I'm Freedom Gambar oleh pasja1000 dari Pixabay |
Mulai kembali untuk berdebat lagi...lagi dan lagi.
Perjalanan hidup yang ku lalui sampai saat ini terus bergejolak dengan pertanyaan dari diri sendiri akan kemanakah langkah hidup saya akan mantabkan.
Pengalaman hidup yang sudah bertahun-tahun ku jalani tak kudapati diri ini semakin berkembang layaknya harapan diri. Hidup hanya berkutat dengan itu-itu saja, tak bisa mendapatkan kesenangan dalam hidup. Banyak kehilangan kesenangan diri, banyak kehilangan teman, banyak momen yang seharusnya bisa ku pilih dalam setiap pilihan-pilihan yang datang.
Mungkin saat ini menjadi kesempatan untuk memilih ke jalan hati nurani, pertaruhannya besar namun apakah ini merupakan sebuah keputusan yang tepat?
Entahlah diri ini masih merasa kurang mantab untuk melangkahkan kaki ini menuju pemikiran dari hati nurani. Pertentangan demi pertentangan diri dengan hati nurani semakin mengerucut bergejolak untuk mendobrak sebuah dinding pemisah didepan diri ini. Masih berusaha untuk meyakinkan diri ini berontak seberontak-berontaknya. Tanpa ada batasan diri yang menghalangi untuk melepas singa yang ada dalam diri ini bebas menjalani kehidupan sesuai hati nurani.
Oke, kita ulas dari karir pekerjaan
Pekerjaan yang selama ini ku jalani selama bertahun-tahun sudah mendarah daging, namun hati nurani ini tak pernah merasakan kelegaan dan kesenangan sebenarnya diri ini inginkan. Banyak malah membuat diri ini bergelut dengan hati nurani itu sendiri.
Mungkin lebih tepatnya muak dengan sistem yang sudah berjalan dalam dunia pekerjaanku selama ini ku jalani. Selain itu dari segi karirpun seakan karir berjalan ditempat tak ada perkembangan dari apa yang sudah saya lakukan sepanjang perjalanan karir saya.
Apa yang salah dengan pekerjaan yang saya pilih selama bertahun-tahun?
Berkembangnya pengetahuan baru berbanding terbalik dengan kesenangan serta kebanggaan saya terhadap dunia yang membawa saya hingga saat ini. Bidang pendidikan yang saya jalani sampai bisa berhasil dalam dunia pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dari apa yang seharusnya aku dapatkan.
Diri ini seolah kehilangan diri ini yang bisa merasakan bahagia menjalani setiap pagi waktu dulu masih di sekolah. Impian tiap pagi bertemu dengan orang sekitar yang memberikan sikap positif hingga membuat diri ini merasakan nikmat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Hingga saat masuk ke dunia pekerjaan, waktu itu dunia pekerjaan merupakan hal yang baru sehingga diri ini masih merasakan antusias untuk menggali lebih dalam apa itu dunia baru yang sekarang ku jalani. Mungkin dalam beberapa tahun saya bisa mengejar apa yang bisa aku pertanyakan dalam dunia yang sudah mengantarkanku hingga seperti sekarang ini.
Dunia baru waktu itu menjadi sebuah tantangan yang harus bisa aku taklukan dalam setiap detail pekerjaan yang ku jalani sehabis lulus dari sekolah kejuruan. memang sih pada waktu masih sekolah setara SMA diri ini memutuskan untuk mengakhiri perjalanan pendidikan sampai segitu saja. Hal ini karena kemampuan financial dari keluarga tak bisa untuk mendapatkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lagi karena orang tua memiliki anak 3 termasuk diriku.
Aku merupakan anak tertua dalam keluargaku, jadi aku memiliki 2 orang adik yang memiliki hak yang sama denganku untuk bersekolah. Naluri diri ini sebagai anak pertama tidak mau memaksa kedua orang tua untuk lebih bekerja keras dalam mendapatkan dana untuk pendidikan untukku. Justru saya berkeinginan untuk membantu kedua orang tua untuk menambah sedikit dana untuk kedua adikku terus menempuh pendidikan.
Kembali lagi dari segi pekerjaan yang sudah saya lakukan itu memang awalnya menarik perhatianku untuk terus melangkah jauh ke dalam dunia pekerjaanku itu. Kenyataannya hati ini merasakan ketidaknyamanan alias kosong. Karena sudah mencapai apa yang menjadikan diri ini penasaran, ya sudah waktu akan menjadi monoton dan diri ini tak mampu untuk berkembang lagi.
