana nasib dari kita sebagai manusia? Akankah bertahan dengan situasi seperti ini? Pernahkah kita memikirkan solusi atau rencana jangka pendek ataupun jangka panjang jika kondisi seperti sekarang ini berlangsung panjang? Untuk itu diperlukan kesiapan demi persiapan menghadapi kondisi terburuk sekalipun kita sudah akan lebih siap. Marilah kita merenung untuk membuat solusi demi solusi terbaik untuk kita sendiri terlebih dahulu hingga jelas gambarannya sampai sedetail mungkin. Semua itu berawal dari kita sendiri loh, bukan orang lain, untuk itu kita harus mulai dari sekarang.
Nah, untuk beberapa hari ini sudah ku mulai menggunakan waktu untuk lebih ke prioritas waktu menjadi produktif. Misalnya saja, berencana untuk memasak lebih sering dan serius, tidak hanya angin-anginan. Dari malam hari sudah buat planning untuk kegiatan keesokan harinya. Itu cukup membantu sih, walau pelaksanaannya mungkin prosentasenya tak sesuai espektasi, tetapi progres lah yang bertambah.
Awalnya hanya berjalan 30% dari rencana, namun itu kan progres namanya, sebelum itu kan tidak ada progress alias 0%, berkembang menjadi 30% kan itu namanya kemajuan yang berarti dong. Nah, ini menjadi tantangan untuk hari-hari berikutnya dong, bagaimana meningkatkan produktifitas menjadi lebih baik.
Godaan pastinya tak henti-hentinya datang silih berganti, dari rasa malas terutama. Malas memberikan tantangan konsistennya mager parah, tak bisa dihindarkan tapi disiasati, nah tinggal bagaimana kita menyiasati kemalasan itu menjadi sesuatu yang positif? Memang waktu produktif setiap orang itu berbeda satu sama lain, ada yang produktif pada pagi hari, ada yang siang hari dan tidak menutup kemungkinan orang lebih produktif pada malam hari.
Yang perlu kita perhatikan adalah kapan waktu terbaik kita dalam melakukan pekerjaan produktif setiap harinya? Kalau saya sendiri sih produktif pada malam hari, dimana suasana sudah tenang terkondisikan secara alami, waktu orang lain juga mulai beristirahat dari kegiatannya. Sebenarnya bulan ramadan ini merupakan waktu yang tepat untuk membuat situasi menjadi apa yang kita inginkan. Hanya saja faktor kemalasan itu terkadang sudah semakin kuat jadi ya tantangannya disitu itu.
Quote of the day :Rasa malas akan selalu mencari celah bahkan jalan kecil yang berliku sampai ia menemukan topeng dan senjata untuk menghambat semua kebaikan--Ika Swastika--
Kita harus menjadi manusia cerdik untuk mengakali rasa malas itu sendiri menjadi lebih produktif, kegiatan yang bermanfaat walau hanya sedikit. Sampai saat ini masih berproses untuk mencari solusi terbaik dari mengatasi rasa malas itu menjangkit pada diri kita. Jangan pernah takut untuk menjadi optimis karena hanya itulah cara untuk menimbulkan harapan serta penghambat bagi malas itu sendiri.
terima kasih, jika ada yang memiliki saran mengatasi kemalasan boleh share melalui sematkan komentar anda. Kita diskusikan ini untuk kebaikan diri kita bersama, semoga saja apa yang kalian share bermanfaat buat anda sendiri, saya dan bahkan orang lain.
salam,
Comments
Post a Comment