pilihannya lurus untuk menjajaki petuangan biasa atau berbelok dengan memilih jalan berliku penuh tantangan?
Memutuskan pilihan dalam hidup itu terkadang membuat kita seakan ditimpa sebuah bogem mentah ke atas kepala kita. Tentu saja pusing tujuh keliling akan sakitnya untuk menentukan diri harus menahannya atau harus melepaskan dengan teriakan sekencangnya.
Perdebatan antara diri dengan rasa begitu kental dan mencekam, banyak selisih paham diantara keduanya. Diri ingin secara pasti dan aman dalam menentukan sebuah pilihan tersebut. Rasa pun tak kalah dalam menganalisa guna merasakan sesuai intuisinya. Langkah demi langkah negosiasi tentu saja tak terhindarkan baik diri maupun rasa enggan untuk berdiam dalam menyampaikan pandangannya terkait pilihan tersebut.
Pengalaman dalam hidup juga menentukan untuk menentukan sebuah pilihan terbaik untuk diri maupun untuk rasa. Rasa takut akan resiko dalam mengambil suatu keputusan tak pelak memberikan kehati-hatian dalam proses penentuan pilihan.
Jika harus ku ambil pilihan pertama, emm apakah nantinya kejadian yang tak diinginkan akan kembali terjadi di proses perjalanannya? ataukah sanggup untuk melewatinya jika sedang dalam perjalanan dihadapkan pada kenyataan pahit akan kegagalan? Baik diri maupun rasa tak bisa sependapat berdasarkan analisa-analisa akan rumus kehidupan yang sudah dialami sebelumnya.
Sedangkan waktu akan terus mengintimidasi mereka untuk segera menentukan pilihan hidup. Diri dan rasa harus menemukan titik temu untuk memantapkan pilihan demi kebaikan mereka bersama.
Walau ini merupakan sebuah titik penentuan diri dan rasa untuk mengikat dalam sebuah komitmen mereka bersama hingga mereka nantinya melaju dalam sebuah tim solid. Kekuatan diri dan rasa akan menjadi sebuah kedasyatan jika penentuan mereka seirama, seiring dan sejalan.
Hidup akan berjalan dalam satu kali waktu saja hingga kita menjadi debu nantinya. Jadi kesempatan ini tak akan terulang kembali, jika nantinya ada pilihan kembali itu akan berbeda lagi pilihan-pilihannya. Bisa jadi diri dan rasa harus kembali ke titik nol kembali dan waktu hidup sudah semakin mendekati bara api penghancur dari kehidupan itu sendiri.
Pro dan kontra hadir dalam diri dan rasa, mereka berpikir keras untuk menemukan sejati-sejatinya mereka. Peran serta keduanya tentu sangat diharapkan untuk menentukan sebuah pilihan tepat.
Pahit manis sudah diri dan rasa lalui dengan penuh keberanian menghadapi kehidupan itu sendiri. Rasa seringkali harus mengelus dada akan kenyataan bahwa intuisinya gagal untuk memberikan efek terbaik dari pilihan hidup dimasa lalu. Sedangkan diri terus berpikir akan kemungkinan hadirnya kenyataan pahit dalam angka-angka yang penuh dengan keruwetan rumus matematika.
pencarian diri dan rasa sudah berlangsung semenjak lahir ke dunia ini, hingga kini penemuan jati diri dan rasa harus terganjal oleh pilihan dalam hidup yang harus mereka hadapi dengan sebuah keruwetan kembali. Tuhan ada dalam setiap diri dan rasa itu sendiri untuk itu berpegang teguhlah pada keyakinan diri dalam sikap positif penuh optimisme sebelum melangkah.
Manusia terdiri dari diri dan rasa yang saling memberikan pemahaman akan kehidupan dan sebuah keagungan diatas terciptanya dunia ini. Hanya saja kehidupan terlihat layaknya timeline waktu yang memiliki batasan. terkadang kita lupa akan hadirnya sang maha pembuka hati dan pikiran.
Lingkungan sepertinya sudah menutup diri dan rasa untuk melihat tanda-tanda dari sang maha pembolak-balik hati manusia. tertutup dari hal yang semestinya mereka pahami, seperti akan kejujuran diri dan rasa dalam melihat dan melakukan tindakan dalam menyikapi sebuah kehidupan penuh dengan tantangan ini.