Dari pengalaman yang sudah berganti beberapa perusahaan, rata-rata diri ini bertahan kurang dari 5 tahun. Permasalahannya sepertinya sama, diri ini tak bisa menikmati apa yang sebenarnya aku bisa lakukan. Diri ini bertanya, kenapa aku sebenarnya bisa, akan tetapi diri ini tak bisa merasakan kesenangan untuk bertahan lebih lama dalam sebuah perusahaan? Setelah ku pikir-pikir saya sebenarnya bisa itu karena faktor bisa itu karena biasa, bukan karena hati ini nyaman dengan pekerjaan itu sendiri.
Setelah berjalan bertahun-tahun pertanyaan itu selalu ada dalam benakku, namun faktor financial membuat diri ini menimbang-nimbang untuk merubah haluan dari pekerjaan ini. Sampai saat usiaku sudah tidak bisa dibilang muda lagi, sudah berkeluarga dan memiliki anak.
Pemikiran untuk lepas dari ini semua kembali memuncak dalam pikiran diri ini, mau sampai kapan hal ini akan ku biarkan terjadi?
Pada dasarnya hal ini merupakan hal positif dari diri ini untuk berusaha mengubah diri menjadi orang yang lebih baik. Faktor keluarga juga menjadikan dari berpikir juga sudah bisa terbagi bebannya karena sudah ada istri yang selalu ada untuk menerima keluh kesah diri ini. Namun ada kekhawatiran diri ini yang memblok itu semua, dari pertanyaan istri, keluarga baik itu orang tua sendiri dan bahkan mertua terutama.
Apakah mereka mau menerima keputusan diri ini untuk merubah haluan kehidupan diri ini menjadi apa yang diri ini inginkan? Apakah diri ini bisa berhasil dengan dunia yang ku inginkan itu untuk masa depan keluargaku? Semua menjadi berkecamuk dalam diri ini untuk muncul menjadi pertanyaan-pertanyaan pertimbangan untuk melangkah.
Hummm...ruwet juga permasalahan yang nantinya akan timbul dari apa yang akan ku lakukan demi kemajuan dan ketenangan diri ini.
Jika hal ini tak ku ambil sekarang, mau kapan lagi? Hingga kapan ini akan berlangsung menggerogoti ketenangan diri?
Untuk melangkah harus ku bicarakan lebih dahulu dengan pasangan jiwaku sekarang. Dukungan dari istri akan sangat berarti dalam melangkah ke kehidupan yang ku dambakan selama ini. Kebebasan diri ini saya pikir akan mempermudah semua proses yang akan ku jalani pada masa akan datang.
Setelah dapat dukungan dari sang istri baru berlanjut ke keluarga baik itu orang tua maupun mertua. Ya, itu sebuah cara yang baik untuk melanjutkan diri ini berproses menjadi bebas. Arti bebas disini merupakan sebuah kebebasan diri yang bertanggung jawab.
Hasil dari kebebasan diri ini merupakan kebebasan untuk mengekspresikan diri lebih ke pencarian jati diri saya yang sebenarnya. Menjadi diri sendiri itu merupakan sebuah pencapaian diri terbaik untuk berkembang menjadi manusia yang lebih baik. Dengan niat baik saya yakin kehidupan kedepan akan baik pula. Oke, perjuangan akan dimulai dari menceritakan apa kebutuhan jiwa ini kepada istri terlebih dahulu hingga istripun akan mengerti dan mendukung untuk proses kehidupanku. Namun saya tak akan egois sih, saya akan mencoba mendengarkan keinginan istri pula dari diri dia terdalam, mau seperti apa sih kebebasan dari dalam lubuk hatinya didalam kehidupan ini.
Nantinya kami akan sama-sama berjuang bersama dengan saling mendukung guna mendapatkan kebebasan diri kami masing-masing guna meraih hal terbaik dari diri kami. Kita memang berbeda, namun kita bisa dong untuk menjadi manusia terbaik menurut versi dari diri kita sendiri!
Pertentangan keluarga
Dalam sebuah rumah tangga itu terdiri dari orang tua dan juga anak, hal yang menjadi masalah dalam diri ini adalah pertentangan sudut pandang dan ketakutan dari diri masing-masing akan cara pandang menjalani kehidupan demi masa depan.
Pada dasarnya kita masing-masing memiliki tujuan yang sama, kita menginginkan masa depan yang terbaik untuk diri. Akan tetapi, sudut pandang dari masing-masing diri tentu akan ada perbedaan. Mungkin dari cara untuk menempuh proses menuju kehidupan yang lebih baik.
Misalnya seperti, "Wah sayang loh kan sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus? Sudah berumur seginilah segitu mau kerja apa lagi? Memang dengan jalan yang akan dipilih akan berhasil?" dan masih banyak lagi pertanyaan yang akan muncul dari lingkungan keluarga.
