Berbeda tapi melengkapi Gambar oleh Magnascan dari Pixabay |
Yaps, hari ini sudah bisa terlewati dengan sedikit tertatih.
Terkadang harus diakui, melewati waktu dalam sehari memang harus mengedepankan kompromi penuh dengan adanya tantangan dalam degup jantung. Seiring berjalannya waktu, terkadang iri melihat keseruan orang lain.
Hari ini, dengan sedikit tertatih ku berhasil melewatinya. Satu pekerjaan rumah sudah terlihat hasilnya, tinggal eksekusi ke sang eksekutor. Masih ada waktu 2 hari untuk merevisi hasil dari pekerjaan yang ku tangani. Penuh tantangan, penuh problematika, mungkin saja tim owner juga merasakan hal serupa.
Hadirku dalam situasi ini apakah menjadi pembeda?
Berulang kali, ku merasakan hal yang membuat degup jantung ini terus mendebar kencang. Masalahnya masih saja sama, yaitu mengalahkan diri sendiri. Apakah ini ada hubungannya dengan sifat introvertku?
Pertanyaan demi pertanyaan sering terlintas dari benak pikiranku sendiri, sering berasumsi sendiri. Secara mental diri menjadi rapuh tak berdaya untuk memulai mengalahkan rasa tersebut. Apa yang sebenarnya terjadi dalam diri ini? Secara diri tak seperti kebanyakan orang dan bahkan berbeda dengan orang lain.
Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah menyikapinya dengan sudut pandang yang berbeda. Misalnya saja kita termasuk orang yang berbeda dalam lingkungan kita. Kita bisa melihat hal tersebut dengan memberikan kebenaran akan hal itu yaitu mengakuinya jika memang kita berbeda dengan orang sekeliling kita. Terpenting adalah menjadi berbeda itu adalah hal yang lumrah, karena pada dasarnya setiap manusia itu dilahirkan untuk menjadi berbeda satu sama lain.
Lingkungan yang mengucilkan perbedaan itu merupakan lingkungan yang toxic. Why? karena lingkungan tersebut kurang dalam hal penerimaan atau respek terhadap perbedaan itu sendiri.
Ini salah satu kutipan tentang perbedaan atau keberagaman yang menurut saya relate. Cara menyikapi keberagaman adalah dengan menerapkan toleransi. Toleransi adalah cara menghargai dan menerima perbedaan atas berbagai perilaku, budaya, agama, dan ras yang ada di dunia ini berdasarkan indomaritim.id. Yups, sikap toleransi dijaman seperti sekarang ini sudah semakin jarang ditemui. Itu karena kehidupan berjalan semakin cepat seiring perkembangan jaman. Kesibukan yang sudah dijalani setiap harinya membuat kita cenderung untuk memikirkan diri sendiri.
Sesi curahan hati pada hari ini tentang perasaan diri, hal ini mungkin bagi sebagian orang dianggap lebay. Tetapi hal ini tentu saja bukan hanya saya sendiri yang pernah atau sedang merasakan hal yang sama tentang toxic relationship ini. Oh, saya tidak bisa menyenangkan semua orang loh, jadi hal ini wajar kok bagi yang tidak suka dan itu hal diluar kendali diri.
Perubahan mood dari yang good menjadi bad kadang menjadikan diri ini tak dianggap atau tak berguna. Namun hal ini bisa kita minimalisir dengan menjadikan sikap respect diri terhadap sesama. Saling mendukung dalam setiap langkah, saling mengingatkan akan hal yang tidak sesuai dan memberikan kepercayaan kepada orang lain akan potensi terbaiknya keluar.
Apalagi jaman seperti sekarang merupakan bukan jaman lagi bekerja sendiri-sendiri. Kolaborasi, iya itu kata yang tepat untuk jaman seperti sekarang ini.
Dalam Kbbi arti dari kolaborasi adalah (perbuatan) kerja sama (dengan musuh dan sebagainya). Intinya dalam kolaborasi itu sekalipun itu musuh kita juga bisa loh bekerja sama.
Baiklah hari ini cukup ceritanya sampai disini, mungkin besok ada lebih menarik lagi cerita yang bisa ku bagikan menjadi tulisan.
Cintailah diri sendiri karena itu akan membuat kita lebih bisa menghargai apa yang sudah kita dapatkan sampai hari ini. Rasa syukur itu penting untuk selflove loh, jangan pernah lupa untuk mensyukuri apapun hari ini, baik itu rasa kesal, rasa senang bagikan saja semoga itu menjadi sebuah kisah tersendiri buat orang lain terutama diri sendiri.
Comments
Post a Comment