Buka dulu topengmu |
Rasa kesal terkadang datang dengan begitu cepat karena hal ini bertepatan saat melewati situasi di luar kendali kita. Respon diri yang emosional terjadi sangat tidak kita rencanakan, seringkali hal ini menggoda untuk keluar dari diri ini.
Malam minggu merupakan malam yang baik untuk menikmati suasana malam bersama pasangan bahkan keluarga. Bahkan seringkali kita bisa melakukan kegiatan semalam suntuk demi mendapatkan kepuasan diri hingga pagi menjelang. Kenapa hal itu bisa terjadi? karena hari berikutnya merupakan hari libur buat para pekerja ataupun pelajar.
Akan tetapi hal ini tak bisa dilakukan begitu saja oleh orang tua yang memiliki anak balita. Mereka tidak hanya memikirkan kesehatan sang balita namun lebih menjaga anaknya untuk tetap dalam koridor yang semestinya. Anak itu dalam sehari harus tidur cukup untuk menjaga kesehatannya.
Rasa capek dan kurang tidur akan menghambat anak untuk aktif, hal ini dikarenakan anak balita sedang dalam masa tumbuh kembang jadi kita sebagai orang tuanya lebih aware akan hal itu. Jangan karena egoisme kita sebagai orang tua mengorbankan anak ataupun cucu kita untuk hal yang menyenangkan kita semata. Itu merupaka hal yang tidak adil buat si anak, terlebih pada malam hari si anak belum juga tidur karena ulah kita sebagai orang tuanya. Orang tuanya memang membutuhkan hiburan setelah bekerja selama beberapa hari sebelumnya. Namun, apakah itu akan adil pada si anak kita?
Masih banyak waktu untuk mencari hiburan kok, bisa saja hari minggu pagi melakukan olahraga bersama si anak itu malah lebih bijaksana. Si anak senang dan orang tuapun ikut merasa refresh.
Sikap orang tua yang tidak mengindahkan hal tersebut saya bisa menyebut mereka itu kurang bijaksana. Masa anak bermain itu juga ada waktunya, waktu istirahat terbaik untuk anak yang aktif seharian tentu saja malam hari sampai pagi bisa lebih dari 10 jam untuk mengisi tenaganya lagi demi mendapatkan tenaga saat aktif pada siang hari.
Sedangkan siang haripun si anak juga ada masa istirahatnya kok, apalagi malam hari? Yah, semoga saja saya menjadi manusia yang lebih bijaksana dalam menjalani kehidupaku sebagai orang tua.
Anak senang orang tuapun akan merasakan hal serupa. Kelak hal ini akan terus menurun ke anak dan cucuku. menjadi orang tua itu merupakan sebuah tantangan yang tidak mudah, perlu kedewasaan dalam bertindak sehingga kita menjadi rule model yang baik untuk anak cucu kita, allahumma aamiin.
Terkadang kita menjadi orang tua memiliki gengsi yang berlebih, apalagi didepan teman ataupun saudara sekalipun. Sikap tidak mau dipandang dan dijadikan bahan pembicaraan orang lain itu menjadi sebuah alat yang ampuh untuk mengedepankan gengsi.
Sikap seperti itu merupakan sikap egoisme terhadap orang lain, baik itu istri, anak bahkan cucu kita. Walaupun pada awalnya kita melakukan hal tersebut karena ketidak enakan kita terhadap orang yang kita anggap terhormat.
Saya beberapa kali melihat artikel ataupun video melalui youtube, orang barat itu malahan menjadi orang yang bagus untuk dijadikan contoh baik. Saya meyakini hal ini karena orang barat cenderung jujur terhadap apa yang dirasakannya. Selama kita jujur, perasaan bersalah akan menjadi nomor terakhir dan menjadikan kita lebih lega. Tidak ada namanya rasa yang tertinggal dalam hati, mungkin kesal ataupun tidak suka akan lepas jika kita menjadi pribadi jujur. kalau sakit ya bilang sakit, jangan karena tidak enak melukai perasaan orang lain kita menjadi menyimpan hal negatif.
Belajarlah untuk fokus terhadap diri sendiri dulu supaya kita menjadi manusia yang lepas dalam melakukan segala hal. Hal berikutnya yang saya liat dan baca adalah tidak usah menjadi manusia yang pandai dalam mengurusi urusan orang lain. Misalnya saja kita bergosip ria tentang keburukan orang lain. Kalau orang barat tidak melakukan hal tersebut karena mereka lebih fokus untuk diri sendiri. Bagaimana kita menjadi orang yang sukses di masa depan, jadi energi yang dkeluarkan itu tidak sia-sia hanya dengan mengurusi urusan orang lain tanpa manfaat bagi kita.
Kalau kaum milenial menyebutnya "Ghibah", apa itu artinya?
Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), gibah/gi·bah/ Ar v membicarakan keburukan (keaiban) orang lain.
Nah, sudah tau itu merupakan kegiatan yang hanya melihat sesuatu dari orang lain namun dari sisi negatifnya. Coba anda pikirkan, apa manfaatnya bagi kita? Tidak ada manfaat yang terkandung dari hal tersebut. Mending kalau yang kita gibah itu benar adanya, jika hal itu tidak benar bagaimana? Jatuhnya fitnah.
Saya menulis ini bukan karena saya merupakan orang yang benar ataupun salah, ini merupakan proses saya menjadi orang yang lebih baik. Belajar menjadi baik itu harus kita lakukan selalu, toh belajar itu tidak ada batasannya, baik itu umur, tempat dan materinya selama itu merupakan hal yang positif dan bermanfaat bagi kita dan orang lain.
Belajarlah untuk jujur pada apa yang kita rasakan, jika itu kita lakukan terutama kepada diri sendiri dulu deh. Kalau kita sudah bisa jujur terhadap diri sendiri boleh kita melakukan tindakan kejujuran terhadap lingkungan kita. Awalnya memang sulit, akan tetapi disitulah tantangannya.
Oke selamat mencoba untuk menjadi manusia yang lebih baik, lebih bijaksana dengan sikap jujur, sikap positif. Mudah-mudahan apa yang kita upayakan berdampak pada diri sendiri dan keluarga kita kelak.
Comments
Post a Comment