Entah apa yang mendasari pemikiran kita dalam memandang kehidupan, satu keluarga dengan yang lainpun memiliki misi kehidupan dan cara pandang berbeda pula. Bisa jadi dari pengalaman hidup yang berbeda satu dengan lain. Bisa jadi lingkungan keseharian mereka menjadikan cara pandang kehidupan juga berbeda.
Apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan pemahaman dari lingkungan terdekat terutama keluarga. Kalau mau jujur, diri ini akan masa bodoh dengan omongan orang lain, ini hidupku sendiri dan ini merupakan langkah hidup pilihanku berdasarkan hati nurani. Mau sukses ataukah tidak merupakan tanggung jawab saya sendiri bukan orang lain.
Pada dasarnya keyakinan akan diri sendiri itu yang terpenting, bukan berdasarkan pemikiran dari orang lain. Jika diri ini sudah yakin akan langkah tersebut, pastikan hal ini konsisten dipegang teguh dalam diri apapun resikonya. Pertanggung jawaban diri ini merupakan hak dari diri sendiri bukan orang lain. Pola pikirnya harus seperti itu, jangan menyalahkan orang lain atas apa yang kita lakukan. itu merupakan hal yang kita tanamkan dalam-dalam ke diri sendiri.
Kehidupan dengan adat ketimuran ini yang menjadikan diri ini sulit untuk melakukan apa yang menjadi keinginan hati nurani. Norma-norma yang ada membatasi diri untuk berkembang sesuai dengan kebutuhan atau kesenangan diri untuk menjadi manusia terbaik versi dari diriku. Perasaan ketidak enakan terhadap orang lain menjadi besar, jadi ketika dihdapkan pada satu pemikiran itu banyak sekali pertimbangannya. Nanti akan menyakiti hati orang lain, orang lain akan tersinggunglah dan lain sebagainya. Apalagi menjadi orang jawa yang penuh dengan norma kehidupan yang menjunjung tinggi tata krama kesopanan. Dari perkataan juga harus berhati-hati menyampaikan, dari pemilihan katapun ada normanya.
Namun, secara hati nurani itu kadang bertentangan dan itu saya rasakan banget. Perlahan tapi pasti sesuai dengan hati nurani harus ku tegaskan untuk berani mendobrak semua itu. Terpenting dari arti mendobrak itu sendiri bukan berarti tidak menghormati, namun yang terpenting esensi dari nilai-nilai kehidupan itu sendiri tetap kita pegang hanya saja penerapannya disesuaikan dengan cara kita untuk menerapkannya di kehidupan kita.
Curhatan dari diri untuk diri ini bisa melegakan secara hati dan pemikiranku untuk saat ini. Bisa ku terapkan dengan sesegera mungkin guna mendapatkan hasil lebih maksimal demi masa depan penuh kebebasan dan menjadi manusia terbaik versi diri ini seutuhnya.
Hal ini akan ku terapkan pula untuk istriku dan juga anak ku kelak menjadi manusia terbaik dari versi diri mereka sendiri. Jangan terjebak dengan lingkungan luar kendali dari diri sendiri. Pencarian jati diri ini akan menjadikan bekal terbaik untuk masa depan yang lebih baik.
Sekarang kehidupanku menjadi abu-abu, ketenangan diri tak dapat ku rasakan, jauh dari keluarga. Apakah yang kulakukan ini akan adil bagi istri dan anakku? aku yakin ini tidak adil terutama bagi diriku sendiri. Ini bukan soal materi, ini lebih dari itu!
Untuk materi masih bisa dicari, namun ketenangan jiwa itu tak bisa dicari dengan hanya berlimpah materi saja. Pola pemikiran yang benar akan melihat ke dalam potensi diri itu lebih penting. kasih sayang dari keluarga yang utuh itu kan baik untuk mendapatkan energi lebih dalam melangsungkan kehidupan lebih berkembang di masa depan kelak.
Jika keputusan ini saya ambil bukannya itu tidak pasti berhasil? bisa saja hal itu akan gagal?
Tidak pasti itu merupakan misteri dari kehidupan itu sendiri. Sekarang dalam waktu seminggu kedepan atau setahun ke depan apa kita tau kita akan menjadi apa? Walaupun kita sudah merencanakan sedemikian rupa akan kah hal tersebut ada jaminan keberhasilannya? Jika ada berapa persen? tidak ada yang 100% itu terealisasi sesuai dengan rencana kita. Untuk hal itu untuk apa kita meresahkan ketidak pastian itu sendiri.
Melangkahlah dengan kepercayaan terhadap diri sendiri dan jangan pernah berpikir akan gagal karena kita tidak tahu jika tidak pernah mencobanya.
Optimis itu sebuah kenarsisan yang musti kita miliki
Comments
Post a Comment