Rasa frustasi akan hal yang sedang terjadi ataupun yang sudah terjadi, sedangkan diri sibuk dengan matematikanya memperhitungkan kejadian-kejadian itu menghasilkan sebuah kehidupan terbaik untuk diri dan rasa dimasa depan dengan segala ilmu pengetahuan yang dia miliki selama menjalani kehidupan selama ini.
Langkah demi langkah sudah diri dan rasa lakukan untuk menentukan sebuah pilihan dari berbagai pilihan hidup. Namun keyakinan masih saja menyelimuti diri dan rasa.
Harus ku ambil jalan manakah kehidupan kedepan? biasa saja ataukah berbeda dari biasa?
Dukungan tentu saja akan semakin sedikit kalau kita mengambil jalan yang berbeda, namun kalau kita berhasil dalam mengambil keputusan menjadi berbeda, hasilnya akan menjadi sebuah pencapaian diri dan rasa yang luar biasa. Walaupun begitu resiko adalah jalan tak akan menjadi biasa lagi, banyak tantangan yang akan diri dan rasa hadapi.
emm...lantas akankah diri dan rasa mengambil jalan biasa saja seperti kebanyakan manusia?
Jika diri dan rasa mengambil jalan biasa, kehidupan akan berjalan seperti sekarang ini berjalan. Tak bisa terbebas dari keseragaman yang membuat persaingan menjadi lebih ketat karena jalan biasa merupakan pilihan mayoritas manusia dengan ketakutan-ketakutan yang abu-abu. Kenapa kok abu-abu? Karena kehidupan kedepan itu belum tentu seperti apa yang manusia pikirkan dan perkirakan.
Kehidupan masa depan itu merupakan sebuah rahasia dari sang maha pencipta dan maha berencana. Kita sebagai manusia jangan pernah takut untuk menjalani kehidupan, karena kita merupakan mahluk yang diberikan akal dan pikiran untuk menentukan jalan terbaik dari diri kita sendiri. Jika jalan yang kita ambil merupakan sebuah jalan yang positif tentu saja akan menjadi sebuah kehidupan yang positif pula.
Dengan ini diri dan rasa akan menentukan pilihan menjalani kehidupan yang berbeda. Memantapkan diri untuk menempuh jalan dan berproses menjadi manusia yang berbeda baik dengan dukungan maupun tidak. Diri dan rasa dengan berani akan menantang semua tantangan kedepan sampai batas mereka.
Yuk, beranikan diri untuk berdampingan bersama rasa menempuh jalan berbeda!
Belajar dan berdoa dengan segala bentuk keyakinan diri dan rasa untuk menyongsong kehidupan diri dan rasa yang lebih baik. Lebih kuat dan lebih berani dalam keoptimisan merupakan sebuah modal terbaik yang diri dan rasa miliki. Untuk itu tak akan pernah menyerah merupakan sebuah prinsip untuk bekerja keras bersama menahlukkan tantangan yang akan dihadapi pada proses perjalanan kehidupan kedepan.
Kurasa hari ini menjadi sebuah momen diri dan rasa selaras dalam menentukan pilihan hidup. Sekarang perlu dipikirkan strategi apa untuk mengambil jalan berbeda ini. Semoga saja dalam waktu dekat sudah menemukan strategi terbaik untuk mengambil kesempatan tersebut.
Ketulusan diri dan rasa untuk menyatukan tekad memilih berbeda merupakan dorongan optimis dari diri dan rasa itu sendiri demi keyakinan mereka mengarungi kehidupan penuh tantangan yang menghasilkan sebuah kebahagiaan diri dan rasa serta lingkungan sekitarnya.
Lupakan semua kegalauan diri dan rasa, semua sudah berlalu sekarang. Kita memulai untuk menghadapi kenyataan hidup seperti sekarang tanpa ragu sedikitpun. Nilai diri dan rasa semakin tinggi jika kita berani untuk melangkah dalam sikap berbeda. Biarkan saja minoritas namun memiliki kesempatan mayoritas karena sedikit manusia yang mengambil jalan berbeda.
Dengan mengucapkan bismillah diri dan rasa melangkah dengan mantab untuk memilih jalan berbeda. Semoga langkah ini diikuti oleh manusia lainnya sehingga kehidupan menjadi lebih berwarna dalam perbedaan namun seirama dalam menjalaninya.
Comments
Post a Comment