"Gombale mukio.......hehhh...hayo kowe kui, malah tingak-tinguk", teluntuk ini menunjuk pada ujung hidungku sendiri. Tangan kanan sedang mengepal dengan sempurna, sedangkan tangan kiri dengan telunjuk menempel pada hidung ku dengan penuh ekspresi menatap cermin. Oalah tampang pecicilan, apa sih yang kau mau sampai berbuat seperti itu. Hal tersebut bukan cerminan manusia pada layaknya kau hidup sepanjang kau menjalaninya. Kau mau bukan hanya ku tunjuk hidung doang? Kau mau ku jambak juga rambut tipismu? Kau bukan sekedar manusia biasa yang pada umumnya dulll...dulll...tingkahmu wis ngluwihi kodratmu sebagai manusia. Dasar payah.....payah! Lihatlah dalam-dalam dari matamu itu, tatap penuh dengan hatimu bukan logikamu. Apa yang kau temukan dari dalam matamu? Oh, aku tau apa yang ada dalam mataku, terlihat kejernihan diri penuh ketenangan memberikanku kehidupan yang pantas untuk kujalani sepanjang perjalananku selama ini. Nah, itu dia yang kumaksudkan bukan seperti apa yang su
Ingatan manusia itu terbatas, maka menulislah!!