Skip to main content

Posts

Buang Energi

Tak pernah kuberfikir untuk tak peduli dengan segala hal yang hanya menghabiskan energi dan tak bermanfaat bagiku dan orang lain. Seringkali kita terlibat dalam perselisihan yang sebenarnya itu tak berarti apa-apa bagi kita, hanya membuat kita membuang energi yang semestinya tak kita pergunakan hanya untuk meributkan hal yang tak bermanfaat bagi diri kita. Aspek manfaat yang didapat tak sebanding dengan apa yang kita keluarkan untuk hal tersebut. Pastinya kita pernah dong melakukan hal bodoh (kalau menurut pendapatku) yang ujungnya tak memberikan hal positif bagi kita. Misalnya saja kita berdebat dengan orang yang sebenarnya berujung pada hal yang kurang bermanfaat, berargumen dengan pemimpin kita dalam sebuah perusahaan dimana pasal 1 yang berbunyi pimpinan selalu benar dan pasal berikutnya kalaupun pimpinan salah akan kembali lagi ke pasal satu. Hal-hal yang semacam itulah yang saya maksud menghabiskan energi untuk hal yang bodoh. Sudah barang tentu kita tak akan menang jika kita t

Aku Kepala Keluarga loh!

Peristiwa menegangkan yang pernah ku alami dengan segala kesigapan yang belum pernah ku lalui sebelumnya. Menjadi seorang kepala keluarga dengan segala macam perubahan dalam kehidupan yang setelah bertahun-tahun sudah menjadi kebiasaan dan keyakinan yang sudah melekat dengan diriku. Seorang suami dan sekarang sudah menjadi seorang bapak, "wow" itu gambaran yang bisa ku infokan dengan kata. Kenapa hal ini menjadi sangat krusial dalam kehidupanku sekarang? Bagaimanapun sekarang diriku menjadi bukan hidup untuk kehidupanku yang seorang diri namun untuk menjadi figur bagi orang yang sekarang menjadi istri dan anakku, lebih ke keluarga begitulah kira-kira. Awalnya menjadi seorang suami merupakan sebuah perjuangan yang harus kulalui sesuai dengan prosesnya. Banyak bertanya dengan orang lain yang sudah berpengalaman, dari yang baru sampai yang sudah banyak makan asam garam kehidupan menjadi seeorang suami. Info yang kudapat juga beragam sih, ada yang memberikan informasi dengan

Aku Tidak Ingin Memerintah & Diperintah

Menulis itu bebas berekspresi Saya pernah membaca sebuah karya yang fenomenal dari Pramudya Ananta Toer dari salah satu Tetralogi pulau buru yaitu Bumi Manusia. Ada sebuah kalimat yang saya merasa itu merupakan sebuah pukulan yang sungguh membuat saya terbuka pikiran saya. "Aku hanya tidak ingin diperintah dan memerintah" itu sebuah perdebatan antara minke yang seorang anak pejabat dengan bapaknya karena sudah tidak mau menuruti apa kata bapaknya dalam kaidah seorang anak pejabat jawa yang penuh dengan tradisi. Namun tak mau menjadi anak yang seperti pada anak pejabat pada umumnya terjadi pada tradisi yang sudah ada. Pada dasarnya kutipan dari penggalan kalimat dalam buku bumi manusia merupakan sebuah komitmen dalam pencarian akan diri seorang minke yang ingin menjadi seorang yang merdeka dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan hati nuraninya sendiri. Menjadi apa yang menjadi keyakinannya dalam memberikan segalanya untuk mengarungi kehidupan sepanjang hidupnya.

Komitmen : Berbuat adil sejak dalam pikiran

Adillah Sejak Dalam Pikiran Bumi Manusia by Pramoedya Ananta Toer Sebuah komitmen menjadi hal mendasar saat menjalani dalam berkehidupan sosial. Apalagi ini menyangkut hajat hidup berkelompok ataupun banyak orang. Hal ini selalu membuat kita terus menggerus pemikiran dan tindakan kita dalam menjalaninya setiap hari dan disegala bidang kehidupan baik itu di daerah maupun di kelompok segala umur dari remaja hingga dewasa. Proses pendewasaan dengan segala macam perbedaan yang mengalir setiap saat dengan segala gesekan dan segala carut marut benturan kepentingan setiap individu manusianya itu sendiri. pernahkah kita mengalami perbedaan yang hal ini mengusik diri kita sendiri karena melihat ataupun merasakan sesuatu tak berjalan dengan apa yang menjadi komitmen kita pada awalnya. Hal ini sering menjadi sebuah dilema tersendiri dalam kehidupan kita sehari-hari. tentunya hal ini tak selalu berakhir dengan segala komitmen yang kita pegang dan kita sepakati bersama pada awalnya. Co

Renjana : CFD kok sampai Kuningan?

Perbincangan berawal saat malam sabtu tiba, sehabis bekerja dan sepulang dari kerjaan biasanya renjana mengajak untuk mencari makan keluar. Maklum anak kosan jadi males masak gitulah ceritanya...hahha..(malas kok bangga) Pada malam itu kebetulan juga renjana masuk malam dan libur sabtu sampai minggu jadi bisa menikmati malam minggu walaupun high quality jomblo...hahhaha.. Karena kebetulan pas belum makan malam kamipun berangkat menuju ke tempat mas agus. Mas agus itu angkringan yang sudah menjadi langganan kami sejak lama karena teh buatan dia enak layaknya teh dari kampung halaman renjana. Kalau saya pribadi sih lebih ke angkringannya yang bisa sedikit menjadi pelipur rindu kampung halaman. setelah sekali geber kamipun sampai juga di angkringan mas agus yang jaraknya sakplintengan kataku. Sesampainya ditempat mas agus kamipun langsung pesan es teh manis dilanjutkan memilih lauk yang nantinya bisa di hangatkan alias di bakar dengan arang dari tungku ceret khas dari angkringan

Anak STM : Jiwa Perantau?

Anak Rantau baru Pernah tidak anda sebagai seseorang menangis? khususnya lelaki. Mungkin menangis merupakan sebuah perbuatan atau sesuatu yang tabu bagi seorang lelaki. Apakah menangis itu merupakan sebuah hal yang tabu buat seorang lelaki? Tentu saja jawabannya beragam ada yang pro dan ada pula yang kontra. Namun secara personal saya menjawab hal ini mungkin saja tabu bagi beberapa orang, tapi bagi saya ini bukan tabu asalkan pada saat dan waktu yang tepat untuk menangis. Ok, akan saya ceritakan tentang sang lelaki yang menangis. Cerita ini berawal dari perjuangan sang lelaki yang dipersembahkan untuk simbok nya tercinta. Awal mula perjuangan dimulai saat sehabis sekolah disalah satu sekolah yang lumayan terkenal di daerah istimewa yogyakarta. Sekolah menengah kejuruan yang merupakan sekolah dari program pemerintahan orde baru. Sekolah ini hanya ada 8 di indonesia yaitu Sekolah teknik menengah pembangunan sebagai wujud sumbangsih dari program dari pemerintah orde baru ya